[Special Side Story] Oh Sehun 3

2.8K 431 3
                                    

Bermenit-menit Sehun mondar-mandir gelisah, lelaki dua puluh delapan tahun itu berdiri di depan lobby menantikan wanita yang menghilang darinya sebulan penuh. Netranya kembali menyisir tiap sudut gedung pencakar langit bertuliskan Hana Bank di puncak lantai teratasnya.

Gotcha batinnya girang.

Ada yang lain saat Sehun menangkap wanita itu dalam manik kelamnya, rambut hitam sepinggangnya sudah hilang digantikan rambut sebahu dengan poni menghiasi dahi indah si pemilik. Ditelannya saliva susah payah ketika wanita itu mendekat tanpa melihatnya, sibuk bercengkrama dengan beberapa teman yang tengah berjalan bersamanya.

Dalam satu tarikan nafas, suara beratnya melantunkan nama agar wanita itu menyadari kedatangannya.

"Eunra."

Wanita itu mematung, matanya menatap Sehun berembun. Perlahan kakinya mundur membalik tubuhnya hendak meninggalkan lelaki tampan yang sempat membuat kawanannya memekik kagum. Tidak tinggal diam, Sehun menarik lengannya hingga tubuh mungil Eunra membentur tubuh kekarnya. Ia mengurung wanita itu dalam dekapan hangat membiarkan si wanita terisak pelan tidak perduli menjadi tontonan akibat adegan mirip drama yang sering ditonton para karyawan di sana.

Dirasanya Eunra sudah tenang, Sehun menarik lembut tangan wanita itu dalam genggaman tangannya yang menutupi hampir seluruh tangan Eunra. Wanita itu menurut saja saat Sehun menuntunnya masuk Bugatti Veyron merah menyala milik Sehun, sesekali nafas tersendatnya terdengar di telinga Sehun membuatnya semakin mengutuk diri sebagai lelaki brengsek.

Hanya beberapa menit, mobil Sehun sudah terparkir sepenuhnya di depan caffe bergaya Eropa yang hanya berjarak sepuluh menit dari Hana Bank. Sehun keluar, kemudian berjalan cepat memutar setengah mobil membukakan pintu untuk Eunra. Wanita itu bergeming pandangannya lurus kosong, Sehun menghela napas menggenggam erat tangan putih mulus itu dan menariknya pelan sehingga si empunya menurut.

Segelas coklat panas dan americano menemani mereka di sudut atas caffe, coklat panas yang ia pesan tanpa persetujuan si wanita hanya berbekal pengalaman berjudul "dulu". Dalam ingatan Sehun coklat panas adalah favoritnya maka ia memesannya karena Eunra masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya basa-basi.

Tentu Sehun tahu wanita ini tidak baik-baik saja, pipi tembamnya hampir tirus, matanya sayu lelah dengan lingkar hitam samar tertutup make up. Sungguh berbeda dengan wanita sebulan lalu yang sibuk ia goda dan mengatainya sesuka hati. Senyum cerahnya sudah redup terganti wajah tanpa ekspresi dan sesekali kedapatan melamun.

"Eunra." panggilnya ketika tak kunjung mendapat jawab.

Eunra menggeleng lemah, tangannya meremas ujung rok berbahan sutra yang ia kenakan. Matanya mulai berkaca-kaca lagi, ia tidak sanggup menangkap iris lelaki yang sudah merusaknya.

Tangan Sehun mengusap wajahnya kasar, menangkup kepala yang semakin pening dengan hal-hal tidak terduga dalam hidupnya. Ia sudah mencari Eunra selama sebulan ini, wanita itu hilang dari jangkauan Sehun hingga ia ketar-ketir mencari keberadaan Eunra.

"Kumohon, jangan seperti ini." pintanya frustasi.

"Sebaiknya kau hilang saja Sehun, tidak usah mencariku lagi." Sehun tertampar dengan keras hanya dengan sebaris kalimat yang terlontar darinya.

"Aku tidak mung-" ucapannya terputus, ia memenuhi paru-parunya dengan oksigen yang bahkan hanya semakin membakar dadanya. "Aku tidak mau menjadi bajingan untuk kedua kalinya Eunra, kau sedang mengandung kan?"

Hening sesaat, ia menikmati pemandangan wanita yang sedang gelisah di depannya. Eunra menggigit bibir, sudut matanya sudah berair tapi segera ia tahan. "Jangan sok tahu Sehun." sanggahnya.

Sehun tahu Eunra berbohong matanya sibuk bergerak sana-sini menghindari iris coklat pekatnya. Ia mencondongkan tubuh agar dapat menatap wanita itu intens.

"Tatap aku dan katakan kau tidak hamil." tantangnya.

Tidak berbuah manis, wanita itu hanya diam dan terisak. Sangat beruntung mereka memilih lantai dua yang di kosongkan Sehun untuk mereka, jadi tidak ada yang akan menjadikan mereka sorotan.

Sehun berdiri kemudian berjalan mendekati Eunra yang tengah menangkup wajah hingga isakannya teredam. Ia bersimpuh tepat di samping Eunra, lelaki itu menarik pelan kedua tangan Eunra memberikan genggaman erat seolah menghantarkan kekuatan yang hampir saja hilang.

"Mari rawat dia bersama." ia menatap Eunra yang masih tertunduk lalu mengecup jemari lentik dalam genggamannya, "Menikahlah denganku."

Eunra kerkesiap, refleks ia menatap mata Sehun saking tidak percayanya. Sementara Sehun tersenyum tulus, mengikat wanita itu dalam pesonanya agar jawaban yang didapat adalah "ya". Sayangnya gagal, wanita itu sedah terlalu luka akibatnya dan benih yang kini berkembang dalam rahim wanita itu. Eunra menolak.

"Katakan padaku alasannya." tuntut Sehun.

"Kita tidak bisa."

Kata yang keluar tidak memuaskan tuntutannya, ia yakin satu alasan ini yang membuat Eunra menolak.

"Karena aku masih mencintai Hyein?"

Tepat, Eunra terdiam dan menunduk lagi. Jawaban yang cukup bagi Sehun. Sehun menyentuh dagu Eunra dengan telunjuk dan ibu jari, menganggat sedikit agar netra mereka bertabrakan.

"Kalau begitu, buat aku mencintaimu lagi dan aku akan merebut hatimu."
"Anak kita butuh ayah dan ibunya Eunra, bukan hanya ibunya. Tapi kita berdua."

Wanita itu menghujam Sehun dengan tatapan berkabutnya, kata anak seolah hantaman keras alam bawah sadarnya. 'Ia sedang hamil' Eunra terpuruk karenanya. Jika saja akalnya tidak bekerja mungkin kemarin lusa anak ini sudah dikubur dalam tanah.

"Aku takut Sehun." air matanya luruh menggores pipinya.

Sehun menghapus aliran bening itu, "Tidak ada yang perlu kau takutkan, kau punya aku." ia mengecup tangan Eunra sekali lagi. Tangan kanannya meronggoh jas biru tuanya kemudian mengeluarkan kotak beludru hitam. Ketika Sehun membukanya, seketika pula Eunra terkejut.

 Ketika Sehun membukanya, seketika pula Eunra terkejut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"So, will you marry me?"

BastardWhere stories live. Discover now