Part 23

6.1K 837 31
                                    

Hyein semakin meraung setelah kepergian Baekhyun meninggalkannya. Wanita itu menggeleng kuat tidak percaya apa yang terjadi. Dengan langkah cepat ia berlari mengejar Baekhyun yang sudah tidak terlihat, lelaki itu sudah pergi. Hyein memencet tombol lift berkali-kali berharap pintunya segera terbuka.

Hyein masih menangis di dalam lift ia tidak mau memikirkan bahwa Baekhyun sudah tidak berada di sini dan menghilang untuk selamanya. Hyein setengah berlari menuju lobby dengan nafas tersengal panik.

Ia sediki bernafas lega melihat punggung lelaki yang tengah berjalan terseok beberapa langlah di depannya, Hyein berlari mengabaikan tatapan dari berpasang-pasang mata padanya.

Langkah Baekhyun terhenti merasakan tubuh hangat menabrak punggungnya dan tangan yang melingkari pinggangnya.

"Jangan pergi." Hyein terisak lagi.
"Kalau tidak ada kau, aku tidak bisa."

Air mata Baekhyun menetes umtuk kesekian kali, dengan cepat ia membalikkan tubuh memeluk wanita di balakangnya itu.

"Bolehkah aku menjadi bagian dari kebahagiaanmu?" tanya Baekhyun menahan isakkannya.

Hyein mengangguk dalam pelukannya tak sanggup menjawab, Baekhyun mengeratkan pelukannya. "Biarkan aku yang mencintaimu kali ini." bisik Baekhyun.

Lelaki itu melepaskan pelukannya menatap wanita di hadapannya lamat-lamat, wajahnya sembab, matanya memerah dan bibirnya bergetar menahan tangisnya yang semakin menjadi.

Baekhyun menghapus air mata Hyein, menangkup wajahnya. Ia mengecup kening Hyein, kemudian kedua matanya, pipi, dan hidungnya bergantian. Ia menatap Hyein sekali lagi sebelum menyatukan bibir keduanya, memberikan lumatan kecil tanpa nafsu sarat akan perasaanya untuk wanita itu. Baekhyun sudah memantapkan hatinya, meskipun terlambat ia menyadari telah mencintai Hyein sangat dalam sampai ia tidak dapat menyelamatkan dirinya dari perasaannya lagi.

 Baekhyun sudah memantapkan hatinya, meskipun terlambat ia menyadari telah mencintai Hyein sangat dalam sampai ia tidak dapat menyelamatkan dirinya dari perasaannya lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sayang, semua orang melihat kita." ucap Baekhyun setelah melepaskan tautan mereka dengan kening dan hidung yang masih menempel.

Wajah Hyein memanas, sungguh ia malu. Pikirannya terlalu kosong untuk perduli ini tempat umum tadi. "Mau lanjut di tempat lain?" goda Baekhyun.

Hyein bergidik ngeri menatap lelaki itu nyalang, "Dasar mesum!"

***

Hyein merasa pergerakannya terganggu, bagaimana tidak sedari tadi lelaki Byun itu tak hentinya bergelayut manja seperti koala padanya.

"Baek, aku sedang masak."

"Hm... memasaklah." Baekhyun kembali mengecup ceruk leher istrinya dan menghirup sebanyak-banyaknya aroma yang menyeruak dari tubuh Hyein. Aroma yang menjadi favorit Baekhyun beberapa bulan ini.

"Aku kesulitan bergerak, lepas Baek." Perintah Hyein.

Baekhyun mematikan kompor lalu membalikkan tubuh Hyein menghadapnya, baru Hyein hendak mengomelinya Baekhyun sudah lebih dahulu membuka suara.

"Apa tidak boleh memeluk istri sendiri?" wajah Hyein merona tak karuan, baru kali ini ia mendengar kata istri terucap dengan tulus dari bibir lelaki itu. Baekhyun memanyunkan bibirnya membuat Hyein gemas tapi ia masih dapat mengendalikan diri.

"Bukan begitu, aku sedang memasak nanti saja ya?" Bujuknya.

Baekhyun mendengus kesal namun tetap menuruti Hyein, "Tunggu, pipimu membiru." Hyein terlihat cemas melihat bekas pukulan yang mulai membiru di wajah suaminya dan juga luka di sudut bibir dengan darah yang mulai mengering.

"Aw! Jangan disentuh, sakit sekali." Ucapnya sembari menepis pelan tangan Hyein yang menyentuh lukanya, "Sahabatmu itu ganas sekali, padahal aku berusaha menurunkan gengsi untuk minta maaf. Untung saja Seungho hyung tidak melakukannya juga."

Hyein tertawa kecil mengingat bagaimana Sehun memukul suaminya tadi sore, menurutnya itu wajar saja toh kesalahan Baekhyun bukan sesuatu yang mudah dimaafkan sebenarnya. Beruntung Hyein sangat mencintai lelaki itu, jika tidak mungkin Hyein akan mengulitinya.

"Kenapa kau tertawa? Suamimu kesakitan tau!" Kesal Baekhyun.

Hyein mendehem menetralkan tawanya, "Baiklah setelah makan akan ku kompres lagi."

Satu kecupan ringan Hyein berikan pada pipi Baekhyun yang membiru, "Duduklah, aku lanjutkan dulu."

Hati Baekhyun menghangat jantungnya berdetak tidak terkendali, senyum lebar tak henti menghiasi wajahnya. Hyein selalu tau cara untuk memperlakukannya. Bagaimana bisa ia buta akan hal itu selama ini? Baekhyun bahagia karena Hyein miliknya sekarang.

***

"Baek..."

"Hmm...?" Baekhyun menggumam tanpa membuka mata.

"Baek bangun." Hyein mengguncang kuat tubuh Baekhyun.

Baekhyun yang merasa terganggu mau tidak mau bangkit memposisikan dirinya untuk duduk di atas ranjang dengan mata setengah tertutup. Ia berusaha keras membuka mata untuk menatap Hyein yang sejak 15 menit lalu terus membangunkannya.

"Kenapa Hye? Aku masih mengantuk." tanyanya malas.

"Aku ingin jajangmyeon Baek."

Mata Baekhyun terbuka lebar seolah rasa ngantuknya menguap begitu saja ia melirik jam di atas nakas, "Hah? Hye ini jam 2 pagi, mana ada yang menjualnya." jawaban Baekhyun membuat Hyein cemberut kecewa, tentu saja dia tau tidak ada yang menjualnya di jam ini tapi bayinya meronta-ronta minta diberikan jajangmyeon.

Baekhyun menghembuskan nafas panjang, dari perubahan ekspresi istrinya ia sudah tau Hyein merasa kecewa dengan perkataannya.

"Kau ngidam?" tanya Baekhyun yang dijawab anggukan oleh Hyein.

Lelaki itu tidak pernah menghadapi wanita hamil apalagi soal ngidam, dan ia baru tau ngidam itu sangat merepotkan. Hei ayolah, di dalam sana ada bayinya juga pikir Baekhyun.

Dengan langkah malas Baekhyun mengambil jaketnya dan jaket Hyein lalu memakaikan jaket pada istrinya, Hyein tersenyum sumringah tahu Baekhyun akan memenuhi keinginannya.

"Ayo." Baekhyun menarik dan menggenggam erat tangan Hyein.

Baekhyun memijat pelipisnya menahan rasa kesalnya pada Hyein, wanita itu hanya makan sedikit padahal mereka harus mencari makanan itu selama hampir 1 jam. Jika tidak sedang hamil, Baekhyun pasti sudah memuntahkan semua pikirannya saat ini.

"Kau marah?" tanya Hyein dengan polosnya setelah memasuki apartemen.

Demi Tuhan, wanita ini sudah mengganggu acara tidurnya, meminta yang aneh-aneh pukul 2 dini hari lalu tidak menghabiskan makanannya. Bagaimana Baekhyun tidak marah?

Hyein mendengus kesal, Baekhyun melirik Hyein sekilas lalu kembali menghembuskan nafas panjang. Baekhyun menarik Hyein mendekat padanya, "Aku tidak akan marah jika kau memenuhi keinginanku."

"Apa?" Hyein menautkan kedua alisnya penuh tanya.

"Cium aku."

Hyein memutar matanya malas, ia sedang tidak ingin olahraga bibir.

"Kalau begitu aku harus mencium Sehun juga."

"Apa?!" pekik Baekhyun, Hyein menutup telinganya yang berdengung karena suara nyaring suaminya itu.

"Dia sudah sering memenuhi ngidamku yang aneh-aneh, bahkan tidak pernah marah." balas Hyein santai. "Jika kuhitung dia sudah memenuhi permintaanku, hm.. tidak bisa kuhitung itu sudah sejak bulan pertama." lanjutnya sedikit berpikir.

"Jadi aku akan menciumnya setiap hari mulai besok." ucapnya santai, sedangkan Baekhyun semakin terbelalak.

"Ya! Byun Hyein!"

BastardWhere stories live. Discover now