Part 15

5.2K 852 56
                                    

Baekhyun terus memperhatikan gerak-gerik Hyein sedari tadi, sesekali ia sibuk memijat tengkuk leher Hyein saat ia muntah. Hyein bilang maagnya kambuh dan Baekhyun percaya.

"Halo sayang? Aku tidak bisa kesana hari ini." Baekhyun berbicara lewat telponnya sambil melirik Hyein yang sudah lemas setelah muntah 4 kali pagi ini.

"Aku ada urusan mendadak."

"Nanti kuhubungi lagi, aku tutup." Putus Baekhyun saat melihat Hyein kembali berlari ke dalam kamar mandi.

"Huweeeekkk..."

Baekhyun memijat tengkuk Hyein, tubuhnya limbung untung ada Baekhyun yang segera merengkuhnya. "Kita ke dokter saja ya Hye?" Hyein menjawabnya dengan gelengan membuat Baekhyun menghembuskan nafas frustasi.

"Hye keadaanmu sangat buruk, kau sudah muntah 5 kali." Ucapnya sembari membersihkan sisa muntahan Hyein tanpa jijik.

Hyein menggeleng sekali lagi, "Aku mau tidur saja."

Sekali lagi Baekhyun menghembuskan nafas frustasi, Hyein benar-benar keras kepala padahal ia sudah terlihat seperti mayat hidup, bahkan lebih mengerikan. Dengan berat hati Baekhyun menuntun Hyein ke atas tempat tidur dan menyelimutinya.

Wajah Hyein terlihat lelah dan pipinya lebih tirus, Baekhyun baru sadar wanita ini terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Lelaki itu menyampirkan anak rambut Hyein ke belakang telinga. Selama ini Hyein selalu merawatnya, mungkin ini saatnya ia membalas budi pikirnya.

Baru satu langkah lelaki itu beranjak, tangannya dicekal lemah oleh wanita yang kini terbaring tanpa daya itu.

"Mau kemana Baek?" Bisiknya.

"Aku akan membuatkanmu makanan."

Hyein menggeleng lemah, ia benar-benar tidak bertenaga lagi tapi janin dalam perutnya ingin membuatnya menahan gengsi sekali lagi. Ia menginginkan Baekhyun, "Bisakah kau disini saja?" Bisiknya lagi.

Baekhyun tersentak kaget, ia tidak yakin apa yang terjadi pada Hyein. Wanita itu menginginkannya di sini? Bukankah selama ini Hyein yang selalu menolak keberadaannya? Apa kepalanya terbentur sesuatu sampai otaknya sedikit geser? Baekhyun menggeleng menghapus pikiran buruknya lalu membaringkan diri di sebelah Hyein.

Mata Baekhyun membola saat Hyein memeluknya erat, Hyein semakin aneh di matanya tapi wanita ini sedang sakit jadi akan lebih baik jika Baekhyun tidak berkomentar apapun. Lelaki itu membalas pelukan Hyein dan menepuk punggungnya pelan, "Tidurlah." Ucapnya lalu mengeratkan pelukannya pada Hyein.

***

Baekhyun menatap Hyein heran, ia tidak habis pikir wanita ini mendiamkannya lagi setelah beberapa minggu ini bersikap seolah akan mati jika Baekhyun tidak ada. Lebih parahnya lagi Hyein tidak suka disentuh olehnya padahal selama ini Hyein hanya diam tidak perduli.

Tatapan tajam Hyein membuatnya menunduk dan melanjutkan makannya, Hyein sangat menyeramkan seminggu belakangan ini Baekhyun saja ragu untuk memeluknya lagi saat tidur, jadilah Baekhyun menunggu Hyein tertidur baru memeluknya. Baekhyun tidak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu, bukan mengambil kesempatan tapi memang begitu adanya.

"Mmm... Hye?" Panggilnya ragu.

Hyein melirik, "Apa?" Ketusnya.

"Apa aku berbuat kesalahan?" Tanyanya hati-hati, Baekhyun tidak pernah seperti ini tapi sangat tidak nyaman hidup satu atap bahkan satu ranjang dengan keadaan seperti ini.

"Maksudmu?" Tanya Hyein tanpa melihat.

"Apa aku berbuat kesalahan sampai kau jadi seperti ini?"

Hyein mendengus kesal, "Kau memang selalu salah kalau kau mau tau, kau selalu seenaknya tidak perduli pada perasaan orang lain. Kau brengsek!" Hyein membanting sumpitnya lalu masuk ke dalam kamar dan membanting pintu meninggalkan Baekhyun yang melongo tidak percaya. Apa wanita itu sedang PMS?

Baekhyun mengacak rambut frustasi, "Ya Tuhan, apalagi ini?"

Di dalam kamar Hyein sibuk mengutuk dirinya sendiri, betapa ia tidak bisa mengendalikan dirinya di depan Baekhyun. Minggu lalu ia masih sangat membutuhkan Baekhyun tapi sekarang hanya melihatnya dari kejauhan membuat emosinya sampai ke ubun-ubun, ia membenci Baekhyun sekarang. Hahaha dasar hormon sialan!

***

Hyein mendengus kesal menatap dua lelaki dihadapannya yang tidak berhenti tertawa setelah mendengar cerita Hyein tentang kelakuan anehnya pada Baekhyun. Mereka sampai meremas perutnya karena terlalu banyak tertawa, tidak perduli orang-orang yang juga berada di caffe itu merasa terganggu.

"Ya ampun Hye pasti lucu sekali ekspresi Baekhyun saat kau memarahinya." Seungho kembali tertawa sambil meghapus air matanya.

"Dia pasti berpikir kau sudah gila." ujar Sehun masih memegangi perutnya.

Hyein semakin kesal merasa diejek, ia ingin mengumpat tapi menurut buku yang ia baca kepribadian anak juga bergantung pada ibu selama kehamilan jadi ia bersusah payah menahan diri. "Ya! Berhenti tertawa! Ini terjadi begitu saja tau!"

"Lihat saja kalau kalian punya istri yang mengandung nanti, mungkin akan lebih parah dariku!" kesalnya.

Seungho dan Sehun berusaha menghentikan tawanya melihat ibu hamil yang sudah naik pitam ini, bisa-bisa mereka dijambak jika terus tertawa.

"Apa aku tidak usah menikah saja?" ujar Sehun memasang pose berpikir.

"Mungkin aku tidak akan pulang selama istriku hamil." ucap Seungho polos mengundang tawa mereka bertiga.

Setidaknya dengan keberadaan Sehun dan Seungho, Hyein bisa melupakan kegilaannya selama kehamilan sejenak. Yang pasti Baekhyun harus memperbanyak stok kesabarannya berada di sekitar Hyein.

***

Baekhyun melangkahkan kaki dengan girang sambil memeluk paper bag berisi bahan makanan. Sudah seminggu lebih ia tidak datang kesini dan ia ingin memberikan kejutan pada wanita itu dan memasakkan makanan kesukaanya.

Jantungnya berdegup kencang menandakan perasaan bahagia, Baekhyun memasukkan passcode yang sangat dihafalnya lalu membuka pintu perlahan.

Lelaki itu berjalan tanpa menimbulkan suara mencari wanita yang sedang memenuhi pikirannya itu.

"Ahhh..."

Suara desahan dari arah kamar mencuri perhatiannya, ia sangat mengenal suara itu. Ia mengernyit menajamkan pendengaran. Langkah kakinya berayun menuju pintu percat abu-abu memastikan pendengarannya, beruntung pintunya tidak tertutup rapat sehingga Baekhyun tak perlu menimbulkan suara apapun ketika membuka pintu sedikit lebih lebar.

"Jae... Ahhh..."

Bagai disambar petir, Baekhyun mendapati Jinrinya sedang bercinta dengan pria lain. Ia ingin mendatangi kedua insan yang dimabuk gairan itu lalu mencekik keduanya namun urung, Baekhyun lebih memilih meninggalkan ruangan itu tanpa mengganggu aktivitas keduanya. Dadanya terlalu sesak.

Sesekali Baekhyun mengusap air matanya yang terus berderai dan mengumpat kebodohannya mencintai wanita seperti Jinri, "Sialan!" umpatnya memukul kemudi. Pantas saja belakangan ini Jinri tampak sering beralasan tidak dapat bertemu dengannya bahkan dengan alasan yang tidak masuk akal menurut Baekhyun. Berkali-kali ia memukul kemudinya melampiaskan emosi, "Brengsek!"

Baekhyun berlari menuju apartemennya setelah memarkirkan mobil, entah mengapa ia teringat dengan Hyein, istrinya. Lelaki itu membuka pintu yang langsung menampilkan Hyein yang tengah berkutat dengan peralatan memasaknya.

Dalam satu sentakan Baekhyun berhasil menarik Hyein dalam pelukannya, Hyein yang dipeluk hanya mematung kaget terlebih merasakan bahunya basah. Hyein yakin Baekhyun menangis. Beberapa detik Baekhyun merasakan Hyein membalas pelukannya dan menepuk punggungnya pelan.

Isakannya semakin menjadi, Baekhyun merasa bersalah pada istrinya. Betapa bodohnya ia mengorbankan wanita sebaik Hyein demi Jinri yang bahkan kerap mengecewakannya. Hyein banyak terlukan karenanya hanya karena keegoisan Baekhyun untuk mempertahankan Jinri.

"Maafkan aku Hye."

BastardWhere stories live. Discover now