Part 25

5.9K 782 21
                                    

Aku masih sibuk dengan kegiatanku di dapur, berkutat dengan bumbu-bumbu dan alat masak di sertai apron biru dongker yang melekat di tubuhku yang tidak ramping lagi. Aku menuangkan nasi goreng kimchi yang kumasak ke atas piring lalu melepaskan apron setelah meletakkan dua piring itu ke atas meja.

Mataku tertuju pada pintu kamar bercat putih gading yang masih tertutup rapat. Tidak ada suara apapun dari sana yang berarti Baekhyun masih tidur, aku mendengus lalu berjalan memasuki kamar. Benar saja, ia masih bergelung mesra dengan selimutnya. Aku berjongkok di pinggir ranjang, senyumku mengembang memperhatikan wajah tidurnya, damai sekali dan sangat tampan.

"Baek bangun." Aku mengguncang tubuhnya. Tidak ada jawaban selain gumaman tidak jelasnya, dia ini sulit sekali dibangunkan.

Aku mengguncang tubuhnya lagi, "Baek ayo bangun, aku sudah masak sarapan."

Ya Tuhan, aku sudah membangunkannya berkali-kali bahkan sebelum masak tapi tetap saja tidak bangun. Dia tidur atau mati suri sih?

Seketika pikiran itu melintas di pikiranku, yang aku yakini akan membuatnya bangun. Kuposisikan bibirku di telinganya.

"Oppa ileona." Bisikku dengan nada menggoda.

Ku jauhkan wajahku untuk melihat reaksinya. Sial dia tidak bangun juga. Ah mungkin harus menggunakan cara lain. Kali ini kuposisikan wajahku di depannya, aku menggigit bibir bawahnya. Jantungku hampir copot saat tubuhku tiba-tiba sudah berada di bawahnya. Kapan dia melakukannya? Pikirku.

Baekhyun tersenyum miring penuh arti lalu mendekat, "Kau nakal chagi." aku tidak sempat merespon karena ia menekan kuat bibirku melumat dan menghisapnya bergantian, sial lain kali aku tidak akan pakai cara itu. Itu akan berbahaya bagi keselamatanku dari lelaki mesum ini.

"Mau lagi?" Bisiknya seduktif setelah melepaskan pagutannya dariku.

"Baekhyun! menyingkir dasar mesum!"

"Baekhyun? Bukannya tadi kau memanggilku oppa?" Bisiknya lagi.

Wajahku memanas, "T-tidak, kau mengigau."

Cup

"Kau bohong, aku sudah bangun tadi."

Aku jamin wajahku sudah semerah tomat busuk sekarang, malunya Ya Tuhan. Baekhyun malah terkekeh geli, pasti ekspresiku sangat aneh sampai-sampai lelaki ini tidak hentinya menertawakanku.

"Kenapa diam sayang?" godanya. Demi Vivi dan kawan-kawannya aku bahkan tidak sanggup menatap laki-laki ini. "Oh kau pakai blush on ya? Pipimu merah." sial wajahku pasti sudah sangat merah, malunya.

Dering ponselnya menginterupsi membuatnya menatap ponselnya kesal, mau tidak mau Baekhyun menyingkir dari atasku lalu mengambil ponselnya membuatku bisa bernapas lega.

"Kenapa?" suara Baekhyun terdengar dingin. Apa ada masalah? Pikirku.

"Bagus, atur secepatnya. Aku tutup."

Aku masih menatapnya yang menatap layar ponsel dengan marah, sepertinya memang terjadi sesuatu tapi aku tidak berani menanyakannya melihat rahang Baekhyun yang terkatup rapat seperti menahan amarah ditambah wajahnya yang menampakkan ekspresi dingin. Baekhyun beralih menatapku, cepat-cepat aku menunduk. Aku takut melihatnya seperti itu, dulu tidak tapi sejak hamil aku tambah sensitif.

Seketika tubuhku menghangat Baekhyun menuntun kepalaku untuk menyandar di dadanya, "Maaf, kau takut ya?" tanyanya pelan. Aku semakin menenggelamkan wajahku di dadanya lalu mengangguk.

"Tadi itu Jongde, pengacaraku. Dia bilang Jinri sudah tertangkap."

Mendengar nama itu aku mengadah menatap wajahnya, ia balas menatapku lalu memainkan suraiku lembut tanpa melepas pelukannya.

"Jinri?" tanyaku bingung, Baekhyun mengangguk. Bukankah Jinri kekasihnya?

"Jinri pacarmu?"

Tuk!

"Aduh! Sakit!!" keluhku saat Baekhyun menyentil dahiku cukup keras.

Baekhyun kembali mengeratkan pelukannya, "Dia bukan siapa-siapa Hye." ia mengecup puncak kepalaku. "Jangan berpikiran seperti itu, dia bukan pacarku. Aku hanya punya istri." senyumku tidak dapat dicegah, aku bahagia mendengar ucapannya.

"Ada apa dengan Jinri?" tanyaku lagi.

"Dia menggelapkan uang perusahaan, sudah dua bulan aku mengincarnya. Beruntung Sehun membantu, anak buahnya yang menangkap Jinri."

"Bukannya dia mencintaimu? Kenapa bisa bebuat begitu?"

"Tidak, dia hanya mencintai uangku, bahkan dia berselingkuh selama ini."

Entah kenapa aku kesal mendengarnya, pikiran jahat meggerogoti sistem otakku. Apa karena ini Baekhyun berpaling padaku? Pikirku. Aku mendorong dadanya dengan kesal, dapat kulihat Baekhyun menatapku bingung.

"Jadi karena itu kau berbalik padaku?" aku tidak dapat menahan emosiku, hormon ibu hamil memang kuat sekali.

Baekhyun berusaha menangkup wajahku namun dengan cepat aku menepisnya, emosi ku sangat menggebu saat ini.

"Hei, bukan seperti itu Hye." aku menggeleng tanpa melihatnya lalu meninggalkannya sendiri di kamar. Aku duduk di kursi balkon menundukkan kepalaku dalam sambil mengelus perutku.

Baekhyun bersimpuh di hadapanku, manatap dalam padaku tanpa membiarkan aku mengalihkan pandangan, "Dengar, aku sudah mencintaimu jauh sebelum itu. Bahkan sebelum ada dia." ucap Baekhyun sembari ngelus perutku. Aku berusaha mencari kebohongan dari sorot matanya, tapi nihil, Baekhyun tampak sangat jujur.

"Kau ingat saat kau marah karena aku membuang obatmu? Kau tidak tahu betapa aku mencemaskanmu karena menggunakannya, aku tahu itu bukan rasa simpati biasa tapi aku menepisnya dan tetap bertahan dengan pendirian bodohku."

Baekhyun menggenggam erat tanganku lalu mengecupnya, "Aku tahu ini terlambat, tapi aku sudah mencintaimu sejak kita berkencan dulu. Aku terlalu banyak membohongi perasaanku dan bersikeras bahwa aku mencintai Jinri, pada nyatanya aku senang saat tahu kita di jodohkan."

"Kau menamparku saat pertama kali kita bertemu kan? Aku marah, sangat marah hingga berbuat kasar padamu, bukan karena tamparanmu tapi karena aku sadar kau menolakku. Kau satu-satunya wanita yang aku inginkan selama ini Hye, percayalah."

"Sungguh aku men-"

Aku membungkam bibir Baekhyun dengan bibirku, melumatnya lembut menyalurkan semua kegelisahan yang sempat ada dalam hatiku. Aku takut dia hanya menjadikanku pelarian karena Jinri mengkhianatinya, tapi lelaki ini berhasil meyakinkanku bahwa ia memang tulus.

Ia memegang tengkukku memperdalam ciumannya, rasanya lembut dan manis. Lembut karena yang menciumku adalah Baekhyun dan manis karena aku mencintainya.

"Jangan ragukan aku lagi." ucapnya setelah melepas tautan kami.

Aku tersenyum lalu mengecup bibirnya sekilas, "Tidak akan."

BastardWhere stories live. Discover now