Part 13

5.4K 853 32
                                    

Sehun berlari kencang setelah turun dari mobil mewahnya yang terparkir rapi di basement apartemen yang ditempati sahabatnya, entah berapa banyak orang yang telah ditabraknya, pikiran dan matanya hanya tertuju pada pintu apartemen bertuliskan angka 1506 itu.

Dengan cepat ia memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu yang sudah diingatnya di luar kepala, ia meniti setiap sudut ruangan yang terlihat rapi tak berpenghuni. Segala macam umpatan dirapalkannya dalam hati karena matanya tak juga menangkap sosok yang dicarinya.

Suara isakkan terdengar sayup di telinganya, ia berlari menuju pintu berwarna putih yang berhadapan langsung dengan televisi di ruang keluarga. Sehun bernafas lega namun hatinya sakit melihat seorang wanita yang terduduk di bawah guyuran air dingin shower.

Sehun mematikan shower lalu memalut tubuh wanita itu dengan handuk sambil menahan air matanya. Wanita ini terlihat sangat rapuh, ah bukan ia memang sudah hancur.

Lelaki itu memeluk erat tubuh mungil itu membiarkan air matanya sendiri lolos, ia merasa tidak berguna. "Hye, kumohon jangan begini." tak ada balasan dari Hyein yang masih terisak.

Mata Sehun menangkap benda persegi panjang berwarna putih yang tergeletak di atas lantai, sebuah testpack menunjukkan dua garis merah yang berdiri tegak menghunus hati Hyein yang terluka. Hyeinnya trauma dengan benda itu, tapi tak dapat mengelak bahwa ia mengandung anak dari lelaki yang sama.

Sehun harus menahan segala amarahnya, keadaan Hyein saat ini jauh lebih penting, mendengar isakan Hyein di telefon sudah cukup membuat jantungnya lepas. Hyeinnya bukan wanita lemah yang akan menangis jika tidak merasa sakit yang teramat sangat. Lelaki itu sudah tau ini akan terjadi sejak Hyein menceritakan hal itu padanya sebulan yang lalu. Ia menggendong tubuh mungil itu keluar dari kamar mandi, mendudukkannya di tepi ranjang.

"Beri tau dia." tegas Sehun setelah isakan Hyein mereda, lelaki itu menatap dalam mata Hyein sembari memegang kedua lengan sahabatnya itu lembut.

"Maksudmu?"

"Beri tau kalau kau hamil." tegasnya sekali lagi.

Hyein ridak dalam keadaan baik untuk menceena ucapan Oh Sehun, "Siapa?" tanyanya lagi.

"Byun Baekhyun." nafas Hyein tercekat, lelaki di seberang sana belum pulang sejak 3 hari yang lalu, kekasihnya membutuhkannya dan itu membuat Hyein semakin sesak.

"Tidak sekarang." cicitnya

"SEKARANG HYEIN!" bentak Sehun. Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi bagaimana bisa Hyein menundanya seperti dulu? Hyein tidak mau mengulang kesalahan yang sama bukan?

"Kumohon, aku butuh waktu." Sehun menatap Hyein emosi, ia tidak puas dengan jawaban sahabatnya itu.

"Sampai kapan?! Sampai kau kehilangan anakmu lagi?!" bagai dihantam dengan keras hati Hyein semakin sesak, sakit sekali.

***

Baekhyun menatap heran wanita di depannya, setaunya wanita ini sangat cukup ceria yah setidaknya ia tidak akan mengabaikan Baekhyun seperti ini. Hyein terlihat aneh sejak kepulangannya kemarin, apa karena ia memilih menemani kekasihnya selama 2 minggu ini? Tidak Hyein bukan wanita seperti itu, lagipula Baekhyun sering meninggalkannya untuk hal yang sama dan respon wanita ini biasa saja.

"Makan yang benar." Ucapnya memecah keheningan.

"Hm?" Gumamnya bingung saat tersadar dari lamunannya. Nah kan, Hyein yang dia kenal tidak pernah seperti ini.

"Kau hanya mengaduk makananmu dari tadi." Jelas Baekhyun.

Hyein baru akan menyendok makanannya namun terhenti, mencium aroma masakannya membuat perutnya berputar tidak karuan, ia mual. Hyein kembali meletakkan sendoknya menahan mual lalu meminum susunya sampai tandas, satu lagi yang membuat Baekhyun merasa aneh. Hyein tidak pernah minum susu di pagi hari dan sekarang ia minum susu.

"Kau sakit?" Tanya Baekhyun melihat wajah Hyein yang pucat pasi.

Hyein menggeleng lemah lalu beranjak membersihkan peralatan makannya dan Baekhyun. Hubungannya dengan Hyein memang tidak begitu dekat, tapi dari perubahan sikap Hyein ia tau ada yang tidak beres. Terlebih tadi malam, Hyein dengan tiba-tiba memeluknya saat tidur. Baekhyun kaget karena selama ini hanya dia yang memeluk Hyein saat tidur, tapi ia membiarkan melihat wajah lelah Hyein dengan kantung mata menghitam.

"Ayo ke dokter." Mata Hyein membola mendengar ajakan Baekhyun, tidak boleh. Baekhyun akan langsung tau jika ia hamil.

Baekhyun memijat pelipisnya mengetahui ketidak setujuan Hyein dari tatapannya. Lalu apa yang harus ia lakukan? setidaknya Hyein harus mengatakan sesuatu yang bisa Baekhyun mengerti tentang keadaannya.

"Hye, katakan sesuatu. Aku bingung melihatmu seperti ini." Lirihnya, Hyein hanya menatap lelah untuk beberapa saat. Morning sick sangat menyiksa, ditambah keadaan pikirannya yang ia rasa tidak seperti orang normal lagi.

"Aku hanya kelelahan dan sedikit tidak fit Baek, tak apa."

Baekhyun sedikit lega mendengar jawaban Hyein, ini adalah kalimat terpanjang yang ia ucapkan sejak kemarin setidaknya Hyein masih mau berbicara dengannya. Baekhyun hanya mengangguk mengerti lalu tersenyum jenaka sebelum ia berjalan menuju Hyein dengan tatapan menggoda.

Hyein refleks mundur merasakan dirinya terancam namun posisinya sangat menguntungkan Baekhyun, lelaki itu telah berhasil mengunci pergerakan Hyein dengan kedua lengannya di washtafel.

Lelaki Byun itu memainkan ujung hidungnya dipermukaan leher Hyein yang sudah ia gengdong untuk duduk di atas washtafel, tubuh Hyein yang membeku membuat Baekhyun gemas lalu menyedot leher Hyein. Awalnya ia hanya menyedot pelan namun entah setan darimana Baekhyun menyedotnya sampai meninggalkan bekas, ia ingin menggoda Hyein lebih jauh jika tidak ingat hari ini ia ada meeting yang sangat penting.

Baekhyun menarik diri lalu mencium bibir Hyein sekilas sebelum menurunkan tubuh Hyein, "Ah... Aku harus ke kantor. Padahal aku ingin bermain-main dengan istriku." ucapan Baekhyun berhasil membuat roma Hyein berdiri, tubuhnya hampir gemetaran namun ia tahan.

Hyein mengambil nafas pelan menenangkan diri, ia harus bersikap biasa saja dan berusaha meyakinkan diri Baekhyun hanya menggodanya seperti biasa, "Pergi sana!" Baekhyun terkekeh lalu mengacak surai istrinya sebelum pergi.

Hyein menatap kepergian Baekhyun dengan tangan gemetar yang saling bertautan, Hyein ketakutan.

***

"Tidak tidak, kau tidak boleh mengonsumsi antidepresan itu lagi. Ingat kandunganmu Hye." tegas Seungho.

Melihat tatapan kosong Hyein membuat Seungho sedih, adiknya semakin tertekan. Seungho menggenggam tangan Hyein erat berusaha memberi sugesti positif, "Kita hanya akan terapi, aku yakin kau akan membaik. Dengar, jika kau seperti ini bayimu juga akan merasakannya Hye. Jika kau tidak bisa mengendalikan diri untukmu sendiri, tolong pikirkan bayimu dia tidak berdosa."

Seungho benar, ia melupakan kenyataan tentang bayinya yang tidak berdosa dan sibuk dengan ketakutannya, Hyein merasa ia ibu yang buruk. Tangannya mengelus perut ratanya yang mau tak mau membuat sudut bibir Seungho terangkat. Hyein menyayangi bayinya.

"Kau harus sehat untuk dia Hye, dia membutuhkan ibunya." ujar Seungho lembut.

Hyein mengangguk patuh, "Aku akan berusaha semampuku."

BastardWhere stories live. Discover now