Part 17

5.4K 857 35
                                    

Baekhyun terisak lagi setelah lebih tenang kemarin, melihat neneknya dikubur di dalam tanah membuat separuh hati Baekhyun ikut terkubur. Baekhyun sangat mencintai neneknya, ia dibesarkan oleh neneknya selama tuan dan nyonya Byun sibuk membangun bisnis di Seoul meninggalkan Baekhyun yang masih berumur 5 tahun hingga ia 17 tahun.

Bukan waktu yang singkat untuk mengukir banyak kenangan di benak Baekhyun, dipisahkan dari neneknya membuat Baekhyun menjadi anak pembangkang. Baekhyun tidak ingin tinggal di rumah mewah orang tuanya, hidup di desa dan rumah sederhana sudah cukup asal ada nenek Byun disana.

Kaki Baekhyun melemah hingga ia terjongkok di sebelah nisan setelah peti nenek Byun tertutup sempurna dengan tanah, Baekhyun menangis lagi di pundak Hyein yang terus memeluknya.

Hyein tau benar rasanya kehilangan seseorang yang berharga, Baekhyun pasti sangat terluka saat ini dan yang dapat Hyein lakukan hanya terus berada di sampingnya. Di saat seperti ini ia tidak akan mengeluarkan kata apapun karena jika itu dia maka ia akan sangat marah jika ada orang yang dengan sok tau memintanya berhenti menangis.

***

"Dia tertidur?" tanya nyonya Byun sembari menatap putranya yang terlelap di pangkuan Hyein. Matanya nyonya Byun terlihat membengkak dan merah, terlihat jelas ia banyak menangis.

Hyein mengangguk lemah, "Sepertinya kelelahan, dia tidak tidur dari kemarin." ucapnya pelan.

"Kau juga belum tidur dari kemarin nak." Balas nyonya Byun, ah benar ia belum tidur.

"Aku akan tidur setelah Baekhyun makan malam." Jawab Hyein pasti.

Senyum tulus terlukis di wajah lelah nyonya Byun, ia merasa lega ada Hyein yang setia mendampingi Baekhyun di saat seperti ini. Setidaknya Baekhyun menjadi lebih tenang dengan keberadaan Hyein di hidupnya.

"Aku bersyukur memilikimu sebagai menantuku." Ucapnya tulus.

Hyein menggeleng lemah, "Harusnya aku yang bersyukur memiliki kalian sebagai keluargaku." Ucap Hyein dengan senyum tipis.

"Terimakasih sudah menjadi istri anakku Hyein."

***

Hyein merasa memiliki bayi berukuran tubuh orang dewasa, Baekhyun tidak mau melakukan apapun. Lelaki itu hanya termenung dan sesekali air matanya kembali menetes. Semangat hidupnya hilang, bahkan kekasihnya saja selalu beralasan ketika Baekhyun mengatakan membutuhkan keberadaannya. Hanya Hyein yang terus berada di sampingnya.

Sudah dua hari mereka kembali ke rumah, dan selama itu pula Baekhyun tidak bekerja, ia juga tidak mau makan bahkan ia tidak mandi. Hyein kewalahan membujuknya, Baekhyun sangat terpukul. Sebuah ide gila bermunculan dibenak Hyein, mungkin itu satu-satunya cara membuat lelaki itu makan dan mandi, soal pekerjaannya Hyein masih bisa membantu.

Hyein menghampiri Baekhyun yang tengah menatap kosong layar televisi yang mati sedari tadi, wanita itu menundukkan sedikit tubuhnya di depan Baekhyun lalu meremas bahunya pelan.

"Baek, ikut aku." Ujarnya pelan laku menarik tangan Baekhyun agar mengikutinya. Hyein membawanya ke kamar mandi, tak ada respon dari Baekhyun. Lelaki itu tetap melamun, persis dirinya beberapa tahun lalu.

Dengan sabar Hyein melepas pakaian lelaki itu hingga meninghalkan celana pendek, ia mendudukkan Baekhyun di dalam bathtub lalu menyalakan air. Hyein akan memandikannya jika ia tidak mau mandi, Hyein menggosok pelan tubuh Baekhyun jantungnya berdebar tentu saja, tubuh lelaki itu sangat kekar dan menampilkan otot perut sixpacknya namun Hyein berusaha menepis pikiran kotornya. Baekhyun membutuhkan dirinya saat ini.

Setelah memakaikan baju, Hyein mengeringkan rambut Baekhyun yang sedang berdiri di depannya menggunakan handuk. Baekhyun masih diam tidak memberi respon seperti biasanya. Hyein menatap lelaki itu sekilas lalu menarik tangannya menuju meja makan.

Hyein menghela nafas sekali lagi, Baekhyun tetap tidak mau makan maka ia harus menjalankan tugasnya lagi.

"Baek, makan ya?" tanyanya pelan. Baekhyun menggeleng lemah.

Wanita itu mengubah posisi duduknya menjadi di sebelah Baekhyun, "Kumohon Baek, kau bisa sakit jika begini terus. Aku akan menyuapimu." pintanya sabar.

Hyein mulai menyendokkan makanan ke mulut Baekhyun, awalnya ia menolak, namun berkat kesabaran Hyein, lelaki itu berhasil menghabiskan makanannya walaupun harus Hyein suapi.

Hyein mengelus rambut Baekhyun yang telah terlelap dalam pelukannya dan menatap lelaki itu sendu, "Cepatlah kembali Baek, aku membutuhkanmu." anakmu membutuhkan ayahnya.

***

Hari ini tepat satu minggu Baekhyun dalam keadaan seperti mayat hidup, Hyein harus mengerjakan urusan kantornya dan juga pekerjaan Baekhyun sekaligus. Beruntung bayinya tidak rewel belakangan ini, mungkin ia mengerti keadaan ayahnya.

Hyein menatap ke arah pintu balkon yang terbuka, ada Baekhyun disana masih terlihat sama seperti sebelumnya. Wanita itu cukup lelah namun menyadari kewajibannya. Ia memutuskan untuk membersihkan diri sebelum menghampiri suaminya itu.

"Baek." panggilnya sembari menepuk pundak Baekhyun pelan.

Baekhyun menoleh dan menatapnya datar namun sarat akan kesedihan, "Ayo bicara." ucap Hyein lalu mendudukkan diri di sebelah Baekhyun. Lelaki itu tidak bisa terus terpuruk seperti ini, Hyein terluka melihatnya.

"Aku mengerti perasaanmu, kau pasti sangat terpukul dengan kepergiannya tapi kau tidak bisa seperti ini terus Baek." ujarnya pelan.

"Apa aku menyusakhanmu?" tanya Baekhyun lemah.

Hyein menatapnya lalu tersenyum tipis, " Tidak sama sekali, aku melakukannya dengan keinginanku sendiri." jelasnya. "Aku mengatakan ini demi nenek, dia pasti tidak suka melihat cucu kesayangannya terpuruk seperti ini."

"Kau tidak tau rasanya kehilangan seseorang yang penting dalam hidupmu." nada bicara Baekhyun terdengar menahan amarah di telinga Hyein.

Wanita itu menatap langit malam yang terlihat mendung dengan tatapan menerawang, Hyein tau rasanya.

"Aku tau rasanya, bahkan mungkin aku kehilangan sesuatu yang lebih besar darimu." aku kehilangan segalanya Baek lanjutnya dalam hati.

"Apa?" tanya Baekhyun sembari menatapnya.

Hyein tersenyum pedih mengingatnya, "Bagian dari diriku." anak kita Baek. Hyein merasa miris tidak dapat mengungkapkannya pada pria ini tapi sekarang bukan waktunya.

"Apa itu yang membuatmu meminum obat itu?" Hyein menatap Baekhyun, pandangan mereka bertemu. Detik berikutnya lelaki itu melihat Hyein mengangguk tanpa ragu.

"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini padamu, tapi aku rasa ini bisa membantumu bangkit. Aku juga sudah kehilangan banyak hal dalam hidupku yang membuatku seperti kayu yang sudah dimakan rayap. Rapuh, bahkan sangat rapuh. Aku depresi berat, bahkan aku dirawat intensif tapi di luar sana ada orang yang sangat menginginkan keberadaanku dalam hidupnya, aku merasa bersalah membuat mereka terluka karena keadaanku." Hyein tersenyum mengingat betapa Sehun dan Seungho berusaha keras demi kesembuhannya.

"Kau punya keluarga yang utuh Baek, kau masih punya ayah dan ibu yang menyayangi dan membutuhkanmu. Apa kau tidak berpikir betapa tersiksanya ibu dan ayah melihatmu seperti ini?"

Baekhyun mematung, ia tidak pernah berpikir Hyein mengalami hidup yang sangat berat namun wanita itu tetap bisa bertahan, berbanding terbalik dengan dirinya.

"Kau harus bangkit Baek, jangan membuat mereka yang membutuhkanmu kecewa." sambung Hyein.

"Apa kau juga?" tanya Baekhyun.

Hyein mengernyit tidak mengerti, seolah dapat membaca pikiran Hyein. Lelaki itu memperjelas pertanyaannya.

"Apa kau juga membutuhkanku?" tanyanya membuat seulas senyum tulus terbentuk di wajah Hyein.

"Tentu saja."

BastardWhere stories live. Discover now