BAB 3

1.8K 128 0
                                    

Sekarang nara sedang berada didalam kamar seokjin. Tadi memang ia meminta untuk pulang. Selain tidak betah lagi pula di rumah sakit memang tidak enak. Nara maupun seokjin sama sama diam. Seokjin yang diam sambil menggenggam tangan nya nara, dan nara yang diam sambil memandang ke arah lain.

Seokjin pun bingung harus bagaimana lagi. Nara lebih banyak diam sekarang. Keluarga nya seokjin maupun keluarga nya nara sedang berkumpul di rumah mertua nya seokjin. Tadi memang mereka berdua di ajak ikut, tetapi seokjin menolak dengan alasan kesehatan nara.

"Aku harus apa supaya kamu tidak diam lagi?"Tanya seokjin lembut. Jujur. Ia memang dingin tetapi ia tidak suka dengan suasana seperti ini. Seokjin memang salah. Tetapi apakah ia tidak pantas mendapatkan maaf dari istri nya.

Segitu kecewa dan marah nya kah nara terhadap seokjin.

"Sepertinya memang kamu tidak kenal baik ya gimana sifat aku"Nara tersenyum miris. Setelah itu nara menarik tangan nya dari genggaman seokjin. Nara rasa ia harus istirahat. Lagi pula nara bosan mendengar tentang masalah ini terus menerus.

Nara membaringkan tubuh nya sambil menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh nya. Seokjin yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar. Jika nara sedang marah seperti ini, Seokjin tidak akan mau membuat nara marah. Toh kalau memang itu hal sepele nara tidak akan marah sampai kaya gini.

📜📜📜

Seokjin melamun di balkon kamar nya. Ia lelah. Semua nya bercampur menjadi satu. Lelah akibat pekerjaan dan lelah akibat masalah nya dengan nara. Seokjin memang amat sangat mencintai dan menyayangi nara. Ia berjanji. Jika masalah ini sudah selesai. Seokjin tidak akan membentak dan marah marah lagi terhadap nara. Karna nara adalah tanggung jawab nya sekarang. Seokjin seharusnya menjaga bukan nya membentak seperti tadi pagi.

Ini sudah pukul 11 siang. Tetapi dirinya belum juga memakan apapun. Air putih saja belum ia minum. Seokjin terlalu bingung untuk memikirkan masalah ini.

"Ehh?"Seokjin terkejut bukan main karna tiba tiba ada sebuah tangan yang melingkar di pinggang nya. Kalau seokjin cium cium, ini seperti bau parfum nara. Tetapi bukan kah nara sedang tidur.

Seokjin memutar kepala nya untuk melihat ke arah kasur. Benar saja di sana sudah tidak ada siapa siapa. Berarti ini memang benar nara.

"Maaf. Gara gara aku, kamu jadi banyak pikiran gini"ucap nara. Setelah itu nara maupun seokjin hanya menikmati pelukan ini. Di saat seperti ini lah yang paling mereka rindukan. Sebenarnya mereka bisa saja menghabiskan waktu berdua seperti ini setiap hari. Tetapi memang seokjin nya yang terlalu sibuk dengan urusan kantor nya.

Seokjin melepaskan tangan nya nara yang berada di pinggang nya dengan perlahan. Setelah benar benar terlepas. Ia memutar tubuh nya dan mensejajarkan wajah nya dengan wajah nara. Memang. Tinggi nara hanya sedagu seokjin.

Ingin rasanya seokjin mencium bibir merah muda nya nara. Bahkan melumat nya. Tetapi keadaan nara sedang seperti ini dan ia tidak mau membuat nara semakin lebih drop. Melihat nara menangis dan sakit seperti ini saja sudah menjadi kelemahan seokjin. Ia sebenarnya bisa saja memaksa nara untuk melakukan hubungan suami istri sekarang juga. Tetapi itu hanya akan di lakukan oleh suami egois. Bukan seokjin. Karna seokjin tidak mau memaksa dan akan dengan senang hati pula kalau nara yang meminta sendiri.

Perlahan pandangan seokjin semakin mengarah ke arah bibir nya nara. Benar benar idaman. Selain merah muda, bibir nya nara sedikit imut. Dan Itu akan lebih memudahkan seokjin untuk mencium nya.

"Kenapa sih kamu lihatin aku begitu?"tanya nara sambil mengeluarkan senyum paksa nya. Seokjin saja sampai kaget di buat nya. Ia tertangkap basah sedang memperhatikan bibir nya nara.

"Boleh kah?"Entah kenapa itu lah pertanyaan yang meluncur dari bibir nya seokjin. Dengan polos nya juga nara malah menjawab dengan anggukan. Itu pertanda kalau ia memperbolehkan seokjin untuk mencium nya. Entah lah apa yang sedang di pikirkan oleh sepasang suami istri ini.

"Di rumah tidak ada siapa siapa. Jadii...."perlahan seokjin semakin mempersempit jarak di antara diri nya dan juga nara. Kepala nya sedikit di miringkan untuk lebih mendekatkan wajah nya dengan nara. Nara yang di perlakukan seperti itu pun hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya. Toh ia dan seokjin memang sudah sah.

Benda kenyal menempel tepat di bibir nara. Nara yakin kalau seokjin pasti menciumnya. Nara bahagia karna first kiss nya bisa ia berikan ke suami nya sendiri. Lalu yang awal nya hanya ciuman biasa, sekarang berubah menjadi ciuman panas. dan selanjut nya hanya mereka dan tuhan yang tahu.

📜📜📜

Perlahan nara membuka matanya. Rasanya badan nya benar benar pegal. Memang. Semenjak ciuman itu, nara dan seokjin memutuskan untuk melakukan kegiatan suami istri yang selayaknya mereka lakukan. Seokjin memang awalnya sempat menolak karna kondisi nara yang sedang sakit. Tetapi nara meyakinkan seokjin kalau diri nya baik baik saja.

Lalu sekarang nara sudah melepas semua keperawanan nya. Dan semua ia berikan ke suami tercinta nya itu.

Nara sedikit meringis karna bagian bawah nya sedikit sakit. Mungkin ini memang kali pertama ia melakukan ini.

"Kalau sakit bilang jangan dirasain sendiri"ucap seokjin. Nara pun sedikit terkejut karna barusan bukan kah seokjin masih tidur.

Seokjin pun dengan perlahan membukan mata nya. Ia tersenyum begitu melihat raut wajah nara yang sudah memerah. Entah karna malu atau apa. Tetapi itu benar benar menggemaskan menurut seokjin.

"Sekali lagi aku minta maaf untuk soal tadi pagi. Aku janji tidak akan bikin kamu kecewa lagi karna bentakan aku itu. Aku pastiin kalau bentakan itu yang pertama dan terakhir kalinya "ucap seokjin sambil mengusap rambut panjang nya nara. Sebenarnya nara memang sudah melupakan kejadian itu dan ia berusaha untuk menerima semua nya.

"Tidak apa apa sayang. Jangan diulangi lagi ya. Sebelum nya aku minta maaf juga kalau aku mengganggu pekerjaan kamu. Tapi yang aku mau, kamu bisa bagi waktu kamu. Antara istri dan juga pekerjaan kamu itu"ucap nara dan mencium sekilas pipi nya seokjin. Ia maupun seokjin benar benar lega. Semua nya sudah selesai. Lagi pula mereka sedang belajar menerima. Ini memang sudah di takdirkan untuk rumah tangga mereka. Yang terpenting belajar menerima saja itu sudah sangat cukup.

◾◾◾

•Tbc•

My husband is the workaholic ▪seokjinWhere stories live. Discover now