BAB 6

1.3K 89 3
                                    

Seokjin terus menerus merasa bersalah. diri nya lah yang berjanji, dan diri nya pula yang mengingkari. Seokjin memang benar benar banyak masalah di kantor nya. Ia membutuh kan pengertian nara saat ini. Tetapi. Nara justru bodo amat dan dengan mudah nya meninggalkan seokjin begitu saja.

Seokjin bingung harus menjelaskan apa lagi ke nara. Percuma dia menjelaskan kalau nara saja seperti itu.

Seokjin menghela nafas nya. Lalu mulai prepare untuk segera berangkat ke kantor nya. Pingin sekali ia berdiam diri di rumah bersama istri tercinta nya. Tetapi sekarang ,kantor nya memang sangat membutuhkan diri nya.

Setelah selesai dengan semua perlengkapan kantor nya. ia mulai melangkahkan kaki nya menuju meja makan. Ia sangat yakin. Mau semarah apapun nara. Pasti nara tetap akan melayani diri nya.

Terlihat dengan jelas punggung nara yang memunggungi seokjin. Seokjin menarik nafas nya dan membuang nya perlahan. Setelah itu ia mendekat ke nara dan memeluk nya dari belakang.

Seokjin kira nara akan membalikkan badan nya dan membalas pelukan nya. Ternyata ekspetasi nya salah. Ternyata nara hanya diam dan melanjutkan kegiatan nya untuk membuat sarapan. Ini yang paling seokjin tidak suka jika nara sedang marah. Pasti diri nya lah yang merasa di abaikan.

"Kamu marah, hm?"tanya seokjin. Bukan nya menjawab, justru nara malah melepas kan tangan seokjin dari pinggang nya. Ia duduk di kursi nya seperti biasa. Seokjin pun ikut duduk di samping nara. Seokjin tidak mau mengganggu nara dan mulai memakan sarapan nya.

Suasana meja makan benar benar hening. Hanya ada suara gentingan garpu dan sendok yang saling beradu. Beberapa saat kemudian, nara lantas saja bangkit dari duduk nya dan menaruh piring kotor nya di wastafel. Sebelum ia meninggalkan suaminya, sebuah tangan menahan langkah nya.

"Mau kemana?"Tanya seokjin. Nada bicara nya benar benar lembut. Ia juga tidak mau membuat nara semakin marah.

Nara menoleh sekilas ke seokjin ,"kamu berangkat saja ke kantor. Aku mau ke rumah mamah"lanjut nara dan melepas tangan nya dari jangkauan seokjin. Lalu berlari kecil menuju kamar mereka. Entah lah. Rasanya air mata nya ingin keluar saat ini juga.

Seokjin pun hanya bisa memandang istri nya yang perlahan mulai menjauh. Ia hanya bisa diam, diam, dan diam. Rasanya sangat berat untuk membiarkan istri nya itu pergi. Apalagi dalam keadaan seperti ini.

Dan seokjin lebih memutuskan untuk menunggu nara siap. Ia hanya ingin mengantarkan nara sampai rumah mertua nya. dan sudah pasti seokjin takut nara kenapa napa.

Setelah menunggu hampir 20 menit. Akhirnya nara turun dari kamar nya dan memperlambat jalan nya ketika masih melihat keadaan seokjin. Kirain sudah berangkat. Piki nara.

"Aku antar sampai rumah mamah"ucap seokjin sambil bangkit dari posisi duduk nya dan mendekat ke arah nara. Menatap wajah istri nya yang hari ini sangat berbeda. Wajah nara tidak seperti biasa nya. Ia terlihat sangat lesu. Mungkin memang ini ada akibat nya dengan perkataan seokjin tadi.

📜📜📜

Sesampai nya di depan pekarangan rumah mamah nara. Nara ingin cepat cepat segera memasuki rumah itu. Rasanya nara ingin kembali ke hidup nya yang dulu. Yang belum kenal dengan seokjin dan selalu bermanja manja dengan mamah nya. Ia memang anak tunggal. Biasanya anak tunggal memang kesepian. Terkecuali nara. Nara tidak merasa kesepian sama sekali. Malah nara merasa kalau ia benar benar di sayangi oleh orang tua nya.

Nara hendak membuka pintu mobil. Tetapi lagi dan lagi seokjin menahan pergelangan tangan nya. Nara sebenarnya tidak mau seperti ini. Tetapi kalau di pikir pikir. Seokjin malah menjadi seenak nya. Seokjin yang menebar janji dan seokjin pula yang mengingkari.

"Aku tahu kamu marah sama aku. Maaf banget sayang. Aku benar benar tidak bisa meninggalkan kantor untuk saat ini. Kantor sangat membutuhkan aku. Aku mohon jangan buaf aku jadi serba salah. Aku tidak mau di cap menjadi suami yang tidak baik untuk kamu. Aku sayang banget sama kamu. Jadi please ya ngertiin aku untuk saat ini."ucap seokjin dan mencoba untuk selembut mungkin berbicara dengan nara. Nara yang merasa sedikit tersentuh hanya bisa tersenyum. Bukan tersenyum manis. Tetapi tersenyum karna di paksakan.

"Yausdah, kan sekarang aku sjdah ngertiin kamu. Mau aku mohon mohon sama kamu 1000 kali pun. Kamu tetap akan pergi ke kantor kan. Jadi sama saja menurut aku. Kalau memang pekerjaan kamu lebih penting. Mending kamu urus saja dulu pekerjaan kamu itu."perlahan nara melepas kan tangan nya seokjin. Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya ,"kamu hati hati. Jaga kesehatan"Setelah itu nara benar benar turun dari mobil dan berlari kecil untuk menuju rumah mamah nya.

Ingin sekali rasanya di pertahankan hanya karna ia tidak mau kehilangan. Tetapi sepertinya ini memang realita. Nara hanya bisa berusaha menjadi yang terbaik walau akhir nya ia akan kecewa juga.

"Mahh"Panggil nara. Posisi nara sekarang adalah sedang mencari cari keberadaan mamah nya. Dan pandangan nya berbinar ketika mamah nya datang dari arah taman belakang.

Nara berlari kecil dan langsung berhambur ke dalam pelukan sang mamah. Pelukkan yang sangat nara rindukan. Nara ingin mengenang semua nya hari ini juga.

"Duduk dulu yuk"ajak mamah ke nara untuk duduk di taman belakang. Nara memang sengaja datang ke sini untuk sekedar bercerita dengan mamah nya. Mungkin setelah bercerita diri nya akan terasa lega.

Setelah duduk , perlahan nara mulai menjelaskan semua masalah nya dengan seokjin.

"Mah, salah tidak sih kalau aku kecewa sama seokjin saat dia mengingkari janji nya?"Tanya nara. Nara menyenderkan kepala nya di bahu sang mamah. Ia rindu dengan moment seperti ini. Semenjak menikah, nara merasa kalau ia sangat jarang berkunjung ke rumah mamah dan papah nya.

"Tidak ra. Tetapi kamu juga harus membedakan mana yang serius dan mana yang sepele. Mamah tahu ko pasti kamu sedang ada masalah sama seokjin. Saran mamah. Kamu selesaikan baik baik. Dan jangan pernah menyelesaikan masalah dengan di landasi amarah. Kamu sudah bersuami nak. Jangan bandingkan dengan sewaktu dulu kamu belum menikah"jawab mamah sambil mengusap rambut nara dengan sangat lembut.

Dan pada akhirnya air mata yang di tahan oleh nara keluar juga. Ia hanya butuh seseorang yang tepat untuk saat ini. Dan seperti nya mamah nya memang orang yang sangat tepat.

Omongan mamah nya memang ada benar nya juga. Tidak seharusnya nara seperti ini. Seokjin hanya butuh pengertian nya saja. Tetapi nara malah mengabaikan seokjin seperti itu.

"Iyaa mah. Nara ngerti ko. Tapi nara hanya mau seokjin menepati janji nya dan membagi waktu nya untuk nara. Apa itu sulit mah?"Tanya nara. Tubuh nya ia tegakkan dan menatap sang mamah dengan uraian air mata yang belum hilang.

Kalau tau seperti ini jadi nya setelah menikah. Lebih baik nara menunda dahulu menikah nya.

"Itu tidak sulit sayang. Papah kamu juga dulu sama persis seperti seokjin. Tetapi dengan seiring berjalan nya waktu, papah kamu mulai sadar kalau di rumah ada istri nya yang sedang menunggu. Setelah itu papah mengurangkan workaholic nya."jelas mamah. Sekarang nara mengerti. Mungkin memang nara hanya butuh waktu untuk menerima ini semua.

◾◾◾

•Tbc•

My husband is the workaholic ▪seokjinWhere stories live. Discover now