Chenyi : Bab. 5

8.1K 834 64
                                    

-Hutan Perbatasan-

"Tuan..?", Lirih Wu Gu membuka matanya perlahan menatap pria yang tengah mengendongnya.

Langkah kakinya terhenti tepat di tengah-tengah antara dua batang pohon yang berjarak 2 meter saja, sepasang matanya yang tajam dan sipit namun indah itu membalas tatapan Wu Gu yang lemah. "Panggil aku Gui Wang..",

Cring..

Aneh, Wu Gu merasa dia baru saja tiba di tempat yang aneh ketika berjalan melewati dua batang pohon itu. "Tu--", Chenyi menurunkannya begitu saja. Berjalan menghampiri dua orang lainnya yang ada di hadapan mereka, seorang pria muda yang tampan, dan seorang lainnya adalah pria paruh baya.

Pria tampan itu, Wu Gu mengenalnya dan tentu saja terlihat dari bagaimana dia tersenyum padanya juga dengan wajah yang merona merah. Raja Hantu, Chenyi menatap tajam pada Wu Gu yang menyadari hal itu dan langsung menundukkan kepalanya.

"Ka-- Maksudku, Selamat datang kembali Yang Mulia...", Ujar pria tampan yang dikenali oleh Wu Gu pada Chenyi, Si Raja Hantu, yang terkenal akan kebengisannya.

"Tu--",

"Panggil aku Chenyu saja, Kakak Ipar..", Ujar pria tampan itu lagi ketika Wu Gu hendak memanggilnya 'Tuan' seperti bagaimana dia memanggil Raja Hantu, hingga pria itu kini merasa jengkel. "Ka-- Kakak ipar?", Gadis itu terlihat gelisah ketika di panggil seperti itu oleh Chenyu.

Sementara pria bertopeng itu hanya tersenyum, Chenyi sendiri semakin menatap tidak suka padanya juga Wu Gu yang terlihat sangat mesra dan akrab. Cemburu, mungkin atau mungkin juga karna dia memang tidak suka melihat kebahagian di wajah orang lain. Siapa yang tau apa yang ada dalam pikiran sang Raja Hantu, Chenyi.

"Wu Gu, Aku akan mengantarmu ke kamar. Cepat..", Ujar Chenyi menarik paksa lengan Wu Gu dengan kuat dan kasar hingga gadis itu meringis.

Meski ringisan terdengar jelas dari mulut Wu Gu, namun hal itu sama sekali tidak mempengaruhi Chenyi yang masih menariknya paksa. Pria itu terlihat dingin dan kesal, juga mungkin tengah marah. Dan tentu saja, Wu Gu tidak juga sama sekali  mengerti kenapa Chenyi terlihat marah dan kesal, pada dirinya ataupun bukan pada dirinya.

"Tu--",

"Gui Wang! Panggil aku Gui Wang, Wu Gu..", Pekik Chenyi membuat Wu Gu sedikit tersentak apalagi ketika tiba-tiba saja pria itu mendobrak sebuah pintu ruangan dengan sebuah ranjang mewah di dalamnya.

Dengan cepat menarik tubuh Wu Gu kearah ranjang, menjatuhkannya ke atasnya dengan sedikit kasar. Kedua tangan gadis itu di himpit dengan mencengkram pergelangannya ke atas permukaan ranjang dengan di tempatkan di setiap sisi kiri dan juga kanan kepala Wu Gu, "Katakan padaku..apa kau menyukai Chenyu? Kau mengira jika anak dalam perutmu adalah miliknya begitu?",

Wu Gu membelalakkan matanya, tidak percaya dengan yang barusan di dengarnya. "Tu- Maksud saya, Gui Wang. Memangnya..bukan??", tanyanya balik. Gadis itu gelagapan, memandangi sepasang mata sipit milik Chenyi.

Pria itu mengigiti tepi bawah bibirnya, menajamkan alisnya dan semakin memperkuat cengkraman pada kedua pergelangan tangan Wu Gu. Kedua matanya semakin menatap tajam dan tegas tepat kearah mata gadis itu,

'Ayahanda..'

'Minggirlah, aku dan kakak sudah tidak bisa menahan kelahiran kami lebih lama lagi..'

'Kalau mau membuat adik baru untuk kami, lakukan besok saja. Pikirkan kami dulu, ayahanda yang mesum!!!'

Sial, Chenyi lupa. Di dalam sana, dua orang anak laki-lakinya yang sangat-sangat menyebalkan dan ditambah juga menjengkelkan gaya bicaranya. Kini dia harus menyerah, meredakan kemarahannya pada Wu Gu dan memilih untuk beranjak turun dari atas tubuh gadis itu.

[COMPLETE] Destiny of Three world : Love and Ambition storyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu