Chenzi & Chenli : Bab. 19

3.6K 338 48
                                    

Chenzi sudah memikirkannya dengan matang, dia hanya perlu merubah pakaiannya menjadi seperti Chenli, sang adik. Dia yakin, Gadis seperti Jia Lan tidak akan dapat membedakan dirinya dengan sang adik. Untuk itu, dia perlahan melangkah memasukki gubuk Jia Lan. Melihat keterkejutan gadis itu, Chenzi tersenyum menyeringai. Jia Lan mendekatinya, memberinya tatapan heran dan juga binggung. Dia dapat menebak bahwa Jia Lan binggung kenapa dia bisa berada disini, sementara tadi dia baru saja berpamitan dengannya. Sayangnya, dia bukan-lah Chenli yang dipikiran oleh Jia Lan.

"Pangeran---",

Jia Lan mengernyitkan keningnya binggung, "Kenapa anda kembali? Bukankah---", Dia terdiam. Itu karna Chenzi, yang menyamar menjadi Chenli tiba-tiba menariknya mendekat, mencium bibirnya dengan kasar, memperdalamnya dengan melumat bahkan menyusupkan lidahnya masuk dengan secara paksaan.

"Aku? Merindukanmu, Jia Lan. Aku tidak akan pergi kembali ke istana Hantu, aku ingin---", Chenzi seperti kerasukan. Dia tidak tau kenapa, dia lepas kendali. Bibir Jia Lan terasa sangat manis dan memabukkan, seolah bibir munggil berwarna merah jambu itu terbuat dari arak.

Kembali diraihnya bibir Jia Lan, mendorong mundur tubuh gadis itu tanpa melepaskan ciumannya sedikitpun. Hingga akhirnya dia dan Jia Lan terjatuh keatas ranjang, menindih tubuh munggil Jia Lan, dia melepaskan pangutannya. Dengan napas terengah dia memandangi tubuh Jia Lan, kedua tangannya bergerak sendiri, menarik kasar dan cepat pakaian Jia Lan. Bunyi sobekkan menandakan bahwa aksinya berhasil, "Pangeran---",

Suara Jia Lan yang terdengar begitu menyedihkan menambah kegilaan dirinya, dia melepaskan celananya, pakaiannya, dan tanpa menunggu dan mempedulikan penolakan Jia Lan, dia melesakkan tubuhnya menindih kembali Jia Lan yang juga telah tanpa sehelai-pun benang menutupi tubuhnya. Gilanya, Jia Lan mulai perlahan pasrah, basah dan berkeringat dibawahnya. Tubuh dan Pikiran Chenzi tidak berjalan beriringan, pikirannya memintanya untuk berhenti, namun tubuhnya justru memaksa dan menuntut perlakuan lebih.

Hingga malam berlalu dan pagi hari tiba, Chenzi sadar semalam dia tertidur setelah kelelahan mengempur semalaman. Dia bangun dalam posisi duduk diatas ranjang, mengacak rambutnya yang terurai panjang, dia memperhatikan noda darah yang telah mengering dibagian bawah kakinya menodai ranjang kayu yang hanya beralaskan tikar bambu saja. Gadis itu masih perawan semalam, sebelum dengan brengseknya dia datang dengan kedok yang tidak kalah sialannya, menodainya. Lihat Chenzi? Kau sangat brengsek.

Jia Lan, gadis itu tidak terlihat dimana-pun di dalam kamar yang hanya seluas gudang di istana---atau bahkan lebih kecil? Entahlah, Chenzi tidak memperhatikan dengan baik sebelumnya. Untuk itu dia memutuskan untuk mencari Jia Lan, dia bangun, merapikan pakaiannya dan juga rambut---dia butuh pelayan untuk urusan ini. Tapi dia ingat, dia berada di dunia manusia, sendirian. Lupakan soal rambut, dia bisa melakukannya nanti, sekarang dia harus menemukan Jia Lan. Dia takut, gadis itu akan melakukan hal yang nekat.

Sejujurnya, dia tidak pernah berpikiran untuk memperkosa Jia Lan. Dia hanya ingin sedikit memberinya pelajaran, agar dia membenci Chenli. Itu saja, tidak lebih dan juga kurang.

Tapi, takdir berkata lain. Dia benar-benar berpikir bahwa dia telah kerasukan semalam, gadis itu dapat memabuk-kannya. "Jia---", Dia melihat sosok Jia Lan berjongkok di depan tungku api. Tangannya terlihat gemetaran memasukkan potongan-potongan kayu bakar ke dalam tungku. Chenzi terdiam, dia tau, gadis itu menangis. Terlihat dari kedua bahunya yang gemetaran, juga suara isakan yang samar-samar terdengar olehnya.

Trak!!!

Chenzi memperhatikannya, terutama ketika Jia Lan bangun dan hendak berbalik dengan sisa kayu bakar di dalam gendongannya, yang mana perlahan jatuh.

"Pa---Pangeran, a--anda sudah bangun?", Tanya Jia Lan sebisa mungkin menyembunyikan tubuhnya yang gemetaran.

Chenzi menurunkan arah pandangannya, Menatap Jia Lan langsung, entah kenapa jantungnya berdetak cepat. "Pangeran Chenzi---bukan?", Suara Jia Lan kembali mengejutkannya, ditambah gadis itu tau.

[COMPLETE] Destiny of Three world : Love and Ambition storyWhere stories live. Discover now