Chenyi : Bab. 12

6.9K 682 23
                                    

[Note] : 18+ (Jangan coba-coba) :V

Chenyi duduk dalam keadaan tidak percaya, wanita di sampingnya baru saja mengatakan suatu hal yang sulit untuk di percaya. Dengan berkata, "Apa ramalan tentang bintang kembar yang mengancam tiga dunia?", bahkan Chenyu sendiri tersentak dan nyaris tersedak ludahnya sendiri begitu mendengar hal itu dari mulut Wu Gu.

"Bagaimana kau bisa tau?", Chenyi mengernyitkan kening dan mengangkat alisnya sebelah.

Wanita itu tersenyum, "Rahasia..", Ujarnya sengaja mengoda Chenyi yang semakin mengernyit, bahkan telah menaikkan alisnya sebelah. Chenyu sendiri hanya berusaha menutupi mulutnya, menahan tawa yang akan terlontar begitu saja dari mulutnya. Kedua pangeran kecil juga menertawakan ayah mereka dengan mengunakan telepati bersama paman mereka, Yakni Chenyu.

"Chenyu, Kau keluarlah dulu. Juga bawa Chenzi dan Chenli keluar bersamamu, aku akan memberi sedikit pelajaran pada Wu Gu tentang bagaimana tata krama menjadi seorang istri yang baik..", Ada penekanan pada kalimat Chenyi. Tatapannya lurus dan intens kepada Wu Gu yang sedikit merinding mendengar dan melihat kearah Raja Hantu, Chenyi.

Tentu saja, Chenyu mengerti maksud kakaknya itu. Dan dengan segera, meraih Chenzi dan juga Chenli untuk pergi dan meninggalkan Raja Hantu bersama kekasihnya itu. "Yang Mulia, saya tidak mengatakan sesuatu yang salahkan? Sa-- Saya..", belum selesai ucapan Wu Gu namun Chenyi sudah membungkamnya dengan sebuah ciuman.

"Tidak salah, tapi tingkahmu yang salah..", Ujar Chenyi sebelum akhirnya kembali melayangkan sebuah ciuman yang perlahan beralih dari bibir menuju ke rahang dan berakhir di leher Wu Gu. Chenyi bisa merasakan jika tubuh Wu Gu menegang dan memanas ketika beberapa kali dia menyesap bagian lehernya, kedua tangannya menahan dan mengunci agar Wu Gu tidak berusaha mendorongnya.

Siapa yang menyangka, Raja Hantu Chenyi bisa bersikap seperti ini pada seorang wanita. Menurut cerita yang di dengan dari para rakyat di desa, Raja Hantu digambarkan sebagai pria paruh baya yang telah berumur ribuan bahkan lebih dari puluhan ribu tahun. Raja Hantu juga digambarkan bisa berubah wujud menjadi ular, siapa yang menyangka ternyata Raja Hantu yang ini adalah 360 derajat kebalikan dari yang dikatakan oleh orang-orang. "Yang..Mulia..",

Chenyi berhenti, dia menatap Wu Gu dengan seksama. Wanita itu menatapnya dengan tatapan memelas, entah itu meminta dilepaskan atau yang lainnya. Yang jelas, Chenyi tidak akan melepaskan Wu Gu hari ini juga. Dia harus memonopoli wanita ini, sendirian. "Jangan bergerak, Wu Gu. Aku tidak mau melukaimu.", Gumam Chenyi kembali menciumi permukaan leher Wu Gu sementara tangannya telah berpindah dari tangan Wu Gu ke tali pengikat hanfunya, menyibak kedua sisi lapisannya.

Wu Gu menahan tangan Chenyi, kembali memberinya tatapan memelas, tapi kembali harus di ingatkan, Chenyi si Raja Hantu tidak mudah diajak kompromi ataupun bernegosiasi. Entahlah, mungkin itu adalah sifat dasar dari para Raja Hantu. Tanpa memberikan Wu Gu apa yang wanita itu inginkan, Chenyi langsung melepaskan semua pakaian Wu Gu, melemparnya sembarangan.

Kini, Wu Gu sudah nyaris telanjang sepenuhnya. Yang tersisa hanya celana putih polos yang menutupi bagian bawah perut hingga nyaris sampai dilututnya, kedua tangan munggilnya menutupi kedua buah dadanya sendiri dan memalingkan wajah dengan malu. Chenyi tersenyum melihat tingkah Wu Gu yang begitu pemalu, juga polos. "Jangan menutupinya, Wu Gu. Kau sendiri tidak malu tadi ketika sedang menyusui Chenzi dan juga Chenli..",

"I--- Itu berbeda, Yang Mulia. Mereka masih bayi, jadi tidak akan mengerti apa yang mereka lalukan..", Protes Wu Gu dengan wajah polosnya yang selalu berhasil membuat Chenyi merasa gemas. Dia tersenyum meremehkan, kemudian menarik paksa kedua tangan Wu Gu, menempatkannya dikedua sisi. "Aku juga bayimu, Wu Gu. Dan aku sudah sangat lapar..",

Chenyi tidak mengerti sebelumnya, kenapa orang-orang begitu suka pergi ke rumah bordil. Ternyata rasanya diluar pemikiran Chenyi sendiri, namun tentu saja dia tidak akan pergi ke rumah bordil, karna dia sudah punya wanita yang luar biasa di atas ranjangnya ini. Yang mana, telah memberikannya dua orang putra dan mungkin kedepannya akan ada lebih dari itu. Membayangkannya saja, membuat diri Chenyi tersenyum penuh makna. Dia bahkan tidak menyadari jika Wu Gu menangis,

Hingga akhirnya dia menatap Wu Gu, lalu berkata, "Kenapa kau menangis? A--- Apa aku bersikap terlalu keras padamu? Maafkan aku, Wu Gu..",

Wu Gu mengelengkan kepalanya, membiarkan Chenyi menjilati bagian tepi bawah matanya yang berair karna dia menangis. Pria itu juga memberinya sebuah kecupan ringan, "Aku tidak akan memaksamu, jika kau tidak mau melakukannya lagi Wu Gu. Istirahatlah, aku akan keluar..", Chenyi turun dari atas ranjang, meraih pakaian Wu Gu dan memberikannya pada wanita itu untuk dipakai kembali. Ada sedikit rasa bersalah pada diri Wu Gu, melihat pria itu tidak lagi tersenyum bahkan saat dia pergi.

Apa aku menyakiti perasaan Yang Mulia? Batin Wu Gu bertanya dengan nada rapuh dan sayu.

Diluar, ternyata Chenyu tengah bermain dengan Chenzi dan juga Chenli. Melihat kakaknya keluar dengan ekspresi tidak baik dia berjalan mendekati Chenyi, "Kak? Ada apa? Apa sudah selesai menghukum kakak ipar heh..?", Chenyu mengodanya. Namun yang didapatnya justru adalah tatapan mematikan dari Sang kakak, yang mana langsung membuat Chenyu mengernyitkan kening.

"Ada apa kak? Apa ada yang salah? Apa jangan-jangan kalian bertengkar???", Chenyu bersikap berlebihan. Dia melotot besar pada kakaknya, sementara ditangannya Chenzi juga Chenli mengeratkan pelukan pada pamannya itu.

'Sepertinya, ayahanda sangat marah. Kakak tidak bisa membaca pikirannya, ayahanda menutupinya dengan kekuatan yang besar..'

'Hm, benar. Aku juga tidak bisa membacanya..'

"Kak---",

"Yang Mulia, apa anda marah? Anda marah pada saya??", Wu Gu berlarian keluar. Nyaris saja wanita itu jatuh tersungkur di depan Chenyi jika Chenyu sang adik tidak membantu dengan menopang tubuh Wu Gu,

kini dia memandangi Wu Gu dengan raut wajah khawatir."Apa kakak ipar baik-baik saja? Ada yang terluka?", Tanyanya. Chenyi melirik dari ekor matanya, dilihatnya Chenyu memegangi kedua bahu Wu Gu, sementara meletakkan kedua putranya di atas pembatas balkon. Keduanya memeluk erat tiang kayu disamping mereka,

Entah apa yang merasuki Chenyi, dia menjadi begitu marah. Dengan kuat dia menarik tangan Chenyu dan menghempaskannya menjauh dari Wu Gu, "Bagaimana kau bisa membiarkan Chenzi dan Chenli duduk di atas pembatas seperti itu?! Bagaimana jika mereka jatuh?", Marahnya. Chenyu memasang raut wajah bersalah, kemudian segera memindahkan Chenzi juga Chenli ke dalam gendongannya.

"Kau! Apa begitu caramu hah? Pura-pura khawatir kemudian berpura-pura seolah kau akan terjatuh sehingga adikku bisa menangkapmu? Ah! Sudahlah, aku banyak urusan. Urus dirimu sendiri, Wu Gu..", Dia juga memarahi wanita itu. Membentaknya hingga kedua mata Wu Gu sedikit memerah, menandakan bahwa dia hendak menangis.

Wu Gu menundukkan kepalanya, menyembunyikan air matanya dari Chenyi yang telah berjalan meninggalkannya. Pria itu sebenarnya tau, jika Wu Gu sedang menangis. Namun dirinya yang lain sekaligus egois ini tidak membiarkannya berbalik kemudian membekap Wu Gu kedalam pelukan, bahkan sempat terjadi adu batin di antara kedua Chenyi, yakni di antara Chenyi egois dan Chenyi lemah lembut. Chenyi egois merasa marah atas penolakan Wu Gu tadi, sementara Chenyi lemah lembut tidak berdaya pada dirinya yang lain itu.

"Kakak Ipar, kau tidak apa-apa? Jangan menangis, aku akan bicara dengan kakak nanti. Ini, Chenli bilang dia sangat lapar. Tadi juga belum sempat minum susu..", Chenyu membujuknya. Wu Gu mendongakkan kepalanya, memperlihatkan betapa menyakitkannya perkataan Chenyi yang barusan. Dengan gemetaran dia meraih Chenli dalam gendongannya, memeluknya dengan cukup erat.

Wu Gu kembali meneteskan air mata, melihat kedua putranya maka sama halnya dengan mengingatkan dirinya akan Chenyi.

"Ibunda..",

Wu Gu menoleh kearah Chenli di dalam pelukannya, bayi munggil yang baru berusia tiga tahun itu baru saja memanggilnya Ibunda. Apa dia tidak salah dengar? "Eh, Chenli sudah bisa berbicara? Dia memanggilmu, Kakak Ipar..", Chenyu terlihat sangat senang. Wu Gu menciumi kening dan pipi Chenli dengan gemas,

"I--- Ibunda..?", Kali ini giliran Chenzi yang memanggilnya sebagai Ibu.

Chenyu memberikan kedua bayi itu pada Wu Gu, kemudian dengan semangat berlari. "Aku akan memberitahu kakak, soal ini..", Serunya masih dengan semangat berlari.

Kakak pasti akan senang mendengar ini..

Tbc.

Ya, sorry pendek 😂😂

*Peace* ✌

[COMPLETE] Destiny of Three world : Love and Ambition storyМесто, где живут истории. Откройте их для себя