#2 - Decision

6K 531 14
                                    

Jae melempar majalah yang sedang dibacanya ke arah meja didepan Yuta yang sedang menonton TV.

"Ya! Kau mengagetkanku." Yuta ingin memarahi dongsaengnya itu lalu mendongak pada Jae yang ternyata kelihatan lebih kesal dibanding dirinya. Dia pun mengurungkan niatnya untuk marah dan memperhatikan gerak-gerik Jae yang gelisah.

"Wae? Kau ada masalah?"

Jae memandang Yuta. Lalu melihat sekantung camilan pie coklat yang sedang dipegang hyungnya itu. Tanpa pikir Jae langsung mengambilnya dari tangan Yuta yang langsung protes. "YA--!!"

Jae yang mengunyah camilan itu melotot pada Yuta. "APA?"

Yuta merasa dia tidak boleh mengusik dongsaengnya yang sedang uring-uringan itu. Dia hanya akan menyesal jika melawannya. Jadi Yuta memilih diam dan mengalah. "Ani, makan saja. Habiskan," Yuta kembali menonton acara televisi sambil mengumpat pelan.

Jaehyun mengunyah satu demi satu camilan dengan rakus, membuat remah-remah biskuit pie di sekitar mulutnya berjatuhan kemana-mana.

'Aku tidak suka pie coklat.'

Jae terdiam. Suara di kepalanya barusan terngiang-ngiang dengan sangat jelas di kepalanya. Dia langsung memandang bungkus pie coklat yang sudah hampir habis itu. Lalu suara itu kembali mengisi kepalanya.

'Aku tidak suka, jadi kau harus membantuku menghabiskannya. Kalau tidak aku habiskan, nanti oppa akan kecewa karena sudah membelikannya.'

Sontak Jae langsung membuang bungkus pie coklat itu ke meja dan pergi. Membuat Yuta terkejut lagi. "Jinja, anak itu benar-benar aneh. Aiiisssh, bahkan dia membuang bungkus yang kosong? Aigoo, aku bisa gila."

****

Jae membuka jendela kamarnya, mengambil napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Dia mengacak-acak rambutnya, sesekali menjambaknya seakan-akan rambutnya adalah masalah yang sedang dia hadapi dan ingin dilepasnya. Jae lalu berusaha menenangkan dirinya sendiri. Lalu dia teringat perkataan Taeyong tentang takdir.

"Tidak, aku tidak percaya takdir, tidak, tidak, tidak."

Jae kembali mengatur napasnya, pada saat itulah suara Yuta dari luar kamar terdengar.

"Ah, Taeyong ah. Kau sudah pulang. Mana karangan bunganya?"

"Sudah kuantar kerumah ahjussi." Taeyong menyahut. Jae yang mendengar Taeyong sudah pulang langsung keluar kamar dengan tergesa-gesa. Hingga membuat Yuta dan Taeyong langsung menoleh padanya keheranan.

Jae yang salah tingkah langsung memasang wajah tanpa ekspresinya. Dia mencoba menguap agar kelihatan tidak terlalu bersemangat.

"Ah, hyung. Kau sudah pulang dari toko bunga?" Tanpa menunggu jawaban Taeyong, Jae berjalan kearah kulkas, mencari minuman yang dia harap bisa membersihkan tenggorokannya dan mengatur suaranya lagi.

Taeyong melepas jaket dan meletakkannya di kursi meja makan. Bergabung dengan Jae yang memutuskan minum susu.

"Iya, sudah." Taeyong tersenyum dengan sangat puas, menenggak susu dari gelas Jaehyun yang kebetulan bermotif gambar dua anak kecil sedang bergandengan tangan dibawah matahari dan helaian bunga matahari yang terkena hembusan angin, terlihat seperti salju ditengah hangatnya sore.

Tanpa sadar Taeyong mengamati gelas itu dengan seksama, membayangkan bahwa anak laki-laki disitu adalah dirinya dan anak perempuannya adalah Woori. Senyumnya semakin merekah.

Jae yang melihat hal itu langsung menyambar gelasnya dan menuangkan susu untuk diminumnya sambil mengamati Taeyong yang tak berhenti tersenyum. "Sesenang itukah kau?"

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя