#35 - Last Decision

1.1K 134 11
                                    

Jae membuka matanya. Aroma yang tidak asing baginya menyeruak memenuhi penciumannya. Dia terbatuk beberapa kali sebelum mencoba bangun untuk duduk.

Cukup sulit mengingat tubuhnya yang penuh luka lebam. Tapi dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Dan dia pun sudah biasa bagaimana harus memposisikan tubuhnya pada saat seperti itu.

Jae menghela napas pendek saat dia menemukan kamar yang dia tempati bukanlah kamar rumah sakit. Melainkan itu adalah kamarnya sendiri.

Sudah lama dia menempati kamar itu. Sekarang kamar itu berubah seperti kamar rumah sakit, tidak ada bedanya, begitu pikir Jae.

Beberapa alat-alat pengobatan sepertinya dikirim langsung ke kamarnya ini.

Ini ulah ayah, pikir Jae.

Ayahnya tidak ingin dia dirawat di rumah sakit melainkan melakukan pengobatan di rumah dengan mengirim alat pengobatan ini.

Bahkan ada infus dan alat uap yang membuat Jae muak berada di kamarnya yang jadi terasa berbeda.

Jae mengamati kamarnya lagi beberapa kali. Saat dia mendengar suara di luar pintu, Jae berusaha berbaring lagi. Karena dia yakin suara yang dia dengar adalah suara ibunya.

Dan jika dia menemukan Jae bangun seperti itu yang akan dia dapatkan hanya rentetan omelan yang hanya membuat Jae merasa tambah pusing.

Walau begitu Jae tidak ingin pura-pura tidur lagi. Karena banyak yang ingin dia tanyakan pada ibunya.

Benar saja, ternyata itu adalah ibu Jae yang masuk diikuti oleh seorang perawat yang membawa baki berisi air hangat dan handuk.

Perawat itu meletakkan baki di meja dan meninggalkan kamar. Saat nyonya Jung melihat Jae sudah membuka matanya, Nyonya Jung langsung menghampirinya. Tapi raut mukanya tidak ada kegembiraan sama sekali. Yang ada hanyalah kecemasan.

"Sudah berapa lama aku disini bu?" Tanya Jae.

Nyonya Jung mengelus kepala Jae pelan sambil menutupi raut cemas di wajahnya. Yang sebenarnya dia juga tidak ingin repot-repot menanyakan hal itu. Karena Jae berfirasat hal itu akan dia ketahui juga nantinya.

"Kau sudah pingsan selama tiga jam. Dokter sudah merawat luka-lukamu dan bilang kau akan cepat sembuh."

Jae merasa itu bukan informasi yang baru apalagi menggembirakan baginya. Dia bahkan pernah koma selama dua hari waktu masih di Busan.

Tentu dia tipe orang yang cepat sembuh. Setelah koma itu bahkan dia sudah bisa beraktifitas seperti biasanya. Jadi sebenarnya bukan hal itu yang ingin Jae ketahui.

"Kenapa ayah merawatku disini?"

Nyonya Jung tidak langsung menjawab pertanyaan anaknya. Dia memeras handuk yang baru saja dia celupkan pada air hangat yang tadi dibawa perawat. Lalu dia mengelap dahi Jae dengan handuk.

"Tidak akan ada yang tahu apa yang akan dipikirkan orang-orang di perusahaan dan juga beberapa kolega ayahmu jika melihatmu dirawat dirumah sakit. Meskipun kau tak bersalah pun, hal itu hanya akan menjadi sebuah alasan untuk menjatuhkanmu. Setidaknya itulah yang dipikirkan ayahmu."

"Apa ayah sangat marah?"

Nyonya Jung sebenarnya tidak ingin menjawab pertanyaan ini, tapi dia pikir tidak ada gunanya menutupinya lagi.

"Tentu saja. Dia sangat marah. Dia bahkan tidak ingin mendengar alasan hyungmu yang berusaha mencari penjelasan."

Nyonya Jung menatap Jae dengan nanar. "Jangan terkejut jika ayahmu nanti memarahimu. Ibu harap dia tidak akan menyuruhmu kemana-mana."

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDWhere stories live. Discover now