#38 - Late

1.2K 136 5
                                    


"Jangan lewatkan makan malammu." Jae berpesan pada Woori.

Seperti yang tadi Jae bilang, bahwa Woori tidak boleh mengantarnya pergi. Jadi Jae langsung mengantar Woori pulang dan memastikan dia tidak mengkhawatirkannya lagi. Woori tidak mengangkat wajahnya semenjak mereka masuk mobil.

"Sampaikan salamku pada Chanyeol hyung dan juga ibu." Woori hanya mengangguk. "Masuklah. Aku akan menunggu sampai kau naik ke kamarmu."

Dengan patuh Woori melangkahkan kaki untuk masuk ke rumahnya. Mesipun Jae bisa melihat langkah berat Woori begitu jelas.

Saat Woori membuka pintu rumahnya, dia berbalik memandang Jae yang memang masih menunggunya.

Woori melambaikan tangannya lemah pada Jae. Sedangkan pria itu membalasnya dengan lambaian yang lebih bersemangat.

Tapi tidak terlalu cukup untuk membuat Woori mengangkat kepalanya lagi. Karena saat dia menurunkan tangannya, kepalanya pun kembali tertunduk.

Jae benar-benar tidak tega melihat kesedihan Woori seperti itu. Tapi dia tidak boleh mundur. Tidak.

Jae masih menunggu sampai jendela kamar Woori menyala, menandakan Woori sudah masuk ke dalam kamarnya. Jae hendak menunggu Woori membuka jendelanya dan melongokkan kepalanya dari sana. Tapi tidak ada yang terjadi.

Dan Jae pikir hal itu ada bagusnya juga. Setidaknya dia tidak harus melihat kesedihan Woori lagi dan dia bisa pergi dengan sedikit lebih tenang.

Akhirnya Jae masuk ke mobilnya dan bergegas pergi ke bandara. Pesawatnya datang satu jam lagi.

Ayahnya sudah meninggalkan banyak pesan menanyakan keberadaannya. Dan saat itulah dia mendapat pesan baru. Dia langsung membukanya karena pesan itu dari Woori.



"Jaga dirimu, oppa. Aku mencintaimu."




Jae tidak bisa menahan senyumnya. Lalu dengan hati mantap dia mengencangkan sabuk pengaman dan menginjak pedal gas menuju bandara.

Dia tidak melihat Woori di balik jendela kamarnya mengintip dan mengamati kepergian Jae. Dan menangis lagi.


****



"Semuanya sudah siap?" Nyonya Jung bertanya lagi pada Jae.

Jae menjawab dengan sedikit nada kesal. "Iya, ibu. Sudah kubilang ibu tidak perlu repot-repot."

"Bagaimana aku tidak kerepotan? Kau tidak menjawab teleponmu, tidak membalas pesan ayah dan ibu. Kukira kau akan mangkir lagi dari perintah ayahmu." Kata nyonya Jung sedikit panik. Johnny di belakangnya berusaha menenangkan ibunya.

"Kau sudah berpamitan?" Tanya Johnny pada Jae saat ibunya mencoba menghubungi ayah.

Jae menoleh pada Johnny, mencoba menebak siapa yang dimaksud. "Ah, tentu saja."

"Dia tidak datang?"

Jae mengedarkan pandangan ke sudut bandara. Seperti meyakinkan dirinya sendiri kalau Woori tidak akan datang.

"Tidak, aku menyuruhnya untuk tidak usah datang. Karena hal itu hanya akan membuatku lebih sulit untuk meninggalkannya."

Johnny mengangkat bahunya, lalu menepuk punggung Jae. "Kalian pasti bisa melewatinya."

Jae tersenyum mendengar semangat dari Johnny.

"Jaehyun ah!"

Jae langsung menoleh pada suara itu. Dan dia mendapati Taeil, Yuta, Hansol, dan Doyoung datang dengan sedikit berlari. Terlihat Taeil seperti agak memaksa Yuta di belakangnya. Hansol masih sempatnya membawa Bom. Sedangkan Doyoung terlihat seperti orang yang ingin menangis.

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDWhere stories live. Discover now