#4 - Loveline

3.6K 338 14
                                    

Esok harinya, Jae pergi ke sebuah kafe, dia sudah membuat janji dengan seseorang. Saat dia tiba di kafe itu, seseorang melambaikan tangan, memberitahu keberadaannya. "Jaehyun-ssi."

Jae menghampiri dan duduk didepannya. "Maaf lama menunggu."

"Tzh, apa masih perlu kau menggunakan bahasa formal padaku?" Chanyeol terkekeh.

"Kau kan lebih tua dariku, hyung."

Chanyeol tertawa lagi. "Cukup adikku saja yang terbentur kepalanya."

Jae tidak bereaksi pada kalimat Chanyeol itu. "Aku sudah bertemu dengannya." Jae memulai.

Chanyeol tampak tidak terkejut dengan pernyataan Jae. "Tak kusangka akan secepat itu. Kau juga tak mengiranya, kan?" Chanyeol ingin tahu bagaimana perasaan Jae. Tapi Jae masih tanpa ekspresi. "Bagaimana perasaanmu?"

Jae tidak langsung menjawab, dia menarik sudut bibirnya. "Sama, sama seperti dulu. Tak ada yang berubah. Dia pun tidak berubah. Tanpa sadar mataku benar-benar hanya tertuju padanya. Dan mungkin dia merasa ada yang aneh dan tiba-tiba bertanya apakah aku mengenalnya. Dia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tahu."

Chanyeol mengangguk-angguk setuju. "Dia benar-benar ingin tahu masa lalunya, siapa saja yang ada dalam hidupnya. Bukankah itu suatu celah yang bagus untukmu?"

Untuk pertama kalinya saat itu Jae mengangkat kepalanya. Memandang Chanyeol tajam. Tanpa berkedip, seolah memaksa Chanyeol melihat keseriusan di matanya. "Hyung, aku sudah pernah bilang padamu. Aku hanya akan menunggu. Aku tidak ingin memaksanya lagi. Tidak untuk kedua kalinya."

"Kalau memang takdir itu tidak ada? Bukankah kau harus membuatnya ada lagi? Dan itu artinya, kau akan memaksanya lagi. Untuk kedua kalinya." Chanyeol melemparkan pertanyaan pada Jae, yang kini perlahan keseriusannya mulai memudar.

Tapi tidak memudar seutuhnya. "Pasti ada. Aku yakin itu."

"Begitu?" Chanyeol mengangkat cangkir kopinya dan memandang Jae. "Kalau begitu secepatnya tunjukkan padaku. Dan berhentilah membuat adikku sedih."

Jae tersenyum sinis. "Itu tidak akan terjadi."

"Tapi kau juga harus cepat, karena sepertinya aku melihat ada sebuah penghalang. Aku belum bisa memastikannya, tapi mungkin suatu saat nanti dia akan jadi penghalang bagimu."

Jae menaikkan alisnya. "Maksud hyung?"

"Kemarin malam aku melihat Woori pulang bersama lelaki asing. Apa kau tahu sesuatu?"

Jae berpikir, mengira-ngira siapa lelaki itu dan tiba-tiba menemukan fakta yang membuatnya tertawa sinis. "Tzh, sepertinya aku tahu siapa dia. Bagaimana bisa dia-"

"Sejujurnya, aku tidak ingin mencampuri urusan kalian berdua." Chanyeol mengamati busa diatas kopinya, yang perlahan membentuk letupan dan menghilang satu demi satu. "Aku hanya ingin memperingatimu saja."

"Hanya begini saja peringatanmu, hyung?" Jae bicara tanpa menatap Chanyeol. "Kau pasti tahu aku tidak perlu diperingatkan seperti ini. Aku tahu apa maksud hyung." Lalu dia mulai menatap Chanyeol untuk mempertegas ucapannya. "Dan hyung pun tahu apa maksudku, bukan? Aku tidak akan berhenti sampai sini, aku masih menyukainya. Sampai kapanpun aku masih mencintainya."

Chanyeol tersenyum skeptis. Tapi tidak menjawab pernyataan Jae itu. Dia hanya mengambil mantelnya. "Senang bertemu denganmu lagi. Aku tahu kau akan memegang kata-katamu." Chanyeol berdiri, diikuti Jae. "Untuk kali ini, aku benar-benar berharap padamu. Oh ya, ngomong-ngomong, kau tidak lupa kan besok hari apa?"

Jae tersenyum. "Tak ada yang bisa kulakukan, bukan?"

"Kata siapa? Kau bisa lakukan sesuatu." Chanyeol tersenyum penuh arti dan menepuk pundak Jae lalu pergi meninggalkannya.

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin