#3 - Tulips

4.1K 417 12
                                    

"Tulip? Tulip apa?" Yuta mendongak kepada Taeyong.

"Ya! Kau tadi yang terakhir membawa pergi mobilnya,kan? Aku meninggalkan bunga tulipku di mobil, dan sekarang itu sudah tidak ada! Apa yang kau lakukan pada tulip itu?" Taeyong mengancam Yuta yang sedang asyik makan pisang.

"Aigoo, tulip itu? Maksudmu, satu batang tulip kuning itu?"

"Iya, benar. Kau melihatnya kan?"

"Taeyong ah, mianhae. Aku pikir itu salah satu bunga yang jatuh dari karangan bunga milik SooMan ahjussi, makanya aku antarkan. Siapa tahu karangan bunganya jadi jelek karena satu tulip jatuh. Makanya, aku.."

"Babo ya! Kenapa kau tidak tanyakan padaku dulu?" Taeyong langsung mengambil jaketnya dan pergi.

"Ya! Memangnya apa artinya satu batang tulip saja? Kau kan bisa membelinya lagi, apa susahnya? Kenapa harus marah-marah seperti itu?" Yuta berteriak-teriak pada Taeyong yang langsung membanting pintu depan. "Aigoo, kenapa tidak ada satupun penghuni dorm yang menghormatiku? Mereka bisanya hanya membentakku dan menyalahkanku. Bahkan jika aku tidak salah apapun, aaaaahh aku bisa gila!! Awas kalau kau pulang nanti, Taeyong. Akan kupastikan pintu kamar terkunci untukmu! Lihat saja nanti!"

"Hyung, kenapa kau berteriak seperti itu?" Doyoung keluar dengan mata berair, dia terbangun oleh suara Yuta dan Taeyong yang bertengkar.

Jae yang sedari tadi menonton tivi pura-pura tidak menghiraukan mereka berdua. Tapi saat Taeyong pergi, Jae hanya berpikir apa yang membuat Taeyong marah seperti itu hanya karena sebatang tulip. "Siapa yang menghabiskan susu? Aku baru membelinya kemarin sore." Doyoung berseru dari balik kulkas.

"Jae! Kau yang menghabiskannya, kan? Ayo mengaku." Seru Yuta membela diri sebelum disalahkan. Kalau sudah urusan dapur, Doyoung akan sangat sensitif. Yuta tidak mau berurusan dengan orang rumah yang sedang sensitif. Mengingat kejadian Jae merebut camilannya dan sekarang Taeyong yang menyemburnya habis-habisan.

Jae meregangkan otot lehernya, lalu berdiri. "Ara, ara. Akan kubelikan lagi."

"Ah, bagus. Sekalian belikan aku pisang lagi, ya?" Sahut Yuta.

"Kau mau mati?"

"Ya, benar. Belikan pisang juga, Jae. Besok aku akan membuat kue pisang. Mingyu akan mengambil libur mulai besok, jadi aku harus menyiapkan camilan." Kata Doyoung, membuat Jae bergumam tidak jelas karena Yuta menang.

"Hooo...jinja, Doyoungie? Buatkan yang banyak, ya? Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba dia mengambil libur? Baginya kan waktu adalah uang." Saat Yuta bertanya, Jae sudah keluar dan tidak mendengar kelanjutan perbincangan Doyoung dan Yuta.

****

Jae melangkah dengan kaki berat, menyusuri jalan setapak menuju minimarket. Sebenarnya ada minimarket yang lebih dekat dengan dormnya, tetapi langkah Jae membimbingnya ke minimarket yang lebih jauh satu blok.

Satu tangannya berada di kantong celana, berkali-kali menghela napas. Akhir-akhir ini, pikirannya penat oleh satu hal. Satu hal yang sangat membuatnya cemas.

Tiba-tiba ponselnya berdering, dan nama yang ada di layar itu cukup membuat Jae tersentak. Dia benar-benar ingin menghindarinya, tapi tak ada alasan untuk tidak menerima telepon itu. Akhirnya dia mengangkatnya.

"Yoboseo?"

"Jaehyun-ssi?"

"Ya, ini aku. Ada apa?"

"Sudah lama kita tidak bertemu."

"Mm..ya. Lama sekali."

Suara diseberang itu menyahut, mengatakan beberapa hal yang pasti menyulitkan Jae, dilihat dari raut wajahnya. "Ya, aku mengerti. Sampai jumpa." Jae menutup ponselnya, membuang napas sekali lagi, lalu menyadari bahwa dia sudah berada di depan minimarket.

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDWhere stories live. Discover now