6. The Plan

20.8K 2.9K 166
                                    

KEDAPATAN tengah bermain dengan seorang pria di atas ranjang adalah hal yang paling Seohee benci terlebih lagi ketika ia sudah hampir ditelanjangi oleh Jimin yang begitu lihai.

Pemuda di ambang pintu menjuruskan tatapan tak senang ke arah Park Jimin yang masih betah menindih tubuh wanitanya. Jungkook mengulas senyuman kecil, berganti menjadi seringai nakal sebelum berucap, "Mau mencoba threesome's, Bung?" tawarnya―memainkan lidah di dalam mulut, membuat Jimin mengernyit setelahnya mendecih.

"Bocah ini bersikap brengsek padamu?" tanyanya ke arah Seohee yang tengah menurunkan atasannya guna menutupi perut datarnya yang terekspos. Mata sipit pria itu sedikit melebar, bergegas menjauh dari tubuh Seohee yang tak mampu memberi jawaban apa pun. "Pernah bermain dengan wanitaku?"

Mendapati ekspresi pria itu berubah sengit, Jungkook pun terkekeh geli. "Yah, sempat―atau mungkin, hampir." Pikirnya menimbang lantas melirik Seohee yang kini tengah menatap tajam, langsung beranjak dari atas ranjang dan merapatkan tubuhnya pada Jimin.

"Jangan dengarkan dia, Jim. Aku hanya bermain denganmu, sungguh." Raut wajah wanita itu terlihat amat memelas, sempat membuat Jimin merasa iba selama beberapa detik namun berakhir menggeleng pelan.

"Kupikir kau sudah berubah, Seohee." Nada bicaranya turun satu oktaf dan Jungkook yakin arti ucapan pria itu adalah sebuah kekecewaan. "Kita bertemu lain waktu." Imbuhnya tanpa minat, sempat mengecup sudut bibir sang wanita dengan kilat hingga akhirnya melangkah.

Berhenti tepat di ambang pintu, pria itu sempat melirik ke arah Jungkook. Tanpa rasa bersalah, lelaki yang lebih muda beberapa tahun darinya itu menyunggingkan senyum tak bersahabat. "Kuharap kau tidak seenaknya memasuki wilayah kami, Tuan―ah aku belum tahu namamu." Jungkook mengubah posisi. Tubuh keduanya saling berhadapan disertai tatapan saling menggertak satu sama lain. Sepersekian detik berikutnya Jungkook baru menyadari bahwa pria di hadapannya berpostur lebih pendek.

"Kau tidak perlu tahu namaku." Jimin berlalu begitu saja, meninggalkan sisa-sisa tatapan menyebalkannya di kepala Jungkook.

Sejemang Jungkook menatapi Seohee yang tengah melipat lengan di depan dada, tampaknya tak senang mendapati pemuda itu pulang lebih awal hingga membuat dirinya tertangkap basah telah membiarkan pria asing masuk ke dalam flat mereka ah ralat―flat milik Kim Taehyung. Bibir tipis Seohee hanya memamerkan garis lurus. Raut tak sukanya masih terpampang jelas, membuat Jungkook dapat menangkap dengan cepat.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu―Hyung tidak suka jika ada orang asing masuk tanpa sepengetahuannya. Jika kau belum tahu benar bagaimana laku Hyung sebenarnya, maka kau harus lebih berhati-hati, Kakak Ipar." Tutur pemuda itu disertai tatapan datarnya yang senantiasa menjurus ke arah si wanita. Ia lekas berbalik sambil menyugar surai. Belum sempat menapakkan kaki lebih jauh, Jungkook memutar kepalanya ke arah kanan. Melirik presensi Seohee melalui ekor mata sambil menyungging senyuman licik. "Hyung bisa menghabisimu kalau tahu kau membawa pria asing ke apartemen kita." Ancaman secara tak langsung itu berhasil membuat Seohee melebarkan iris. Tubuhnya melemas seketika.

"Buatkan aku makan siang."

....

Sebanyak tiga jam telah Seohee habiskan untuk menuruti semua titah Kim Jungkook. Membuat makan siang, memesan pizza ditambah pembayaran, merangkum tugas kuliah―semua itu ia lakoni hanya demi membuat Jungkook bersedia tutup mulut.

Ia sendiri tidak tahu apakah yang Jungkook katakan soal saudaranya itu memang benar atau malah hanya bualan. Tapi dari nada bicaranya, Jungkook terlihat cukup serius serta meyakinkan.

Hyung akan membuatmu mati muda di atas ranjang jika tahu kau membawa orang asing ke apartemennya, hal itu terdengar agak konyol, namun setelahnya Jungkook menambahkan penjelasan mengenai Kim Taehyung yang ternyata seorang tempramental. Percayalah, Seohee sangat menghindari pria tempramen karena memiliki trauma akut. Sebab itu, Seohee berusaha mati-matian menahan Jungkook agar tak membuka mulut dan tentu saja hal itu membuat iparnya merasa senang setengah mati seolah-olah baru saja memenangkan penghargaan luar biasa dalam sebuah ajang pencarian bakat. Tepatnya bakat dalam hal mengancam wanita lemah.

Trapped by DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang