12. The Narrow Gap

19.6K 2.6K 627
                                    

KEHANGATAN senantiasa menyelimuti malam hampanya. Kini kawasan pertokoan di daerah Myeongdong menjadi tempat pelampiasannya setelah sempat berkeliling di sekitar sungai Han dengan sebuah kamera menggantung di lehernya dan juga ransel hitam di punggung.

Masih menjajaki sekitar pertokoan―Jungkook sempat berhenti dibeberapa tempat untuk memotret suasana kota di malam hari.

Orang-orang yang berlalu lalang dan sibuk dengan ponsel mereka atau para wanita glamor yang mengintip toko-toko pakaian berulang kali tertangkap netra.

Jungkook menikmati kesendiriannya saat ini, bahkan sangat. Sudah berhari-hari tangannya terasa gatal hendak membidik banyak objek dengan kamera kesayangannya itu, hanya saja tugas kuliah yang menumpuk membuat waktunya jadi terasa sangat ketat.

Obsidiannya melaju ke sana kemari untuk mencari sasaran. Seorang gadis kecil yang tengah memegang gula kapas sambil bergandengan dengan ibunya pun kini menjadi objek menarik.

Sejenak lelaki itu mengamati hasil jepretannya lalu tersenyum lebar tatkala mendapati semua foto yang ia ambil cukup membuatnya merasa puas. Tungkainya berderap lagi ke sisi lain, menghela napas saat tanpa sengaja menangkap wujud sebuah toko aksesoris.

Mendadak atmosfer berubah semakin hangat. Keramaian di sekitar tidak lagi berarti saat irisnya menatap lekat bangunan kokoh di depan sana. Jungkook tersenyum samar, mengingat kilas balik sekitar satu setengah tahun lalu. Memutar beberapa reka adegan manis yang masih begitu melekat dalam memorinya.

Toko itu mengingatkannya pada sebuah tangan kurus yang ia genggam dengan hangat. Seorang gadis cantik―sangat cantik dengan kulit putih pucat dan senyuman manis terus bergelayutan di lengannya, merengek manja agar mereka memasuki toko yang kini berseberangan dengan posisi Jungkook.

Selang beberapa menit dirinya merenung, presensi pasangan muda pun tertangkap netra hendak memasuki toko dan membuat Jungkook memandangi cukup lama. Tangan kirinya yang kini memegang kamera sedikit gemetar ditambah kerongkongannya terasa kering kerontang. Lagi-lagi hal kecil barusan mengingatkannya pada gadis itu. Si pecinta kamera, sama seperti dirinya.

Selamatkan aku.

Jungkook memundurkan langkahnya sambil menggeleng pelan.

Aku mencintaimu.

Bisikan-bisikan lembut menyambangi rungunya di tengah keramaian yang semakin menjadi. Paras cantik si gadis muncul lagi dalam benaknya―membuat raga membeku tak berdaya hingga nyaris terduduk di sana jika saja Jungkook tak buru-buru menarik kesadaran.

Aku akan menghilang, dengan begitu kau akan aman.

Ia memegangi kepala setelahnya buru-buru melenggang pergi. Tenaganya ia kerahkan sebanyak mungkin untuk berlari di antara kerumunan orang-orang yang haus akan kesenangan. Dengan napas yang rasanya semakin menipis, Jungkook akhirnya berhenti seraya tersengal-sengal, memegangi lututnya lalu memejam lama.

Tanpa peduli telah berlari sejauh mana, ia akhirnya memutuskan untuk beristirahat lebih dulu―mendudukkan bokongnya pada salah satu bangku yang tersedia di depan sebuah toko.

Kameranya masih menggantung di leher dan tiba-tiba jadi terasa lebih berat―mungkin karena ia merasa kelelahan dan juga masih dihantui rasa bersalah kala bisikan semu itu menghampiri dirinya.

Kepalanya menengadah ke langit, mengembuskan udara lewat mulutnya lantas berakhir menunduk rendah sembari merenung.

Kau dan aku―kita, selama ini sebenarnya tak pernah bersama. Aku sendiri, Jungkook.

Begitu penyesalan datang lagi padanya―Jungkook lalu memegangi bagian dada yang kini terasa berdenyut. Kelopaknya memejam rapat tatkala pening merampas segala yang tengah ia pikirkan. "Maafkan aku Choi Minji―maaf."

Trapped by DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang