14. Drunk - B

19.1K 2.3K 265
                                    

―warning―

DI antara keduanya tak ada yang mengerti sama sekali mengapa lebih memilih opsi minum bir hingga mabuk untuk malam ini. Dan Seohee malah lebih banyak menceritakan hal membosankan ketimbang menarik. Tentang ia yang dulu ingin melanjutkan pendidikan menuju jenjang kuliah. Liburan ke Daegu untuk mengganggu Min Yoongi. Juga menjajaki klub malam sampai ke L.A.―jika bisa. Dan semua impiannya kini hanya tinggal satu kata saja―jika. Yang jika dijabarkan bisa menjadi lebih panjang.

Jika saja ia tak menikah dengan Kim Taehyung, maka hidupnya pasti jauh lebih indah. Masa mudanya masih berlangsung dengan baik. Hubungannya dengan Park Jimin tidak akan mengalami kendala. Dan yang paling penting adalah ia punya kebebasan. Tidak seperti saat ini.

Di saat usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun, Seohee harus bisa mengendalikan pola pikirnya. Ditekan oleh berbagai pihak, dipermainkan, dilecehkan dan ia harus berusaha mengais napas lebih baik daripada mati berdiri. Jika boleh jujur, Min Seohee ingin berteriak―bahwa ia bukanlah wonder woman. Dari luar ia mungkin tampak baik, tapi bukan berarti hatinya tengah utuh. Ia selalu menyembunyikan apa yang ia risaukan, demi nampak baik-baik saja.

Tak semua senyum yang menyebar pada orang-orang membuktikan ia bahagia. Seohee punya sejuta cara membuat senyumnya tampak seindah bunga mawar. Tapi di dalam ia begitu hancur.

Ia kecewa dengan semua permainan yang telah ia mulai bersama Kim Taehyung. Sandiwara mereka yang begitu menjijikkan atau lebih tepatnya membosankan―kadang membuat Seohee merasa ia bukan lagi dirinya. Terus-terusan mengenakan topeng yang senada dengan partner-nya lalu tersenyum palsu.

Kini ia berada di pelukan Kim Jungkook, meracau seperti orang gila, memberikan pukulan di dada namun Jungkook malah menyambut begitu ramah. "Kau tahu―aku kadang berpikir, kenapa enam bulan itu teramat lama. Aku ingin mati saja. Tidak, aku tidak mau mati ugh!" Seohee bicara tak tentu arah, menggeleng pelan disela ucapannya lalu menghirup aroma maskulin yang menguar di sekitarnya. "Aku sudah lama tidak menangis, lalu Taehyung menghancurkan segala pertahananku."

Dengan pipi merona semerah tomatnya, mata berair akibat mengantuk pun lambung yang serasa diaduk-aduk super cepat, rasanya wanita itu hendak mati sesaat saja daripada harus menderita karena bir yang ia tenggak terus-terusan. Seohee masih mendekap Jungkook dari samping, di mana ia bisa mendapatkan respon sebab lelaki itu juga memberikan balasan, mengangguk lalu mengerjap pelan karena rasa lelah tengah menerjang namun tetap setia menemani.

Jungkook bisa menjadi pendengar yang baik hingga hampir satu jam, namun ia tidak piawai dalam memberikan saran. Jadi selain mengangguk, Jungkook hanya akan menggeleng sebab kesadarannya hanya tinggal setengah persen, selainnya direnggut entah ke mana.

Sambil mengusap pucuk kepala kakak iparnya, lelaki itu mengangguk pelan, berdeham sesekali dan mengatakan beberapa hal singkat. "Mungkin sudah takdirnya, hm―ya begitulah." Lalu ia menepuk-nepuk bahu Seohee yang hanya bisa mengembuskan napas gusar dengan mata menyorot sayu.

Tatkala kelopak matanya terasa makin berat untuk dipaksa terjaga, Seohee pun menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat, bibirnya menggembung, napasnya menyebarkan bau alkohol yang menyengat dan membuat Jungkook menangkis dengan satu tangan yang bergerak mengipasi. Parah, hanya satu hal itu yang mampu ia pikirkan.

"Kau mabuk berat, Seoseo." Jungkook mengingatkan saat tangan Seohee lagi-lagi bergerak mendekat pada meja untuk mengambil kaleng bir baru, memilih opsi acuh tak acuh disertai embusan malas yang mengharuskan lelaki itu membawanya ke dalam pelukan lantas menyingkirkan kaleng bir dengan gerakan kilat. "Tidak lagi, Hyung bisa marah jika tahu kau mabuk."

Trapped by DesireWhere stories live. Discover now