28. Sweet Farewell

13.6K 2K 391
                                    

MERASA suasana hatinya semakin memburuk, Seohee memutuskan untuk pergi sendirian dengan membawa kopernya.

Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi, sebab rasa sabarnya telah termakan habis―tak lagi tersisa. Seohee hanya ingin menenangkan diri. Tapi tiba-tiba kepalanya terisi penuh dengan nama seorang pria yang sebelumnya selalu ia pikirkan.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh. Seohee senantiasa menyorot ke arah pantai, mengamati ombak yang bergulir sementara koper yang ia bawa berada tepat di sisi kanannya. Sesekali sepatunya menendang tumpukan pasir putih yang akhirnya berterbangan karena tertiup angin.

Lima belas menit lalu ia nekat menelepon seseorang. Seohee tidak mampu berpikiran jernih saat ini dan ia tidak tahu harus bercerita pada siapa. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Park Jimin―mantan kekasihnya.

Selama lima belas menit tersebut Seohee hanya bisa merenung karena panggilannya berulang kali ditolak. Tapi karena kegigihannya, Jimin pun berakhir menerima panggilan. Dan Seohee lebih dulu memulai sebab saat panggilan terhubung hanya ada keheningan yang mampu rungunya tangkap dari seberang sana.

Tiap sudut bibirnya ditarik cukup dalam, menghasilkan senyuman terkesan pilu. "Jim...." Seohee mengatur suaranya agar tak bergetar berlebihan. Tapi air matanya jatuh bersamaan dengan tubuhnya yang merosot turun. Seohee terduduk di atas pasir, terisak. "Di mana?" tanyanya berusaha menahan isakan. "Aku ingin pulang, Jim."

"Apa kau sudah selesai bersenang-senang?" pria di seberang sana akhirnya membuka suara juga, membuat Seohee menyingkap kelopak matanya tak percaya. Seohee mengulas senyuman penuh harap seperti orang bodoh.

"Kau di sana?"

"Jimin...." Merasa keheningan kembali menyertainya, Seohee menyebut nama pria itu untuk kesekian kali. Setelahnya mendengar suara dengusan kasar.

"Seohee, kau di mana?"

Dengan terburu-buru wanita itu mengusap air matanya. "Jeju," katanya singkat karena tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Rungunya menangkap suara berisik, seperti orang-orang yang berlalu lalang, juga roda-roda kecil yang menggelinding di atas lantai. "Kirimkan letak titiknya. Aku akan segera menemuimu." Sekian detik berikutnya panggilan ditutup begitu saja, sementara Seohee terdiam bingung menatap layar ponselnya.

Maniknya beralih memandangi daerah sekitar, termenung sejemang sebelum akhirnya mengirimkan pesan pada Jimin untuk memberitahu letak keberadaannya. Seohee mengerjap lembut saat tahu Jimin membaca pesan tersebut dengan segera.

[Tetap di sana, Seohee. Aku akan menjemputmu.]

Seketika tangan wanita itu menggenggam erat ponsel, menenggelamkan wajahnya di antara lutut. Jimin bersedia datang untuknya―dan itu membuat Seohee menyesali segala keputusannya beberapa waktu lalu. Kenapa ia justru lebih memilih Kim Taehyung dan mencampakkan Park Jimin? Min Seohee membenci dirinya sendiri yang telah salah menentukan pilihan.

Tangisnya semakin menjadi. Beberapa hari ini ia malah terlalu banyak menangis daripada terhibur. Kepalanya terasa pening, kelopak matanya pedih, jalan pernapasannya jadi tersumbat karena terus-terusan menangis.

Tanpa ia sadari, seseorang di belakang sana―cukup jauh jaraknya, tengah mengawasi dengan tatapan pilu. Ia tahu Seohee akan ke mari lagi. Hatinya, perasaannya telah memberitahu bahwa Seohee akan kembali menangis di tempat yang sama seperti malam tadi. Dan wanita itu pergi lengkap dengan koper yang ia bawa dari Seoul.

Jungkook ingin marah. Tapi ia tidak tahu harus marah untuk apa. Mungkin untuk Kim Taehyung, kakaknya. Namun Jungkook rasa ia tak akan mampu melakukan hal itu. Sebab ia mengerti kondisi pria itu juga sama tak baiknya seperti Seohee. Marah pun akan percuma. Justru keadaan malah akan bertambah buruk jika ia ikut campur.

Trapped by DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang