16. Heart Attack

18.4K 2.4K 270
                                    

MATA keduanya bertatapan cukup lama, bahkan tak ada pergerakan berarti yang mampu mengganggu sampai akhirnya bola mata Seohee bergulir ke sisi lain dengan bibir membisu. Taehyung tersenyum tipis―menjauh dari wanita itu untuk menurunkan celana lalu dengan spontan Seohee pun memejamkan matanya.

Pria itu berdeham pelan usai menanggalkan celana sementara punggungnya membelakangi Seohee yang masih menutup mata dengan rapat. "Kau bisa buka matamu." Kaki panjangnya berderap hati-hati, meringis menahan kepala yang terasa berat dan berakhir berselonjor nyaman dalam bathtub. Seohee masih membeku dengan kelopak mengatup, membuat pria itu menilik dengan senyuman kecil. "Semua aman. Aku serius, kau bisa membuka matamu." Penjelasannya telah dirasa cukup lalu Seohee membuka mata perlahan. Ia percaya Taehyung tidak akan mengerjainya saat ini.

Seohee menghela napas lega saat tahu suaminya itu masih mengenakan celana pendek sebatas paha, memejamkan matanya dengan tenang lantas ia pun bergegas menyiapkan air hangat dalam sebuah wadah. "Bukankah akan lebih mudah jika membasuh di kamar?"

"Ranjangnya akan basah dan kau jadi repot." Si pria berucap gamblang, merasakan selembar kain hangat mulai menyentuh wajahnya lembut. Seohee menumpu lutut di atas lantai kamar mandi, mulai bergerak ke sisi lain, menuju perpotongan leher Taehyung dan mengusapnya dengan tekanan. "Soal yang tadi―" menghela napasnya lebih dulu, Taehyung pun membuka mata hingga manik mereka dipertemukan, "bisakah aku mendapatkan jawabannya sekarang?"

Mendengar pertanyaan itu Seohee mendadak kalang kabut, kendati tak terlihat oleh Taehyung namun isi kepalanya kini benar-benar porak poranda seperti habis diserang badai. Pelan-pelan wanita itu menetralisir gugup, melanjutkan aktivitasnya sambil meneguk ludah. "Aku harus tahu dulu apa yang akan kita lakukan selama bulan madu. Hanya pura-pura kan?" dengan berat hati Taehyung menyemburkan napasnya halus. Ia tidak bisa mengatakan apa yang ia inginkan secara gamblang. Kejujurannya malah diyakini akan membawa malapetaka nantinya.

"Ya, berpura-pura. Kita hanya akan mengambil beberapa foto untuk menunjukkan bahwa kita telah melakukan tugas―" tunggu, Taehyung menyetop mulutnya dan membuat Seohee menatap penuh tanya, "maksudku―Ibu dan Ayah hanya ingin melihat kita bersenang-senang selama honeymoon, itu saja. Karena itu kita butuh sedikit dokumentasi. Ya, begitu."

"Aku hanya berharap kau tidak melewati batasmu Kim Taehyung. Aku bisa saja menghancurkan semua ini."

Seketika Taehyung tersenyum miring usai mendengarnya, menatap sayu namun aura mengancam tak luput begitu saja. "Kita akan sama-sama hancur, Min Seohee." Ia hanya bermaksud mengingatkan, bahwa sebelum mereka memulai perjalanan hingga ke titik ini―Seohee telah menyepakati secara sadar bahkan menandatangani kontrak di hadapan kedua pihak keluarga mereka. Tapi tetap saja, dalang dari ide konyol ini adalah Kim Taehyung.

"Bagaimana jika tiba-tiba kau berpikiran menjebakku, apa kita bisa mengakhiri semua ini?"

Taehyung langsung meneguk ludahnya hati-hati, merasakan kehangatan baru dari selembar kain di atas dadanya. Ia menatap wanita itu dalam lalu berdeham pelan. "Kau tahu kontrak ini hanya bisa berakhir jika masanya telah selesai." Jelasnya santai, meski ia sendiri tak mampu memungkiri bahwa kini jantungnya berdetak terus-terusan menahan gugup dan takut. Gugup karena mereka berada di jarak yang begitu tipis dan takut jika Seohee mengetahui semua rencananya.

Kini Seohee mendadak muram dan hanya bisu sementara tangannya telaten mengusap bahu serta lengan pria itu. Ia merenung sejenak dengan helaan napas, menyesali tentang keputusannya saat itu yang mungkin terlalu gegabah. Ia bahkan tidak tahu kenapa hatinya yang sekeras batu bisa terketuk kencang saat itu―hanya karena tatapan menyedihkan yang orang tua serta kakaknya torehkan. Membuktikan bahwa sesuatu yang berada dalam diri Seohee sangatlah lemah, berbeda dari yang nampak.

Trapped by DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang