Lima

14.2K 599 5
                                    

"Apa lagi yang mau kamu minta dari saya?" Indri menarik kursi lalu mendudukinya membuat tubuh seseorang itu berputar lalu tersenyum santai sambil menggidikan bahunya santai.

"Sepertinya pertanyaan itu salah, Nona!"

"Oh, ya?" Indri mengangkat sebelah alisnya dengan wajah terkejut dan bingung.

"Ya!" jawabnya melempar sebuah amplop, "Saya yakin di dalam amplop itu sudah cukup jelas bagaimana kelakuan suami anda di belakang." telunjuknya menunjuk nunjuk amplop di atas meja membuat Indri tersenyum masam mengulurkan tangan untuk segera menerima isi amplopnya.

Etss! Bocah itu justru menahan amplop dengan jarinya membuat rahang Indri terlihat mengeras, kesal. "Apa lagi yang akan kamu minta dari saya?" tatapannya lurus pada manik manik mata milik bocah di depannya dengan bulat penuh amarah, masih dengan tangan yang belum lepas menarik amplop.

Hah! "Jangan pura pura enggak tahu!" tawa lebar bocah itu benar benar membuatnya terasa di permainkan.

"Berapa nominal uang yang sekarang kamu minta untuk harga poto di dalam amplop ini?" Indri mendengus kesal menegakan duduknya sambil menjauhkan tangan dari amplop. Jangan senang dulu bocah, karna saya punya seseorang untuk menghajar kamu sekali kali.

Bocah itu mengusap usap dagu tak berjenggotnya pelan dengan wajah berpikir, "Tidak besar ... Hanya sekitar lima juta!" jawabnya santai sambil mengacungkan lima jari di samping pelipisnya.

"Saya tidak tahu untuk apa uang uang itu. Tapi saya harap uang jutaan yang saya kasih kamu manpaatkan dengan baik." Indri merogoh sesuatu di dalam tasnya. Selembar chek dengan coretan tanda tangannya tercantum nominal lima juta yang tertulis berbentuk angka,  "Ini chek yang bisa kamu cairkan dengan nominal lima juta sesuai permintaan kamu."

"Bagus!" kepalanya di angguk angguk sambil merebut chek di tangan Indri, "Lain kali enggak usah pake ceramah kalo mau ngasih duit sama gue karna baik buruk pun itu hak gue. Kita disini hanya saling membantu bukan? Jadi jangan berharap gue jawab pertanyaan konyol lo tadi." sahutnya sembari mendorong jauh amplop di depannya.

Indri mengabaikan ucapan bocah itu dan langsung terpokus pada amplop yang kini sudah di tangannya, "Hidup itu jangan di buat salah apalagi bergaul lalu menghabur haburkan uang." sahutnya santai.

Indri menarik napas beberapa kali sebelum sepenuhnya menatap poto poto di dalam amplop. Memikirkan segala hal yang akan terlihat dan terjadi jika poto poto itu benar benar terbukti.

Melihat perubahan air muka Indri wanita yang sudah beberapa kali menyumbang uang sakunya seperti akan menangis membuat sebuah senyuman terukir dari bibirnya yang mungil.

"Jangan bicara soal hidup! Karna gue sudah cukup banyak tahu. Lagi pula gue tidak yakin kalo posisi lo berada di pihak gue, lo akan kuat?!" bocah itu meneguk es jeruk di hadapannya yang tinggal separoh. Membuat Indri mengangkat wajahnya dengan mata yang mulai berselaput di balas bocah itu.

"Sampai kapan jadi wanita cengeng yang bisanya menangisi laki laki seperti dia?" tanyanya tanpa hati, namun ternyata ucapan sederhana itu memancing kemarahan Indri yang perlahan lahan tidak disadarinya meluap.

"Ini bukan urusan kamu bocah! Tugas kamu disini hanya memata matai suami saya dan cewe yang bernama Gebi Anastasya!" kata Indri tegas penuh penekanan pada kalimat MEMATA MATAI dengan suara sedikit kecil agar tidak memancing perhatian siswa lain.

"Gue tahu!" bocah itu terdiam sesaat untuk memberikan jarak bicaranya, "Tapi gue hanya kasihan dengan cewe yang rela mengeluarkan puluhan juta uang hanya untuk menutup mulut seseorang yang anda suruh."

"Bagi saya uang yang saya kasih sama kamu tidak ada bandingnya dengan uang yang saya tanam di kantor. Jangan meremehkan saya bocah karna untuk membayar kamu saja saya bisa lakukan!"

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now