Delapan

13.3K 594 11
                                    

"Ayo dong! Dri, gue pingin liat hasilnya?!" desak Geisa yang loncat dari tempat tepat di hadapannya dengan wajah kepo saat dirinya baru saja keluar kamar mandi dan menutup pintu.

Indri mendesah pelan menggeleng gelengkan kepalanya, kesal lalu beranjak menuju ranjang, "Lo kayanya lebih tegang dari gue ya?" desah Indri menatap  Geisa sekilas yang tengah nyengir lebar sambil melengos ikut duduk di sampingnya.

"Gue ...Enggak mau lo ha-..."

"Gue tau!" Indri menarik napas dalam-dalam memutar mata menatap langit langit kamar.

"Sory?" Geisa menyentuh pelan bahu Indri  sambil menatapnya lamat lamat di balas Indri dengan anggukan kecil, tersenyum lalu menggenggam punggung tangan Geisa sambil membalas tatapan ibanya.

"Gue ngerti ko, lo enggak mau kan liat sahabat lo hamil sedangkan suaminya masih ... ?"  Indri mendengus pelan menggantung kalimatnya sambil menggeleng lesu mengabaikan begitu saja dan beranjak untuk mengambil minum, meneguk hingga habis lalu menatap Geisa dari meja makan dengan seulas senyum, "Main wanita lain!" Indri mengubah senyumannya jadi sebuah desahan kesal.

"Gue ngerti ko perasaan lo."
Geisa menghampiri Indri lalu menepuk bahunya pelan dan langsung memeluknya dan berusaha menguatkan kerapuhannya.

"Sekarang mending kita liat bareng-bareng hasilnya?" putus Geisa di anggukan Indri yang langsung menyeka pipinya.

                        ••••••••••••

Bangunan berdinding kaca itu terlihat lenggang hanya terisi Gebi dan Leon yang tengah duduk berdua di pojok  yang akan langsung terlempar pada hamparan ombak ombak kecil.

"Kamu yakin dia enggak bakal mergokin kita?... Bukannya semalam kamu bilang  dia ada di sekitar pantai?" Gebi tersenyum memainkan ujung sedotan di depannya dengan tangan menempel pada meja kayu berfiltur.

Leon mengusap pelan wajahnya lalu menyisir pelipisnya dengan jari tangan sambil tersenyum santai dan menggenggam tangan Gebi, "Enggak mungkin dong, ini restoran sengaja aku boking buat kita berdua. Jadi enggak usah cemas."

Gebi mendengus dengan dagu menompang sebelah telapak tangan mencoba tidak peduli dan mengalihkan pandangan.

"Kamu enggak percaya?" Tanya Leon dengan dahi terlipat merasa aneh.

"Enggak ?" Gebi menggidik bahu.

Tidak jauh dari restoran seseorang yang tengah melipat tangan di depan dada sambil menyandarkan bahu pada pohon kelapa di sepanjang deretan jalan tengah mengelus janggotnya, meraih ponsel lalu mengutak atiknya sesaat tanpa menatapnya dan menempelkan ponselnya sambil menunggu nada sambung berbunyi.

"Hallo Bu! Saya sudah urus semuanya!"

"........."

"Baik." orang itu mengangguk mantap lalu pergi.

                              ••••••••

"Enggak ...Gue enggak mau!" Geisa menggerutu kesal sepanjang jalan dengan bibir yang  terus dilipat karna Geisa masih  bingung dengan hasil tespeknya,
Ko hasil tespek bisa cuman satu garis?... Padahal tadi pagi Indri juga udah dua kali muntah?

"Udah deh, nanti sore kita ke dokter." Indri tertawa pelan melihat ekspresi sebal Geisa.

"Awas aja kalo lo berubah pikiran! ...Gue bakal sered dokter spesial kandungan langsung ke hotel biar lo di periksa!"

"Oke! Lo enggak perlu sebal gitu dong kan  bentar lagi lo pasti ngakak engga percaya sama apa yang bakal gue lakuin buat cecurut-cecurut itu yang bahagia di belakang gue."

wanita lain ( End )Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ