Empat puluh dua

7.9K 411 16
                                    

'Bluk'

Kepalan tangan Leon mendarat bertubi tubi di sekujur tubuh Gilang. Tanpa perlawanan karna kedua tangannya terikat di belakang punggung.

Gebi bergeming di sopa, mulutnya menganga kecil melihat perlakuan Leon, dengan bibir pucat pasi. Perutnya terasa begitu melilit sejadi jadinya namun Leon tidak menggubris keadaan rintihannya.

"Kalo saja lo tidak pernah masuk dalam rencana gua." Leon menunjuk wajah Gilang yang tertunduk dengan beberapa cairan darah diantara kelembaman'nya.

Hih! Gilang menyeringai kecil. "Lalu ... Apa yang akan lo lakukan jika gue tidak pernah menjadi pengacau yang lo peralat untuk sebuah bukti yang lo sendiri sudah rekayasa?"

"Apa lo bilang?" Leon meninggikan volume suaranya dengan rahang mengeras.

"Memang kenyataannya bukan?"

"Tutup mulut lo! ... Masih sukur lo gak mampus!"

Agghhh....

Tangan Leon yang sudah terangkat keatas harus tertahan karna jeritan Gebi. Membuat Leon menepis dan menurunkan kembali kepalan tangannya sambil meludah geram.

"Lo memang bukan manusia, Leon!" Gebi menatap dengan ekpseri tidak suka. Sebelah bibirnya menjungking terangkat kesamping.

'Bruk'

Baru saja kalimat Gebi selesai terucap, suara pintu yang didobrak membuat Leon dan dua anak buahnya sigap menatap pada satu arah yang sama.

"Siapa lagi?" Leon bertanya pada dirinya sendiri kedua tangannya sudah terkepal di bawah menatap Gebi, Gilang dan dua anak buahnya bergiliran.

"Biar kita berdua saja yang membereskannya ke sana bos!" si kepala botak menahan langkah Leon.

Leon mengangkat sebelah tangan kanannya sambil mengerling, "biar ini jadi urusan gue, lo berdua jaga mereka baik baik!"

"Siap bos."

Leon melangkah perlahan menuju asal suara tadi terdengar. Gerakan kakinya berbelat belit meniru ciri khas pendekar pendekar cina.

Sedikit hati hati, Leon tidak ingin mendapatkan serangan tiba tiba seperti tadi oleh tendangan Gilang di punggungnya.

'Krek'

Leon langsung memasang indra penglihatan setajam Elang saat suara pintu yang di dorong perlahan oleh tangannya menimbulkan suara.

Beberapa detik kemudian tulang lehernya menegak. Leon meliarkan pandangan pada ruangan yang seperti ruangan tamu bagian depan. Tidak ada tanda tandanya orang namun, pintu bagian depan sudah dalam keadaan terbuka.

Sial! Gilang mengumpat dengan langkah lebar lebar kembali menuju tempatnya tadi. Berharap jika apa yang ada dalam pikirannya itu tidak benar. Kembali dan mendapatkan dua sekapan yang akan segera dia lenyapkan raib kabur dengan bantuan orang yang menimbulkan suara pintu yang di dobrak.

"Bos, kita melihat bayangan seseorang yang berlari kepekarangan belakang." orang yang dapat panggilan Reng berseru sambil berdiri dari duduknya saat melihat Leon datang.

"Ia bos." tambah si kepala botak semakin membuat emosi Leon sudah tidak bisa terbendung lagi.

'Bluk'

"Keparat!" Leon meninju tembok sambil berseru, membuat kedua anak buah, Gebi dan Gilang menunduk wajah.

Leon mundar mandir beberapa detik dengan remasan remasan di rambutnya. Baju kemeja dengan separoh kancing terbuka memperlihatkan lengkuk tubuh hingga pusar dengan beberap bagian lembam seakan menambah kesan wajah kusutnya.


wanita lain ( End )Where stories live. Discover now