Tiga puluh

10.3K 530 14
                                    

"Bu! Bu Indri." suara Ida bersamaan ketukan di pintu terdengar saling berselangan di telinga Indri.

Sedikit enggan beranjak Indri menyibak selimut yang baru saja ditarik sampai pinggang.

"Ada apa Bi?" Indri membuka pintu menyembulkan wajah lelahnya di balik celah pintu, "Geisa balik lagi?" tanyanya.

"Anu Bu, itu ada Polisi!"

Indri membuka pintu lebar lebar dengan dahi berlipat. "Polisi?" Indri berjalan menuju teras rumah sambil membenarkan ikat baju kimononya yang terbuka.

"Ada apa Polisi malam malam gini?" Indri berseru sendiri namun Ida masih bisa mendengar seruannya walau samar.

"Bapa ... Bu." suara Ida terdengar ragu ragu dibelakangnya. Membuat Indri menghentikan langkah dan menoleh sebentar.

"Ada apa dengan bapa?"

Di Tkp (tempat kejadian perkara), Indri bersama Geisa yang tanpa minat melepaskan  rangkulan di pundaknya masih terus mendengar penjelasan ketua dari kepolisian yang masih terus menjelaskan kejadian dari awal yang di ketahui dari beberapa saksi mata.

Puluhan polisi memencar di sekitar jembatan yang sudah dipasang garis kepolisian berwarna kuning. Setelah kejadian berlangsung tadi puluhan orang mengkerumuni sekitar jembatan berdesakan ingin tahu.

"Tapi suami saya bisa ditemukan bukan?" potong Indri suaranya terdengar parau dengan mata sembab. Di sebelahnya Geisa terus membisikan beberapa kali kata kata untuk menenangkannya.

"Kami masih mencari keberadaan pak Leon Bu. Posisi mobilnya yang terbalik membuat kami sangat kesulitan menemukannya. Kemungkinan besar saat mobil menabrak pembatas jembatan pintu samping kemudi terbuka dan pak Leon lebih dahulu terjatuh masuk ke sungai.." Polisi itu menggeleng lemah.

Indri menangkup wajah dibalik pelukan tangan Geisa. Geisa tidak peduli lagi dengan suiter hitam yang dipakainya sudah basah dengan air mata Indri.

"Lalu bagai mana Pak? Geisa menggantikan Indri bertanya, "Apa itu berarti kemungkinan kecil?"

Polisi dengan tubuh tegap dan perut yang lebih menonjol buncit  itu mengangguk samar sebelum menjawab. "Arus sungai sangat deras. Dan itu yang menyulitkan kami.

"Lapor komandan!" seorang polisi bertubuh ramping berlari menghampiri dan menghormat.

"Ya ada perkembangan?" tanya ketua polisi.

"Seluruh tim sudah turun dan memencar juga beberapa anggota menyelam masuk ke dalam rangka mobil yang terbalik namun kami masih tidak bisa menemukan korban."

"Lakukan sesuatu!"

"Baik Pak." polisi itu hormat sebelum kemudian beranjak pergi.

"Ges..." desis Indri mengeratkan tubuhnya dalam pelukan Geisa suaranya semakin parau.

"Tolong lakukan yang terbaik untuk suami teman saya Pak. Temukan dia dalam keadaan selamat." Geisa menarik napasnya yang ikut menyesak sebelum kemudian melanjutkan ucapannya. "Teman saya lagi mengandung anaknya."

Polisi itu mengangguk tegas dengan wajah ikut prihatin sambil berseru. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk beliau."

Geisa membawa Indri memasuki sebuah cafe yang berada tidak jauh dari tempat kejadian. Pekerjaan polisi akan terhambat jika Indri dan dirinya masih tetap berada di sekitar jembatan.

Dihadapan keduannya ada dua gelas tinggi yang menyembulkan asap panas. Daerah sekitar jembatan berhawa dingin karna berada dekat disekitar puncak bebukitan.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now