Tujuh belas

8.8K 401 14
                                    

"Loh Ibu kenapa Mba?" Ida baru saja muncul setelah Geisa  memanggilnya dua-tiga  kali.

"Air putih Bi, cepet."

"Ia Mbak." sahut Ida sambil berlari ketar ketir kedapur  dan balik kembali beberapa detik kemudian dengan segelas air.

"Gue bilang juga apa Dri. Lo jangan terlalu maksa karna tubuh lo lagi enggak fit."

"Ibu sudah makan? Biar saya siapin sekarang." tanya Ida Indri mengangkat sebelah tangan melambai menolaknya.

"Lo harus makan." bantah Geisa. "Bi, siapin aja nanti biar dia saya temenin makan!"

"Siap Mba saya permisi."

"Gue lagi enggak mood ... Ges! Kenapa sih lo maksa banget." sungut Indri, yang dibalas  Geisa dengan melipat bibirnya kesal.

"Nunggu mood lo dateng paling sampe besok juga gue yakin mood lo nggak bakal datang. Udah jangan bandel Dri, lo nggak dengerin nasehat dokter tadi gimana?"

Mendengar ucapan Geisa membuat Indri teringat  kembali ucapan dokter siang tadi.

"Saya harap Ibu bisa menjaga kondisi tubuh. Jangan terlalu bestres atau kelelahan akibat aktipitas. karna saya takut ini bisa berpengaruh besar.

"Tapi dokter tadi nggak bilang kan, kalo gue hamil."

"Tapi setidaknya lo harus jaga kondisi Dri. Jangan egois mikirin diri .... "

"Egois lo bilang?" Indri menatap bengis Geisa baginya kata egois tidak pantas buat dirinya.

"Kalo bukan egois lalu apa? Kekanak kanakan itu?" Geisa balik bertanya.

"Ini bukan soal egois atau pun sipat ke kanan kanakan."

"Lalu? Sipat apa yang pas buat nunjukin diri lo?"

Geisa duduk menatap lelah pada Indri yang duduk tegap di sampingnya dengan bibir terkatup. "Keras kepala! Itu yang mau lo bilang sama gue?"

Indri menoleh memicing mata tajam kesal dengan ucapan sahabatnya barusan yang menurutnya sama saja masuk tipikal egois.

"Lo bisa ngomong seperti itu karna lo enggak akan bisa ngerasaain bagaimana posisi di diri gue. Lo mau bilang seperti itu kan Dri?" tanya Geisa mendahului Indri yang terlihat sudah membuka mulut bersiap menyahut.

"Itu lo tahu." jawabnya singkat mengalihkan pandangannya.

"Yaudah lo tinggal buktiin sama gue karna gue jelas jelas tahu isi perasaan lo gimana." Geisa mendengus pendek membungkuk mengambil gelas di atas meja lalu menyodorkannya pada Indri.

"Seengganya lo bisa kan berpura pura di dalam perut lo kali ini ada bayi. Ada sesosok janin yang akan jadi malaikat lo menjaga lo dan menguatkan lo kelak."

"Stop mengada ada Ges gue enggak hamil!"

"Iah gue tau. Tapi perkiraan gue boleh saja benar bukan? ... Kalo lo nggak mikirin nutrisi masuk perut lo dan cuman nunggu mood lo, apa lo nggak bakal nyesel kalo ternyata ada janin?" Geisa menunjuk perut Indri.

Hening, baik Indri maupun Geisa sama sama terdiam beberapa menit yang cukup lama sebelum kemudian Ida datang dengan wajah berkeringat.

"Bu, makannya sudah siap."

Geisa menatap Indri dan kemudian berdiri, "Sekarang gue mau lo makan!"

"Kemana saja kamu Indri?" tanya suara yang membuat Indri yang baru saja berdiri  menoleh di ikuti Ida dan Geisa.

Aduh mati aku, kenapa aku bisa lupa nggak ngasih tau kalo ada kuntilanak itu di rumah? gumam Ida matanya membulat sempurna seakan akan ingin loncat keluar.

wanita lain ( End )Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ