Tiga belas

10.7K 523 29
                                    


Ini cewe telat minum obat apa, ya? Jelas kemarin mereka mengira gue sekertarisnya Leon. Dan sekarang tiba tiba nongol dan bertanya tentang kehamilan. Sejak kapan gue hamil? Lalu apa ada hubungannya sekertaris perusahaan sama kehamilan?

"Jadi gimana kamu tau?" tanya Geisa lagi. Membuat Gebi terenyah dari diamnya.  Hanya mendengus pelan membuang sisa napas yang di tariknya.

"Nanya gitu jangan ke saya! Saya cuman sekertaris Pak Leon Mbak.  Bukan dokter!"  membuat Gebi memutar mata jengah.

Tidak peduli. Geisa mengangkat bahu acuh, "Ya... Mungkin saja kamu tahu?"

Gebi balas mengangkat bahu acuh. Beranjak memilih menghindari percakapan yang menurutnya tidak masuk akal. Terserah lo karna gue enggak peduli.

"Maap Mbak saya sibuk harus mempersiapkan mething buat pak Leon malam. Lagian Mbak, saya belum pernah hamil! Jadi saya bukan ahlinya."

"Rapat?" tanya Geisa mengulang ucapan Gebi sambil memutar tubuh, membuatnya mengangguk masih sambil membolak balikan deretan baju di dalam lemarinya.

"Kenapa kamu lebih tertarik sibuk dengan busana? ... Maksud saya bukanya yang lebih penting itu file file, dokumen... Atau...?"

Gebi mendengus, melorotkan kedua bahunya. Kesal. "Itu sudah saya utamakan Mbak!" Gebi mencoba merileksasikan membuka tutup kepalan tangannya.

"Ooh..." Geisa manggut manggut. Gue kira belom..., "Kalo gitu saya balik kamar aja selamat bersiap siap."  pamitnya lalu beranjak pergi.

Lo pikir gue ema ema yang pernah hamil? Terus muntah muntah? Gebi melemparkan dua kepalan tangan berpura pura akan meninju, kesal.

                         •••••••

30 menit setelah mobil hitam sport yang di kemudikan Leon melesat meninggalkan Rumah Sakit. Suasana mobil hening tanpa percakapan, keduanya  saling diam menatap kepadatan jalan  di hadapannya.

Leon mendengus pelan, bola matanya terlihat lelah dengan kantung mata membulat dan wajah kusut. Membuat Indri yang tengah menatap deretan mobil di sebelahnya lewat kaca yang tertutup terusik dan menoleh.

"Sabar ya sayang." ucap Leon sendu mengusap pucuk kepala Indri yang hanya di balas dengan  senyuman santai.

"Aku enggak papa ko." Indri menempelkan tangan pada kaca mobil di sampingnya.

"Kapan kamu pulang?" tanya Leon berhati hati sebisa mungkin tidak membuat rasa curiga istrinya bangkit. Indri menegakan kepalanya pelan untuk melirik kearahnya.

"Enggak tau ... Memang kamu enggak bisa pulang bareng aku?" pertanyaannya ternyata justru menjebaknya sendiri dalam situasi yang sulit. Membuta bahu Leon terlihat menegang dengan jemari yang di buat menari nari  menimbulkan ketukan di setir mobil.

Terdiam sesaat. Leon mengalihkan pandangan ke arah samping jendela kaca sambil mengusap kasar wajahnya, "A... ku kurang tahu sayang... Tapi kalo proyek ini sudah selesai aku akan segera pulang." Leon tersenyum kikuk menggaruk pelipis,... "Kamu enggak papa kan pulang sama Geisa dulu?"

"Aku enggak papa ko. Nanti aku pulang duluan aja, enggak mungkin aku harus ganggu kamu yang lagi kerja di sini?"

Jawaban Indri membuat Leon tidak mampuh lagi berkata kata. Tubuhnya terasa semakin  kikuk namun Leon berusaha semampuhnya menutupi kekikukannya. Mengukir senyum, senyum yang terlihat aneh. Dan terus menerus merapalkan doa doa agar jalanan bisa lenggang agar suasana berdua di dalam mobil bisa di hindarinya.

Aku pulang bukan untuk membuat kamu dan dia bebas di sini. Karna tanpa aku pun kalianbtidak akan sebebas rencana mu..

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now