Tiga puluh enam

9.1K 515 20
                                    

"Ges...!

Geisa menghentikan gerakan tangannya. Kepala yang tertunduk menatap tanaman terangkat tegak membuat pandangan keduanya bertemu.

Tanpa berpikir panjang Geisa menjatuhkan selang yang tengah di genggamnya dan berlalu masuk menjangkau pintu.

"Ges...!" Indri lebih dulu menahan langkah Geisa. "Lo kenapa?" Indri berjalan mendekat.

Geisa tetap bergeming di tempat. Tidak menggeser sesenti-pun kakinya.

"Lo ada masalah?" Indri mengangkat sebelah tangannya.
Membuat Geisa memutar badan menatapnya.

"Lo kenapa?"

Geisa masih tetap bisu. Bibirnya tertutup rapat. Tidak ada senyum persahabatan seperti biasanya.

"Kalo gue salah, gue minta maaf sama lo!" Indri menghela napasnya. "Udah lama gue gak liat lo dateng nengok Leon."

Geisa melangkah menduduki pantatnya di kursi rotan berpiltur di teras rumahnya.

"Lo ada masalah. Kenapa lo gak cerita ke gue?" Indri menatap mata coklat Geisa lekat lekat.

"Gue gak kenapa napa kok Dri!" Geisa mengalihkan tatapannya pada dedaunan yang bergerak karna tertiup angin.

"Lo bohong! ... Jelas waktu gue datang lo ngehindar dari gue?"

"Gue gak papa Dri! Gue cuma lagi gak enak badan doang." Kilahnya.

"Badan lo gak anget kok!" Indri menempelkan punggung tangannya di kening Geisa yang langsung dia tepis.

"Gue butuh sendiri! Geisa beranjak dari kursi rotan. Menatap tajam Indri dengan tarikan napas untuk mengisi ruang paru parunya.

"Gue butuh sendiri," ulang Geisa sambil menjangkau pintu. "Jadi silahkan pergi!"

Indri berdiri perlahan menatap punggung Geisa sebelum menghilang tertutup pintu yang di tutup.

Menghembuskan napas perlahan, ada sesuatu yang menusuk nusuk ulu hatinya. Bibir merahnya perlahan bergetar beberapa detik tanpa komando cairan putih itu meleleh deras di wajahnya.

Indri melangkah mundur perlahan. Tubuhnya lemas di guncang dengan getaran. Tidak tahu salah apa.

Salah apa gue Ges? Gue butuh penjelasan lo karna lo tiba tiba ngehindar dan jauh dari gue. Lo tiba tiba menghilang dari gue!"

"Kita ke restoran yang gak jauh dari rumah sakit pak!" Indri memasuki mobil dengan pintu yang sudah di buka oleh supir pribadinya.

"Siap bu!" supir itu menyahut lalu mulai menyalakan mobil. Mengemudi.

Sebelum mobil melesat pergi. Indri kembali menatap pintu rumah Geisa yang tertutup. Menghela napas sambil mengusap wajahnya yang basah karna air mata.

__________

Di dalam rumah, sendiri. Geisa menatap mobil hitam yang membawa Indri pergi. Menatap jelas wajah sahabatnya yang basah melihat kearah rumahnya sebelum pergi.

Geisa berlari menyambar pintu kamar lalu menutupnya dengan setengah membanting.

Aggrrrrr......

Geisa mengacak acak meja rias. Melempar bantal pada sembarangan arah.

Kenapa? Kenapa gue harus seperti ini sama Indri. Kenapa ... Gue gak benci lo Dri engga! Gue cuma muak. Gue muak sama takdir dan kenyataan.

Kenapa, kenapa harus lo dan lo. Kenapa dia gak bisa lihat gue, kenapa gue seperti gak ada di mata dia?"

wanita lain ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang