Empat puluh delapan

9.3K 403 15
                                    

"Ini, untuk yang terakhir kali, aku bilang! Aku gak akan pernah tanda tangani kertas ini?!"

Kertas putih di tangannya terhempas di lantai. Indri membungkuk meraih kertas yang di buang Leon, sebuah senyuman tipis terukir dari bibir yang pagi itu di poles lipstick coklat.

Terdengar deru napas pelan, "Apapun yang kamu lakukan, itu tidak akan pernah membuat keputusan aku luntur, Leon."

Leon memicing tajam, rahangnya mengeras napasnya terdengar memburu. Dia menatap lemah pada Indri yang tengah berdiri tidak jauh dari ranjangnya, wanita bertubuh elok dengan perut yang mulai membuncit.

Lalu pandangannya teralih pada Ilham yang sedang berdiri menyandar di ambang pintu kamar. Tatapannya biasa namun ekspresi wajahnya tegas.

Tidak terlalu familiar bagi Leon untuk mengingat wajahnya. Kedua alisnya meninggi bertaut.

"Gue ingetin Lo, sekarang?!" Leon menunjuk Ilham lurus, mendengus keras, "Lo yang selamatkan Gilang di markas itu dan .... Lo pemilik restoran itu!"

Indri tercekat, dia menatap Ilham dan Leon cepat, bergantian.

"Ya, gue yang pernah Lo datangi di ruangannya. Lo suruh tutup restoran dengan alasan sudah anda sewa."

Leon tersentak, ucapannya membuat ingatan itu tertarik mundur jauh pada beberapa bulan lalu, saat dia dan Gebi pergi berdua.

"Tapi ternyata ada dua pengunjung yang makan di restoran itu?!" Leon merasa mengingat keseluruhan.

Ilhamengangguk, "Ya! Dan Lo tau? Istri Lo sudah jauh jauh tau keberadaan Lo."

"Maksudnya?" Leon berbalik menatap Indri.

"Aku tahu semuanya!" Jawab Indri lirih namun nada bicaranya cukup tajam, "Aku tahu apapun yang kamu lakukan di belakang aku, mas!"

"Apa ada yang gak aku tahu?" tanya Leon.

"Banyak!" Ilham menjawab, sebuah senyuman penuh kemenangan terukir di wajahnya.

"Diam Lo bangsat!" bentak Leon, membuat senyum Ilham perlahan berangsur pudar.

"Tapi nyatanya mulut gue nggak bisa diam, walau Indri yang menyuruhnya."

"Tahu apa Lo, apa benar yang di katakan Ibu, kalo kalian berselingkuh di belakang gue?"

Indri mengercit, "Maksudnya?"

Ilham tidak kalah bingung. Dia perlahan mendekat posisinya.

"Ya, Ibu bilang dia di balik semuanya. Apa bayi itu pun bayi dia?" Leon menunjuk perut Indri.

"Jangan pernah membalikan fakta, Leon!" jawab Ilham tidak terima.

"Gue gak membalikan apapun, bertahun tahun gue menikah dengan dia. Tapi baru kali ini gue dengar dia hamil."

"Aku nggak pernah berzinah dengan Ilham!" ketua Indri, kepalan tangannya mulai terlihat.

"Aku mandul, Indri. Jadi gak mungkin kalo bukan anak dia kamu hamil." elak Leon.

Indri mendengus pelan, "kamu bilang, kamu mandul?"

"Ya!" Leon mengangguk.

"Lalu  kenapa Gebi bisa hamil anak kamu?"

Leon tercekat, ekspresinya tegang. Tatapannya membulat.

"Jawab aku!" Indri membentak, mendekatkan langkah hingga kini posisinya berdiri di depan Leon.

wanita lain ( End )Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ