Empat belas

10.7K 513 26
                                    

agak lama yea ?

mood nya lagi kacau nih jadi wp gak pernah di lirik hehe...

tapi gereget juga pingin nyiksa Gebi nih. jadi di upload dah .

happy reading aja salam muah muah
selamat gereget geregetan.

_____________

Leon kenapa sih? "Kamu sadar enggak sih... Leon?" Gebi menghempaskan tangannya yang di cengkram Leon. Membuat dia menghentikan langkah.

Menarik napas mencoba mengaturnya sambil mengusap dahi yang sedikit menimbulkan bintik keringat. Leon lalu membuka dua kancing teratas bajunya menarik kembali tangan Gebi sambil celikungan, "Ada Indri!" sahutnya singkat membuat Gebi yang lengah hanya mengkerut.

"Hah..?" tanyanya tidak mendengar jelas.

Tidak menggubris menolakan Gebi untuk pergi Leon terus memaksanya pergi menuju toko lainnya yang berderetan, "Ayo sebelum Indri melihat kita."

                  

"Ini Mbak." pelayan datang kembali membuat Indri mengabaikan Leon yang sudah menghilang. Mengukir senyum menyeka rambut yang terurai.

Di tempat lain Leon menghentikan langkahnya bingung.

"Lo jahat... Leon!"  Gebi mendengus kesal. Mengalihkan pandangannya.

"Aku minta maap sayang. Di dalam tadi ada Indri dan aku repleks gitu aja."

"Indri... Indri... Indri...  Aja terus yang kamu takuti. Sampai kapan kamu bisa bersikap normal Leon?"

Leon mengusap tengkuk lehernya kesal, "Kan kamu tahu aku enggak akan bisa bawa kamu di depan dia sebagai simpanan."

"Lalu ... Sampai kapan kamu seperti ini? Bukannya kamu sendiri yang ajak aku keseni?" Semakin lo ngehindari gue dari mereka dan semakin lebar oeluang gue Leon.

"Kita beli baju aja dulu ya?" bujuk Leon mengusap tulang lehernya bingung lalu perlahan mendekat merangkulkan sebelah tangan di atas pundak Gebi.

"Aku nggak mau." Gebi menepis tangan Leon, "Aku pingin kalung itu titik!"

"Oke ... Oke. Akan aku usahakan tapi sekarang kita belanja yang lain aja dulu, ya?" Leon menangkup wajah Gebi yang manyun.

"Aku nggak mau tau itu!" Gebi berlalu pergi meninggalkan Leon dengan segala kebingungannya.

                      •••••••

"Buat apa sih Ma?"

Seorang cowo bertubuh atliet beranjak dari duduknya. Dia mengusap rambutnya kesal dengan posisi berdiri tegak membelakangi seorang wanita kisaran 50 tahun. Sebuah syal merah maru melingkar di lehernya.

Kulit putihnya mulai terlihat keriput dengan kantung mata dan sorot pandangan yang teduh.
Sekali dua kali wanita separuh baya itu terbatuk, membuatnya berulang kali menaik turunkan tangan menutupi mulutnya.

Rambutnya hampir terlihat putih beruban membuat wajahnya terkesan lebih tua di banding umurnya.

"Dia kaka kamu! Dan itu takdir yang harus kamu akui."

"Cukup! Aku udah bilang jangan sebut sebut  dia di rumah ini lagi. Apalagi menyuruh aku buat cari keberadaannya yang mustahil." sebelah tangannya terangkat tegak keatas lalu pergi begitu saja tanpa menoleh.

Meninggalkan wanita itu tanpa dia sadari telah melelehkan cairan bening. Membuatnya mengepalkan sebelah tangan di depan dada untuk menahan rasa sesaknya.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now