Dua puluh satu

8.2K 468 25
                                    

Hmmm.... maaf ya thour harus banyak belajar lagi yea. Feel nya gak dapet tiap update dikit.

Ya tolong maklumi thourkan ga sekolah gak makan bangku pendidikan, banyak memang yg kaya thour tapi feel nya bisa nangkep. Thour kan lagi belajar bertahap mungkin akan ke revisi nanti lapak ini kalo selesai atau gatau lah tapi bantu thour ya.

Lagi ada waktu buat update thour update lagi kan?

___________________

Hay sayang. Apa kabar kamu di situ? Ibu harap baik ya. Kamu malaikat dan penguat bagi Ibu. Hanya kamu yang Ibu punya di dunia ini selain tante Ges. Kamu enggak akan pernah mengenal siapa nenek kamu kelak nanti saat turun ke Bumi ini ... Maapin Ibu ya sayang. Indri tercekat. Mengusap dua-tiga butir yang lolos bergulir di ekor mata.

Dengan sebelah tangan yang terus mengelus elus perut yang masih terlihat datar di sopa halaman belakang. Pandangannya lurus terpokus ke depan dengan tatapan kosong.

Membuat Ida yang baru saja berniat membersihkan rumput di halaman belakang memperhatikan sikap Indri. Tertegun di depan pintu sedikit merapatkan tubuh pada tembok takut jika keberadaannya terlihat majikannya. 

Namun Insting Indri lebih kuat untuk merasakan keberadaan Ida di sekitarnya. Dengan cepat Indri menjauhkan tangan dari atas perut lalu menegakan duduk. Mencoba merilekskan sikap.

"Ida ... Saya tahu kamu di situ!"

Tubuh Ida bergetar hebat mencoba menggeser langkahnya. Menduduk menghadap Indri yang mendesah pelan di kursi tanpa menatap kedatangannya.

"M... aap Bu, Ida enggak maksud untuk menguping. I.. Ida ...Ida cuma mau ke halaman belakang." ucapnya terbata bata sambil semakin menundukan wajah dengan memainkan kedua jari telunjuk di bawah.

"Yasudah lanjutkan saja." perintahnya sambil mendesah pelan dan meminum jus jeruk di atas meja di samping kursi.

"Anu Bu ... Tadi itu...?"

"Apa..?" potong Indri merasa resah dengan ekspresi wajah Ida.

"Anu ... Tadi ... Anu.."

"Anu..anu..anu apa sih Da? Ngomong aja."

"Ibu tadi anu.." Ida meringis memegangi perutnya sendiri tidak mampuh dan tidak berani mengatakan apa yang mengganjal di pikirannya.

Penjelasan Ida membuat wajah Indri mengkerut. Kedua alis berwarna coklat milik Indri bertaut dengan sorot tatapan tajam yang semakin membuat Ida celingukan takut dan memaki maki dirinya di dalam hati.

Ampun deh Da. Lo ngapain nanya nanya segala yang bukan urusan lo...

"Sini sebentar Da!" pinta Indri membuat rasa takut dan gugup bercampur aduk dalam diri Ida.

Pelan Ida menggeser kakinya lebih dekat sambil mencoba berbicara dalam keadaan lidah yang kelu,
"Maap Bu ... Ida jangan di pecat. Ida enggak punya keluarga Bu... maap. Ida enggak sengaja sumpah Ida enggak bohong."

Haha! "Sudah sini duduk di atas aja!" Indri terbahak melihat ekspresi Ida yang pucat murung lalu duduk di bawah lantai.

"I ... Ia Bu."

"Bi kamu kan udah ikut saya lama. Jadi Bibi bisa enggak tolong saya?"

Suasana yang terasa menegang itu perlahan mencair. Ida perlahan mengangkat wajahnya tegak tegak mencuri curi pandang pada wajah majikan di sampingnya.

"Bisa enggak Bi?" ulang Indri karna tidak mendapat respon dari Ida.

"Tolong apa Bu?" Ida mengangguk dengan wajah serius.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now