Sembilan belas

9.1K 443 21
                                    

Hmmm gara gara gak nahan pingin kasih Indri hamil thour lupa gak kasih pembatas antara isi sama salam se you bye hehe...

Aduh jangan di desek donk thour buat kasih Leon karma thour ma gak bisa kasih karma nanti karma dateng sendiri hehe fis...
Bantu thour pantau karya ini ya takut kena jiplak orang yg gak mau pusing mikir. thour cuma takut.

Happy reading ajah!.

------------

Mobil sport putih melaju pelan meninggalkan parkiran rumah sakit membawa kedua wanita itu pergi perlahan berbaur dengan berbagai kendaraan lain.

Namun sepertinya rasa penasaran Geisa sudah menggelebu lebu. Wanita yang selalu ceplas ceplos bicara itu tidak perlu basa basi dan langsung bertanya pada pokok obrolan yang mengisi waktunya hingga rumah.

"Kenapa lo meski main rahasia rahasiaan sih Dri?"

Bibir Indri mendesis pelan mewakili kesebalannya. Sebal jika sahabatnya itu terlalu naip untuk tidak mengetahui alasannya.

"Menurut lo semua bakal balik baik baik saja seperti semula gituh?"

"Gue nggak paham?" Geisa mengangkat bahu pokus ke depan. Membuat Indri mengulum senyum kesal ke arahnya.

"Apa lo pikir dengan berita yang bakal gue kasih bisa membuat Leon balik sepenuhnya sama gua?" tanya Indri lagi membuat Geisa menggidik bahu untuk kedua kalinya.

"Dan apa kabarnya sama mertua gue?" Indri ikut bergidik merasakan apa yang ada dalam bayangannya.

"Ya...?" Geisa menggantung kalimatnya bola mata cewe itu berputar ke atas seakan mencari kesimpulan kalimat yang hilang beberapa detik lalu melanjutkannya, "Oke gue akui omongan lo ada benernya juga." Geisa tersenyum lebar menatap sekilas Indri.

"Jadi sepakat lo ikuti aja apa yang gue omongin!" Indri menutup topik obrolan dengan kata SEPAKAT yang dikatakannya dengan lebih kencang lalu mengalihkan pandangan pada jendela kaca yang di buka separoh.

                     •••••

"Dri lo serius mau rahasiain ini sama mereka?" Geisa berbisik pelan di samping kuping kanan Indri yang tengah menyuap es cream ke dalam mulutnya.

Membuat suapannya terhenti Indri meletakan pelan sendok lalu melirik Geisa, "Tadi di mobil gue udah bilang kan Ges?!"

Geisa mendesah menarik satu kursi lalu duduk menangkup dagunya dengan kedua tangan yang sengaja di lipat di tumpuk di atas meja kaca makan, "Lalu bagaimana dengan Ida?" Geisa mengangkat alis bertanya.

"Gue rasa mulut dia enggak perlu repot gue tutup."

Geisa menguyah pelan snak di dalam mulutnya, "Lo yakin?"

Indri mengangguk memasukan es cream lagi  ke dalam mulutnya, "Emang lo enggak inget Ida sejak kapan kerja sama gue?"

Geisa memicing mata tak peduli sambil terus memasuki cemilan beberapa kali pada mulutnya tidak mempedulikan Indri yang balik bertanya.

"Udah mending lo istirahat jangan banyak gerak. Ohia walau Ida udah kenal lo sejak dulu tapi setidaknya lo masih perlu nyuruh dia tutup mulut! Udah gue pulang dulu ya kalo ada apa apa lo kabarin gue aja."

Geisa beranjak dari duduknya lalu membungkukan tubuh mencium kiri kanan pipi Indri.

"Ati ati ya!" Indri membalas cipika cipiki Geisa namun hanya sekilas ketika suara ponsel di atas meja kaca itu bergetar.

"Siapa Dri?" tanya Geisa yang kini sudah berdiri tegak dengan tas di bahu kirinya.

Bukan menjawab namun Indri justru mengangkat tangan menempelkan jari telunjuknya di dekat bibir mengisyaratkan Geisa agar diam.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now