Dua puluh empat

8.6K 510 32
                                    

Brakk!

Sayang!

Suara pintu yang di buka kencang di susul panggilan seseorang membuat Geisa menoleh, berdiri.

Leon ?

"Ges, Indri kenapa. Kenapa dia sampai masuk UGD ?" Leon mendekati ranjang. Mengusap pucuk kepala Indri lalu mengecup keningnya.

Geisa mendengus kasar dengan tatapan bengisnya. Melipat kedua tangan di depan dada.

"Kenapa lo tanya gue?

Leon mengangkat kepalanya, menatap Geisa dengan raut sendu.

"Harusnya lo tau kondisi Istri lo, bukan gue!

"Indri terlihat biasa biasa saja kemarin. Jadi gue ga tau kalo dia sakit.."

Hah! "Gue lupa, lo kan Suami idaman yang terus rajin mengelola kantor sampai bela bela'in nginep dua malam di kantor!" Geisa mengacungkan dua jari telunjuk dan jari tengahnya di samping pelipis.

"Itu fakta Ges, gue bener ada di kantor -..."

"Gue gak nanya itu fakta atau tidaknya, itu urusan lo kok. Gue ga ngehak! Mau lo tidur di sopa kantor yang membuat tidur lo gak nyenyak. Mau lo tidur sama jablay atau asisten lo pun gue gak ngehak. Tapi gue gak nyangka lo sampai ngetelantarkan Istri lo sendiri..." Geisa berjalan memutari sisi ranjang menghampiri Leon. " Demi harta!!" Lanjut Geisa dengan dengusan pelan di akhir kalimat.

Membuat tubuh Leon bergetar hebat tidak beranjak de senti pun.

"M- aksud lo?"

"Gak perlu berpura pura so suci depan gue, karna gue gak akan tertipu hanya dengan modal tampang yang selalu lo pajang!"

"Dua jam ... Dua jam gue nunggu kedatangan lo dan Ibu lo yang cerewet itu! Tapi kalian gak menampakan batang hidung sedikitpun. Sampai akhirnya gue berani menggeledah ponsel Indri dan menelepon Stap kantor baru lo mau datang dan liat keadaan Indri." Lanjut Geisa. Leon hanya membisu tidak mampuh berkata kata, entah kenyataannya Leon memang pendengar yang baik. Atau apa yang di ucap Geisa itu adalah kenyataan yang fakta.

Leon mengusap tengkuk lehernya lalu melangkah mundur untuk duduk di sopa.


"Jangan bilang Indri mandul jika lo dan Ibu lo gak becus jadi Suami dan Mertua yang baik. Lo tau?" Geisa memutar wajahnya. "Lo tau apa yang menyebabkan Indri masuk UGD?"

Di sopa Leon hanya menggeleng masih dengan bibir yang rapat.

"Gue gak berhak jelasin semua sama lo. Karna Dokter sudah menunggu lo di ruangannya!"

Leon mengangkat wajahnya lalu mengusap pelan dahinya yang mengkerut

_______________

Geisa bilang nama Dokter itu Three

"Maaf Sus, ruangan Dokter Three sebelah mana, ya?"tanya Leon pada seorang suster yang tidak sengaja berpapasan di lorong sepi.

"Sebelah pojok sebelum belokan Pak!"sahutnya sambil menunjuk arah.

"Makasih ya Sus!" Leon segera berlalu pergi setelah suster menganggukan kepala sebagai sahutan.

Leon mengetuk pintu ruangan ber cat viltur di hadapannya. Ada rasa gugup yang menyergah seluruh kekuatannya.


Hingga beberapa detik menunggu sebuah sahutan suara dari dalam menyuruhnya memasuki ruangan.

"Selamat malam Dokter!" Leon menjabat tangan dokter di hadapannya.

wanita lain ( End )Where stories live. Discover now