XV 🍁 Perpisahan

1.2K 99 15
                                    

"ALASKA! KAU KAH ITU?" suaranya mungkin menggaung tapi tak ada tanda-tanda manusia di sekitar mereka.

"Teman mu ini akan ku sembuhkan sayapnya! Kembalilah ke sini setelah satu minggu, ingat! Setelah satu minggu" desis orang itu dengan cepat, matanya terlihat liar seolah berusaha mencari dari mana teriakan itu berasal.

Replek Alaska mengalihkan pandangannya dari balik-balik pohon,menatap lelaki itu, Curiga
"Apakah aku dapat mempercayaimu?" haruskah Ia percaya pada dia?, Ia baru bertemu dengan lelaki itu mungkin 1 jam yang lalu, belum mendapat penjelasan mengenai semuanya, bahkan belum tau siapa namanya.

"Aku PERI! Sama seperti temanmu..." sambil melepaskan topi daunnya hingga terlihat lah dua telinga yang meruncing ke atas, lalu menutupinya kembali "aku memang tidak mempunyai sayap, tapi aku ingin menolong teman mu ini! Cepatlah dimana PERI wanita itu!" tangannya menggapai-gapai udara yang ada di sekitarnya mencari sosok yang tak terlihat.

"PERI kau ikutlah dengan dia! Tenang aku akan kembali menjemput mu Cepat, dan bawa makanan mu ini" Alaska memberikan sekantong buah-buahan kepada udara kosong, kantong itu tak jatuh saat Alaska melepaskannya tapi malah menggantung dan melayang ke sisi tubuh lelaki itu
"Awas jika kau  menyakiti teman ku ini!" gerung Alaska yang di jawab dengan dengusan kasar .

Semak-semak di antara pepohonan bergoyang meski tak ada angin yang menerpanya, hal itu menjelaskan jika ada hal yang bergerak menuju tempat Alaska
"Alaska! Ternyata tebakan ku benar!" seru cewe yang yang baru saja muncul dari balik pepohonan, penampilannya tampak kacau banyak daun yang menempel di tubuhnya, cewe yang  selama ini di idam-idamkan oleh Ron.

Sekejap Alaska menoleh ke tempat kediaman PERI dan Lelaki itu berada tapi kini mereka hilang seperti di telan bumi, Alaska lega saat mengetahuinya meski ada rasa khawatir yang berusaha di usir olehnya
"Lala! Kenapa kau berada di sini?" Alaska menghilangkan rasa khawatir yang melintas di hatinya.

"Mungkin pertanyaan itu juga berlaku untuk mu!" celetuk Lala yang kini tepat di hadapannya.

Bibirnya tersenyum paksa dan mengalihkan penglihatannya ke semak liar yang bergerak tak wajar
"Sepertinya tak aman jika kita berbicara di sini" gumam Alaska.

Lala menganggukan kepalanya dengan antusiasi
"Yeah! Ini kan hutan sebaiknya kita pergi sebelum ada hal yang berbahaya" respon Lala dan berjalan tapi kembali berhenti
"Sorry! Aku tak tau arah jalannya" ucapnya dan berjalan kembali setelah Alaska ada di depan menjadi petunjuk jalan Lala.

Sepanjang perjalanan yang menyusahkan tak ada percakapan, hanya suara-suara ranting patah dan gesekan angin menerpa pohon
"Whooaaa.... Ternyata ini jalan keluarnya!" seru Lala dengan semangat setelah mereka berada di ujung hutan.

Terlihatlah di depan mereka bangunan yang kokoh dan besar di kelilingi oleh pagar tembok  yang menjulang tinggi, tak lain dan tak bukan itu adalah sekolah Alaska dan Lala
"Apakah kau ini tersesat?" tanya Alaska sedangkan kakinya terus berjalan di atas hamparan rumput.

"Eh? Ya! Aku tersesat, saat itu aku terus berjalan mengikuti kelinci dan tanpa ku sadari aku sudah berada di dalam hutan" jelas Lala terburu-buru.

Kerjaan Un-faedah, ngapain coba ngejar kelinci?! Pikir Alaska jelas Lala terlalu kekanak-kanakan, sifat kewanitaan ya menonjol jelas saat mata Alaska menangkap pergerakan Lala dalam mengaitkan anak rambutnya ke belakang telinga, kecentilan batin Alaska, dari sudut mana Ron menilai cewe ini? Hingga dia setengah hidup bila menatap Lala?.

Lala menengadahkan kepalanya dan menatap Alaska mencoba mengharap apa yang akan di ucapkan Alaska, tapi Alaska tak merespon ucapan ya Ia malah seperti menikmati pergerakan kakinya yang kian lama kian mendekat ke sekolahnya.
"Terus kenapa kau berada di hutan?" Lala memutuskan untuk bertanya daripada menunggu respon.

Sekejap Alaska menengok wajah Lala yang masih menatapnya namun Alaska kembali berpaling, matanya mengerjap dengan cepat seperti mencari Alasan yang cukup masuk akal
"Aku hanya ingin sedikit udara segar!" dusta Alaska, tapi Lala melahap ucapan Alaska.

Lala berhenti menatapnya dan meneliti rumpu-rumput yang bergerak akibat langkah mereka
"Apa di sana kau sendirian? Aku mendengar kau berbicara!" ujar Lala pelan tapi jelas karena di tempat ini terbilang sepi tak ada manusia kecuali mereka.

Pikiran Alaska melayang ke tempat di mana tadi Ia berdiam, dan kini rasa khawatir kembali menyerangnya, apa PERI akan baik-baik saja?, ya jika lelaki itu memang PERI tak akan ada masalah, tetapi apakah akal lelaki itu akan seperti penampilannya? Kacau dan menjijikan! Oh tidak! Kini pikirannya melayang ke hal yang negatif lelaki itu tidak akan melakukan hal itu kan? Lagian dia sudah tua tapi kejahatan tak mengenal usia, pikiran Alaska kacau saat mengingat kejadian itu Ia menyesal kenapa dengan percaya dan baik hati menyerah kan PERI  pada lelaki itu, Ia sama saja menyerahkan cewe pada Jerri si berandalan gila.

"Alaska! Kau belum menjawab pertanyaan ku" ucapan Lala berhasil membuat Alaska sadar dari lamunannya.

"Oh, ya... Saat itu aku cuma bergumam saja memuji kelestarian hutan yang masih alami" jelas Alaska mantap.

Kening Lala sedikit berlipat
"Bergumam? Sejelas itu! Aku tak nyakin akan ucapan mu! " Lala seolah-olah menginterogasi Alaska, karena kini ucapannya menajam di tampah matanya yang menatap curiga.

Mulut Alaska mengeluarkan decakan kecil dan melirik wajah yang menatapnya tanpa lepas
"Jika kau tak percaya tak apa! Aku memang cuma bergumam, apa masalahnya dengan mu" Alaska berpikir cewe ini terlalu ikut campur urusan orang.

"Kau tak sendirian! Jelas-jelas aku mendengarkan kau berbicara dengan seseorang! Kau bersama orang lain di sana" tegas Lala.

Alaska menghela napas pasrah, siapasih nih cewe? Mentang-mentang cantik sok banget hidupnya
"Aku sendirian di sana dan cuma bergumam! Lagian jika aku bersama orang lain apa hubungannya dengan kau?" tukas Alaska dengan nada yang pelan dan lambat seolah tak ingin ada kata yang terlewat dalam ucapan yang di selingi dengan amarah.

Wajah Lala langsung masam saat mendengarnya dia merasa seperti di anggap bocah ingusan yang sedang belajar berbicara
"Mungkin saja kau berbicara dengan orang yang tak terlihat oleh ku!" gerutu Lala.

Alaska mendengus
"Dan sayangnya itu tak mungkin" cibir Alaska setelah mereka tepat berada di batas lokasi sekolah.

"Ohh... Itu mungkin saja setelah adanya gosip dan kejadian buku terbang! Dan aku percaya akan hal yang mustahil" bantah Lala dan matanya  membulat sempurna hingga Alaska teringat akan mata PERI saat terkejut dan bahagia, baru saja Alaska berpisah tapi entah kenapa Ia rindu dengan sikap wanita yang lembut dan polos.


🍁PERI NYASAR🍁
Vote komen
Kritik saran....

Next lagi? Votmen dulu

Salam kece
🌟

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang