4. 🍂 Para Penyihir Istana

231 27 2
                                    


Baru saja mereka memasuki rumah Arerny, dari balik jendela terlihat beberapa penyihir mengendarai sapunya, hal itu sudah pasti terjadi! dan para peri juga Arerny menyadari itu. Sebab mereka para penyihir mengetahui jejak para peri karena perlindungan yang tidak sengaja mereka tembus.

Segera saja Arerny menyiapkan beberapa minuman berwarna kuning di meja tamu tanpa kursi, dengan taplak hitam pekat membungkus mejanya yang persegi panjang.
"Cepat kalian duduk! Mereka akan ke sini," ujarnya memerintah.

Walaupun merasa bingung, para peri menuruti perkataan Arerny; duduk bersaf menghadap pintu. Kenapa mereka di suruh duduk? Bukannya lebih masuk akal di suruh sembunyi seperti pas mereka berlari!  Atau Arerny akan menyerahkan mereka pada penyihir.

Arerny langsung saja membuka pintu sebelum terdengar ketukan dari luar.
"Wah! sudah kuduga, aku akan mendapat tamu terhormat dari istana." Arerny membuka pintu lebar-lebar seperti sengaja memperlihatkan mereka pada sekelompok peri yang terduduk dengan setengah hati.

Ada lima penyihir dengan stelan khasnya serba hitam, enam jika yang berada di pojok pintu bisa di kategorikan bagian dari mereka, sebab yang satu itu tidak memakai topi kerucut serta jubah hitam seperti yang lainnya. Dia memakai jubah biru muda serta gradasi pink cerah, juga rambut panjang merah mencolok. Tampak kontras di banding dengan pemandangan di sekitarnya. Dan dia satu satunya wanita dalam kelompok itu.

Hanya ada satu dari mereka berenam penyihir yang mempunyai logo tongkat menyilang berbentuk 'X' dan kristal di setiap ujungnya, karena yang lain hanya berlogo satu tongkat tanpa kristal.
"Ya! dan kebetulan anda tau apa maksud kami," kata penyihir paling depan. Dengan tangan kanan menunjuk sebelah kiri dadanya dimana logo tongkat menyilang memajang di sana.

Sekelompok peri hanya menonton, tidak berani bergabung dalam argumen mereka. Arerny telihat memicingkan bibirnya sehingga terlihat giginya yang hampir habis. "Mereka tamuku, Nipper! itu sudah cukup jadi laporan kalian pada Reg!" ucap Arerny setengah membentak.


Penyihir yang di panggil Nipper oleh Arerny tersenyum sinis.
"Tamu yang mendobrak perlindungan? sungguh tidak sopan untuk penyihir yang terhormat sepertimu, kurasa...."

"Mungkin perlindungan yang kalian lakukan cukup lemah... sehingga mereka yang tanpa senjata bisa menembusnya," kilah Arerny.

"Aku pikir peri punya sesuatu yang dapat di jadikan alat untuk memasuki perlindungan-"

"Cukup Nip! tugasmu hanya menangkap penyusup, dan mereka tamu nenek Arerny! aku punya izin langsung dari Reg untuk mengintimidasi mereka!" Wanita yang berada di pojong pintu membuka mulutnya. matanya menonjol saat mengucapkan itu, hingga terlihatlah mata merahnya yang persis seperti rambutnya.

Mata Nipper menjuling dan bibirnya mendengus. "Aku heran... kenapa Reg memperkerjakan orang yang sudah bukti anehnya." Matanya melihat wanita itu secara seluruh, seolah warna rambut dan jubahnya mengganggu mata Nipper yang sipit.

Wanita itu menegakkan dagunya serta mengibaskan rambut merahnya yang panjang, seperti menganggap hinaan Nipper adalah pujian bagi dirinya. Nipper mundur dari pintu dan berlalu menuju halaman yang di penuhi tanaman aneh, hingga akhirnya terbang dengan sapunya di ikuti keempat kawannya.

Setelah memastikan bahwa penyihir istana itu sudah pergi Arerny menutup pintunya.
"keterlaluan kau Nyra! nenek Arerny tidak cocok untukku!" kata Arerny. dengan seketika tubuhnya terganti oleh sosok wanita muda dengan rambut berwarna lumpur, setelah dia menjentikan tangannya seperti pada benda yang tidak terlihat.

Peri NyasarWhere stories live. Discover now