XVIII🍁 Menjelang Ujian

1.1K 100 5
                                    

"Kau mengerti apa yang di ucapkan Lala saat istirahat itu?" tanya Ron sedikit berteriak karena suaranya terkalahkan oleh bisingnya suasana, mereka sedang berada di koridor kelas yang penuh sesak oleh semua murid pasalnya ini sudah sore di mana bel waktu pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu.

Alaska hanya mengangkat bahu dalam merespon ucapan Ron, kendatipun pikirannya memang melaju di perkataan Ron, kenapa Lala berbicara seperti itu?!.

Ron sedikit tidak puas dengan jawaban Alaska yang di ungkapkan dengan isyarat
"Apa kalian pernah kencan?... Maksudku Lala bilang 'tempat kita berpisah'? Apa kau sempat jalan bersamanya?" tanya Ron penuh minat.

"Aku hanya bertemu dengannya di hari minggu...cuma bertemu Ron!" sentak Alaska saat mata Ron menatapnya dengan tajam.

"Oh, BODOH!" gerutu Roy yang berhasil membuat Alaska dan Ron berpaling padanya.

"Ada apa?" desis Ron jelas dia merasa tersinggung dengan ucapan adiknya.

Roy yang sedang menenggelamkan kepalanya ke dalam tas langsung menatap wajah kakaknya
"Ku pikir aku melupakan kertas itu di dalam kelas!" keluh Roy "tunggu aku di gerbang" pintanya dan berlari kembali ke belanag menuju kelas.

"Jelas itu lebih dari bodoh!! Kau sama saja bunuh diri" teriakan Ron mestinya masih terdengar karena Roy melambaikan tangan kirinya ke atas meski tanpa menoleh.

Mereka berdua berjalan kembali sebab pemberhentian nya sempat membuat beberapa murid menyumpah karena Alaska dan Ron menghalangi jalan, Alaska sedikit penarasan dengan kertas yang di bicarakan si kembar sampai-sampai Ron berkata kalo Roy sama saja dengan bunuh diri bila meninggalkannya di kelas.

"Kertas apa yang kalian maksud?" tanya Alaska ingin tau.

Sedetik wajah Ron mengeryit tapi langsung kembali ke semula, riang.
"Yeah, kau tak tau kan?! Apa yang di katakan Lala benar bahwa besok akan ada ujian" Kata Ron aneh, tak biasanya dia semangat bila menghadapi ujian "Dan kami di beri kisi-kisi oleh Salsa si cewe yang sempat naksir kau!" sambung Ron penuh semangat.

"Kami? Apa Maksud mu satu kelas?" tanya Alaska ada senyuman di wajahnya, serasa ada sedikit beban yang terangkat dari dalam tubuhnya, siapa yang tak akan Bersuka cita bila mendapatkan kisi-kisi sebelum ujian? Mungkin orang yang tak waras lah yang tidak merasakan kesenangannya.

Alih-alih menjawab Ron malah memampangkan raut wajah sok mikirnya, tapi langsung berucap saat tangan Alaska hampir mendarat di wajah yang menyebalkan itu
"Hehe... Tentu tidak, karena kau tidak kebagian kertas" ucap Ron masih dengan wajah riangnya berlainan dengan muka Alaska yang langsung berubah seketika.

Setelah berada di luar sekolah tepatnya di depan gerbang, mereka berdua menghentikan langkahnya menunggu Roy yang masih belum kembali dari kelas.

Ada sedikit rasa kesal setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut temannya
"Apa cuma aku yang tak kebagian?" Alaska tak tau akan informasi Ujian bahkan tentang kertas kisi-kisi, mungkin semua itu berlangsung di jam pertama di mana Alaska sedang menjalani hukuman.

"Mungkin lebih tepatnya kau tak di beri" kata Ron sambil memalingkan wajahnya ke segerombolan cewe adik kelas yang langsung terkikik begitu Ron mengedipkan sebelah matanya.

Sebenarnya Alaska tak menyukai kelakuan temannya tapi apadaya tak ada manusia yang sempurna kan?
"Itu tak adil! Kenapa cuma aku yang tak di beri?" raung Alaska tak terima.

"Karena kau tak di sukai orang!" jelas Roy yang baru saja datang.

"Dan orang aneh! Eh?" timbal Ron lalu berjalan kembali.

Alaska mengikuti langkah kedua temannya
"Kalo gitu aku pinjam satu dari kalian!" tukas Alaska.

"Tidak bisa sobat, kita juga harus belajar... Kau minta saja pada Salsa" tolak Roy dengan cara lembut.

Mata Alaska menggulir ke arah di mana Salsa berjalan sendirian di seberang jalan
"Yeah, jika aku ingin di jadikan sampah!" geram Alaska, terbayang di benaknya Ia menghampiri Salsa dan di hindari seakan Alaska bisa membuat kepala mereka meledak.

.🍁🍁🍁

Alaska tak habis pikir akan semua sikap temannya yang menghindari dan mengucilkannya, yaa meski si kembar masih mau berbincang dengannya tapi tetap saja mereka tak bisa membantu di saat ini, atau lebih tepatnya mereka tak bisa di andalkan! Alaska hanya memandang buku pelajarannya dengan tatapan kosong tak ada hal yang bisa membuatnya semangat belajar.

"AARGH!! " gerung Alaska dan menyingkirkan bukunya ke samping.

Memandang ke luar jendela, awan hitam menyelimuti kota tanpa menyisihkan celah untuk menyorotkan cahaya dari matahari, 'jika kau butuh sesuatu temui aku di tempat di mana kita berpisah' suara itu terdengar di dalam benaknya seolah ada orang yang menyetelnya. Alaska tak akan pernah mendatangi Lala walaupun nilai nol jadi pilihannya, Ia tak ingin terkurung kembali di dalam ikatan cewe itu Alaska akan melakukan ujian tanpa bantuan.

"Meski mustahil jika aku berhasil" gumam Alska diiringi dengan helaan napas.

Kini awan hitam telah menjatuhkan butiran-butiran air dengan deras membasahi kota yang panas, tanpa peduli bahwa tak ada orang yang menginginkannya datang tapi hujan tetap menjalankan tugasnya, kerap kali hujan terjatuh dari ketinggian tapi tak pernah berhenti untuk menyerah dan untuk terus memberi kesejukan pada dunia.

"Sepertinya hari ini aku tak akan bekerja, ya... Karena seharusnya aku BELAJAAAR!!" raung Alaska yang di balas dengan omelan dari bawah rumahnya.

Tangan Alaska meraih benda panjang kekuningan dengan lubang-lubang yang menjajar di sebelah sisinya, mendekatkan ke bibirnya mencoba apakah dia bisa meniup suling milik PERI.

Tak ada bunyi yang keluar dari kesekian lubang meski Alaska meniupnya dengan kekuatan penuh, bahkan udaranya kembali ke luar lewat lubang di mana udara di masukan, seakan akan semua lubang yang berjajar itu di tutupi dengan hal padat hingga suling tak bisa menghasilkan bunyi seperti suling biasa.

Alaska heran dengan apa yang Ia lakukan
"Apa keistimewaannya cuma pada rupanya? Suling ini memang bagus karena terbuat dari emas, tapi apa hebatnya jika sama sekali tak bisa menghasilkan bunyi indah? Suling kan alat musik!" gumam Alaska.

"Ngapain mahluk-mahluk itu nyari barang yang sana sekali tak dapat bekerja dengan baik!? Aneh"

Hujan masih saja mengguyur kota meski tanpa petir yang menyambar tapi tak akan ada orang yang mau keluar pada keadaan cuaca seperti ini, ruangan yang biasanya terisi oleh mahluk aneh dan gumaman kecil kini hening hanya terdengar suara helaan napas  dari mulut Alaska.

sebenarnya ia ingin bekerja untuk mengusir rasa kesepian dan keheningan, tapi cuaca tak mendukung membuat nianya hancur, Alaska meneliti kamarnya dengan lemas tak ada yang aneh ruangannya jadi seperi dulu lagi, mata Alaska berhenti pada buku yang sempat singgah di mimpinya
"Apa kedua benda ini saling berhubungan?" mepiikiran itu baru saja ada di benaknya.

🍁PERI NYASAR🍁
vote komen
Kritik saran

masih next?
Votmen ajj

Salam hangat
🌟

Peri NyasarWhere stories live. Discover now