XVII 🍁Mimpi

1.2K 96 0
                                    

Hatinya berbisik agar tak memperdulikan itu bahkan mengatakan jika itu akan berbahaya bila Alaska menyentuhnya, tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takut yang mengurung dirinya sendiri, hingga lambat laun tangan Alaska menjulur untuk mengambil buku yang tergelak dengan bola air besar melayang tepat di bagian tengah buku, tangannya bergerak dengan semangat sedikit lagi mungkin hanya tinggal 1 senti antara jari dan buku, tangannya akan langsung menyentuh bukunya jika saja tak ada teriakan di luar kamar yang menghentikan pergerakan tubuh Alaska.

"ALASKA!!"

tadinya Alaska tak akan memperdulikan teriak Elisa tapi nyatanya teriakan itu membuatnya frustasi.

"ALASKA!! INI SUDAH SIANG!...APA KAU TAK AKAN SEKOLAH?!"

Siang?

BRUUUKG....

"Awww....!! Sial cuma mimpi!" raung Alaska saat tubuhnya mendarat dengan sempurna ke bawah ranjang.

"ALASKA!! INI BUKAN MIMPI APA HARUS AKU GEDOR PINTU MU INI!!" Teriak Elisa yang sudah menghancurkan mimpi Alaska.

"Iya! Aku sudah bangun" buru-buru Alaska menjawab sebelum Elisa melalukan niat buruknya, teriakannya saja sudah bikin kepala puyeng apalagi di tambah dengan gedoran pintu pikir Alaska.

Tak ada lagi teriakan setelah Alaska merespon hanya saja telinga Alaska mendengar suara tangga yang di injak, Janda itu sudah pergi batinnya. Pandangan Alaska jatuh pada kedua benda yang ada di mimpinya, jelas itu cuma mimpi karena buku itu tak jatuh sama sekali.

Dan matanya melihat hal yang menakutkan yakni jarum jam sudah menunjuk angka tujuh, dia kembali ke siangan apalagi hari ini senin dimana akan di adakan upacara bendera sebelum para murid di persilahkan masuk kelas.

PRIIIIIT...

Sontak semua kerumunan yang menghalangi jalan menyingkir dan menoleh dengan raut keheranan, Alaska tak memperdulikan itu yang penting mereka menyingkir dari jalanan agar tak menghambat larinya, mungkin dulu sebelum tersebar nya gosip orang-orang akan menyingkir jika Alaska berlari menuju sekolah mungkin karena dulu Ia bersikap sopan dan ramah, atau lebih tepatnya hari itu Ia baru mengalami terlambat makanya orang-orang pada kasihan! Tapi saat ini untuk kedua kalinya Ia terlambat membuat orang-orang tak perduli bahkan mungkin menganggapnya sebagai siswa gadungan. Untung Alaska punya pluit di tasnya hingga suatu ide menghampirinya untuk membunyikan pluit itu keras-keras.

Gerbang seolah sudah terlihat dari kejauhan dan tentu gerbang itu sudah di tutup, Alaska memilih untuk ke belakang sekolah dari pada harus berhadapan dengan satpam.

"Huh...huh...huh...upacara ternyata belum selesai!!" gumam Alaska di sela-sela napasnya yang tak terkontrol, Alaska terduduk dan menyandarkan tubuhnya ke tembok hingga padang rumput dan hutan di sana tampak jelas di mata Alaska.

Pemikiran untuk masuk ke hutan menyerang perasaanya, apa yang di lakukan kedua PERI itu di dalam hutan yang rimbun dan sunyi? Menyembuhkan? Itu tak mungkin tapi mereka mahluk yang hidup di hutan bebas! Perasaan Alaska di bantah oleh pikirannya.

Pletak!

"Och...!"
Ada benda yang terjatuh tepat di atas kepalanya tapi setelah di lihat ternyata benda itu kayu yang di ikat tepat di bagian tengahnya.

Alaska menengadahkan kepalanya ke atas dan tampaklah kedua kepala kembar yang sama-sama nyengir ke pada Alaska.

.🍁🍁🍁

Terik matahari begitu panas membakar tubuh Alaska keringat mulai membasahinya, ingin rasanya Alaska seperti mereka yang sedang terduduk di bawah naungan pohon dengan segelas minuman yang dingin di tangan, betapa hal sederhana itu sangat di mimpikannya dalam keadaan seperti ini, diam di bawah sinar matahari dan menengadah hormat ke bendera semua itu serasa di dalam neraka dunia.

Ini semua berkat si kembar yang membantunya masuk ke kelas tapi ternyata Alaska di panggil ke kantor lalu di hukum karena tidak mengikuti upacara bendera, Alaska sempat mengelak dengan memberi tau bahwa si kembar juga tidak mengikuti upacara dan malah bersantai dengannya di belakang sekolah, tetapi sebelum membantu Alaska si kembar membuat sebuah rencana terlebih dahulu, dengan Roy yang pura-pura pingsan lalu Ron terbesar hati mengantar adiknya ke UKS dan tentunya tak ada petugas di UKS karena semua orang mengikuti upacara.

"Mau minum sobat?" Ron menawarkan sekantung minuman dingin dengan perisa jeruk.

Alaska membuka mulutnya dan menyedot minuman itu lewat sedotan lalu menengadah kembali dan memampangkan raut wajah kesal, ya Ia masih kesal dengan si kembar yang solah membuat dirinya menjadi tumbal.

Mungkin mereka berdua tau akan ekspresi wajah temannya karena selang beberapa menit Roy nyengir memamerkan gigi-giginya
"Maaf sekali sobat! Kami tak ingin di hukum karena menolong jadi kami membuat strategi terlebih dahulu" kata Roy dengan mantap.

Ron menganggung membenarkan ucapan adiknya
"Dan kau tak punya hak untuk merajuk pada kami! Karena seharusnya kau berterima kasih sebab berkat kami kau bisa masuk sekolah" ucap Ron dengan gaya seperti pahlawan dalam kartun.

"Yeah! Meski harus di hukum!" sembur Alaska hingga si kembar saling pandang tetapi langsuh terkekeh-kekeh.

"Itu sudah jadi pelaturan sekolah! Siapapun yang terlambat akan di beri ganjarannya, sederhana bukan?!" ujar Ron nada suaranya di lembut-lembut kan.

Si kembar masih saja berdiri di sisi tubuh Alaska sambil mengoceh tentang kemarahan ayah mereka, sebenarnya Alaska terganggu dengan suara mereka yang tepat berada di kedua telinganya api jika merka tak ada Alaska akan mati karena kehausan.

Seorang cewe kecil dengan rambut yang hitam terurai terusik oleh angin yang menerpa, datang ke tempat mereka yang sedang  berdiri.

Sontak Ron merapikan penampilannya setelah jelas jika cewe itu adalah Lala
"Hai Alaska!" Seru Lala, Alaska dapat merasakan bergerakan tubuh Ron yang seketika melemas.

"H-hai" respon Alaska meski agak kaku, tak enak jika Ron yang mengharap tapi malah Alaska yang mendapatkannya.

"Mana Jas?" tanpa di duga Roy berucap dengan nada dingin.

Mata Lala berputar malas
"Ku pikir Ron memberikannya pada ku!" jawab Lala seperti tak berminat untuk mempermasalahkan itu di harapan Alaska.

Dan tentu Alaska baru mengerti kenapa ayah si kembar mengomel di Cafe, sebab Jas yang Ron pakai pada malam itu tak di kembalikan karena Ron memberikannya pada Lala? Apa Ron mencoba untuk berakting ala sinetron?! Ingin rasanya Alaska tertawa meledak tapi nalurinya memerintahkannya untuk diam dan jalani kembali hukumannya.

"Kau pikir aku akan memberikan Jas yang bahkan tak muat di tubuh cungkring kau itu?" cibir Roy karena tak terima jika harus di marahi oleh Ayahnya padahal yang berbuat adalah Kakanya.

"Ta-"

"Maaf Lala... Itu bukan Jas ku, itu cuma jas pinjaman dari ayah ku" gumam Ron mukanya merah karena malu.

Sekejap Alaska sempat mendengar ucapan 'pinjaman' dengan nada mencibir dari mulut Roy yang memalingkan mukanya dari wajah Ron.

"Baiklah aku akan memberikan itu pada kalian tapi nanti saat aku ke Cafe ayah kalian" jelas Lala dan menatap Alaska "kau tau besok akan ada ujian? Jika kau butuh sesuatu temui aku di tempat di mana kita berpisah" sambung Lala lalu pergi meninggalkan keheningan dan tentu ucapan itu tak langsung bisa di cerna oleh mereka.

🍁PERI NYASAR🍁
Vote komen
Kritik saraaaan

Salam salah
🌟

Peri NyasarWhere stories live. Discover now