1. Dunia Sihir

459 45 27
                                    

"Kita nyasar." Ucap Ex dengan wajah yang menggambarkan rasa bersalah.

"Apa? Nyasar?." Raung Dirga. Dengan kedua tangan yang meremas rambut merahnya.

Vi sempat terlonjak, membuat badannya yang pendek sedikit oleng. Risa dan Evans hanya terdiam, mereka tidak begitu mempermasalahkannya. Berbeda dengan peri wanita yang berambut hitam tererai; ia menatap tajam pada Ex seakan -akan ia siap memakan ketua itu dengan satu lahapan.

"Kau bawa kita kemana!?" Raung Darla tidak mengubah raut wajahnya. "Kau gila! Seharusnya kita berada di istana. Kau jadi ketua gak guna! Apa kau sengaja melakukannya?" Tanya Darla dengan bengis dan intens.

Dengan wajah merah Ex menjawab,
"Kau pikir aku akan mencelakai kalian? Termasuk aku?" Ex tak habis pikir; dirinya di katai seperti itu oleh peri bawahannya, harga dirinya serasa di injak. Ia seorang yang berpengaruh di dunia peri! Tapi Darla seperti tidak memperdulikan itu dan bahkan tidak ada sopan-sopannya pada atasan.

"Sudah! Ex turunkan tongkatmu dari wajahnya!." Perintah Biggo. "Darla, kau seharusnya bisa menahan itu semua, aku bisa merasakannya; kita sudah seperti di buang di dunia manusia dan merindukan tempat kita, tapi tidak baik kau berkata seperti itu."Biggo berusaha menengahi dan menurunkan emosi Darla yang semenjak tadi meluap-luap.

Dengan seketika pertengkaran itu berakhir, Ex tertunduk dan menyelipkan tongkatnya di baju; sedangkan Darla memicingkan matanya, ia tidak puas meluapkan amarahnya begitu saja. Ia kesal karena impiannya pulang ke Dunia Peri berakhir begitu saja.

"Wiiih... La, kau keren! Mengejek ketua Ex?! Ck, tak ada peri wanita yang seberani kau!" Celetuk Vi dengan pujiannya.

Mata Vi yang terpesona dengan bentakan Darla kini berpaling, saat Biggo menatapnya dengan tajam; karena ucapannya yang dapat memperkeruh keadaan.

"Buat pintu dimensi menuju istana!" Ucap Dirga datar. Merasa kesal pada mereka yang mengoceh tanpa memberi jalan keluar.

"Kau tidak akan bisa melakukannya! Dan jangan mencobanya." Celetuk Evans yang sendari tadi hanya terdiam.

Ex yang mengacungkan tongkatnya segera berhenti.  Lalu melihat pada Evans dengan halis terangkat, berusaha meresapi ucapan dirinya. "Kenapa?."

"Jangan bilang karena kita punya masalah sehingga kita akan tinggal di sini untuk sementara!" Cemoh Dirga, dengan kepala di goyang dan mata memutar. Ia bosan dengan misi dan peri-peri yang ada di kelompoknya, mereka hanya menambah masalah. Pikir Dirga.

"Dan kembali ke dalam kubangan masalah?" Timbal Darla hampir saja meyambung pertengkarannya, jika saja Biggo tidak buru-buru mengeluarkan suara dengusan.

"Evans! Kau pikir tongkat Ex tidak seberguna itu?" Biggo memamerkan giginya. Menganggap perkataan Evans hanya sebatas angin lalu.

Evan berdecak kesal mendengar ejekan yang di lontarkan Biggo secara tersirat.
"Ku harap tongkatnya tidak sama seperti pemiliknya!" Dengus Evans,"jika itu yang kalian harapkan!" Lanjutnya dan agak jauh dari kumpulan itu.

"Sebaiknya, kita berdamai dalam situasi seperti ini, dan berkepala dingin." Meski agak takut, tapi Risa memberanikan diri untuk berpendapat, dan ia yakin kelompok itu akan sedikit tersinggung.

"Kau bijak!" Ucap Vi dengan senyumannya. Seolah-olah ia tidak panik menerima kenyataan jika mereka nyasar.

"Lakukan Ex!" Darla membentak,   geram melihat Ex yang ragu mengayunkan tongkatnya.

Ex mendelik saat mendengar perkataan Darla.
"Tidak bisakah kau diam? Aku sulit berkonsentrasi!" Dan usahanya gagal.

"Kenapa?" Tanya Biggo yang melihat tangan Ex bergetar.

"Tidak! Hanya kurang pokus saja," Jawab Ex gemetar.

Ex mengayunkan tongkatnya untuk ketigakali, dan hasilnya sama;tidak ada perubahan.

"A-aku, tidak bisa!"

"Oh No! Apa tongkat itu bermasalah?" Tanya Darla mendesak.

"Cari cara lain!" Bentak Dirga hilang kesabarannya.

Biggo yang berwajah tenang terlihat berubah espresinya. Baru kali ini ia melihat kegagalan tongkat Ex,
"Tidak ada cara lain." Gumamnya  hampir tidak terdengar. Membuat peri yang ada disekelilingnya terdiam.

"Oh BODOH! Apa kau melakukannya? Membuat pintu dimensi?" Teriak Evans dari kejauhan lalu berlari untuk menghampiri kumpulan itu.

"Ya. Tapi gagal," Vi menjawab dengan lemas.

Evans melihat Ex dengan tajam,
"Sudah ku bilang, kau takan bisa melakukannya! Dan jangan mencoba untuk melakukannya!kau sudah taukan, apa resikonya?!" Evans mengecilkan suaranya, hingga seakan-akan ia sedang berbisik.

"Kau tau sesuatu yang tidak kami tau?" Biggo menatap Evans curiga.

Evans menantang wajah Biggo dengan mengangkat kepalanya. "Ya! Memangnya kenapa? Lagian sebentar lagi kalian akan tau-"

"Tau apa!?" Teriak Darla histeris.

Evans menunjuk langit sebelah barat, dimana tampak beberapa hal yang terbang mendekat.

"A-apa itu?" Risa bertanya hal yang tidak harus ia tanyakan, karena sudah tampak agak jelas jika yang terbang itu bukan benda, tapi sesosok mahluk berwarna hitam.

Dengan cepat Evans membalikan badan kesebelah selatan
"Cepat bergerak. Mereka akan memburu kita!"

"Mereka? Apa itu burung?" Tanya Dirga sedikit kawatir.

"Mereka penyihir! Cepat cari persembunyian!" Tukas Biggo mengikuti Evans ke arah selatan.

🍁PERI NYASAR🍁

Hayooooo....

Kesihanyeee... Kalian harus nyasar 😝

Ada apa antara Evans dan Ex?
Kenapa harus nyasar ke dunia sihir?

Yoyoyo
Siapa yang mao lanjuut...
Maaf baru bisa up, binguung bikin konplik kek gimana 😵

Makasiiih yang udah komen pengen lanjut... Muccch 😘 wkwkwk.

🧚‍♀️

Peri NyasarWhere stories live. Discover now