XXVIII 🍁 Nasib Evans

952 81 3
                                    

"Apa yang kau lakukan?" suara itu sangat dekat sampai Alaska hampir menjatuhkan sulingnya.

"PERI... Aku pikir siapa" kata Alaska setelah mengetahui siapa yang menegurnya.

PERI yang hanya terduduk kini menghampiri Alaska dengan langkah gontai
"Apa kau memainkan benda itu?" tanya nya setengah tak percaya.

Alaska tersenyum bangga, selebihnya tersenyum karena senang bisa melihat kembali mata yang membesar milik si PERI.

Alaska memberikan suling itu saat tangan PERI berusaha menggapainya dari Alaska
"Bagaimana kamu bisa melakukannya?" tanya PERI kembali sembari memegang erat suling dengan kedua tangannya.

"Akan ku jelaskan setelah kita makan" respon Alaska dan beranjak menuju dapur.

PERI mengikutinya dengan tertatih-tatih entah karena rasa kagumnya pada Alaska yang bisa menggunakan suling, atau karena dirinya belum mengisi perutnya dalam beberapa hari ini.

Tangan Alaska menenteng kantung dari dalam kulkas, sebenernya sebelum Ia mendatangi hutan Alaska membeli buah terlebih dahulu dan menyimpannya di rumah, untuk menyambut PERI pikir Alaska.

PERI sudah duduk di kursi menghadap meja makan, Alaska mendatanginya dan duduk di kursi lain, di ruangan ini hanya ada satu meja makan dan dua kursi yang sebelumnya selalu di duduki tasnya jika waktu makan sebelum berangkat  sekolah.

"Sebanyak ini? Apa sekarang kau cuma makan buah?" kata PERI lambat tidak seperti tangannya yang sibuk mengeluarkan berbagai buah dari dalam kantung.

"Mungkin... Tapi sebanyak ini tak jadi masalah kan? Bahkan kau akan senang" ucap Alaska di iringi cemohan.

PERI itu mengangkat wajahnya "Masalahnya perut ku kecil tapi aku ingin menghabiskan semua ini" jawab PERI dengan cengirannya.

Alaska hanya tersenyum dan mengambil beberpa bulir anggur lalu melahapnya dengan mata yang tertuju pada wanita di depannya, PERI tampak menikmati apelnya mulutnya penuh hingga membuat pipi itu mengembung, dia seperti lupa tentang bagaimana Alaska dapat menggunakan sulingnya, apa Peri ini tau kenapa kaumnya mencari dua benda yang tak begitu istimewa? Dua benda itu saling berhubungan dan hanya bisa menghasilkan nada-nada biasa!

Tapi kenapa banyak yang memburu benda itu? Jika bertanya pada Evans dia tak akan menjawabnya lagian Alaska tak tau kemana laki-laki itu pergi, karena Evans cuma berkata akan mendatangi kembali orang yang pernah hidup dengannya dan yang pernah di tinggalkannya.

Tunggu!
Evans bisa tinggal dengan manusia kan?

"Apa kau mau tetap tinggal di dunia?" perkataan itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

PERI yang tak begitu memperhatikannya hanya menatap penuh tanya, mulutnya sibuk mengunyah dan menelannya dalam satu tekanan
"Tinggal di dunia manusia maksud kau?" PERI balik bertanya karena ucapan Alaska kurang jelas.

Serasa ada mahluk yang menggeliat penuh gairah di dalam perutnya saat ada pemikiran masuk di benaknya
"Ya, a-aku butuh teman, apa kau mau tetap tinggal di sini?" tanya Alaska penuh harap.

Replek kepala PERI bergerak ke kanan dan kiri, apa dia menggeleng? Tak mau memenuhi keinginan Alaska?
"Tak bisa..." ucap PERI lalu meminum air dari gelas yang telah di sediakan Alaska
"Seorang Peri tak bisa tinggal di dunia manusia!" jelas PERI ada nada yang seperti mengartikan 'maaf' di ujung kalimatnya.

Tak mungkin!
Evans bisa tinggal di hutan, apa itu bukan dunia manusia?
"Tapi lelaki yang mengobatimu bisa hidup di dunia manusia!" tegas Alaska yang tak mau kehilangan kebahagiannya untuk kedua kalinya.

"Kau harus tau lelaki itu termasuk dalam pencaharian para Peri, aku pikir kau tau saat di tengah hutan itu?!" respon PERI penuh penekanan.

Apa ini yang namanya egois?
Alaska ingin PERI yang ada di hadapannya, Ia ingin wanita ini selalu ada dalam rumahnya tidak pulang ke alamnya, terlalu rumit! Alaska tak ingin kehilangan seseorang yang telah datang di kehidupannya. Cukup hanya kedua orang tuanyalah yang meninggalkan dirinya
"Kenapa Peri tak bisa hidup di dunia manusia?" tanya Alaska sedikit keras sampai-sampai PERI merengut.

"Aku tidak tau! Tapi itu adalah pelaturan kami dan pedoman kami! Apa kau pernah bertanya pada lelaki itu kenapa Ia tak mempunyai sayap?" tukas PERI dengan cepat.

Alaska terdiam saat melihat PERI yang berperilaku tak biasa, Alaska tak ingat apakah dirinya pernah menanyakan hal itu pada Evans? Karena setiap Alaska bertanya tentang lelaki itu Evans selalu mengelak dengan mengatakan 'itu privasi ku' lalu mengalihkan pembicaraan
"Tak pernah... Lelaki itu atau Evans dia selalu mengelak saat aku bertanya tentang dirinya" jawab Alaska setengah termenung.

"Ya! Tentu saja dia tak mau mengatakan itu pada kau, karena kau tak akan mengerti!" ucap PERI lalu kembali memakan Apelnya.

Ada sedikit yang aneh pada diri PERI tak biasanya dia mengetahui tentang dunia peri
"Apa dia mengatakannya pada kau?" tanya Alaska sedikit ragu.

Kepala PERI mengangguk
"Evans, Lelaki itu mempunyai pengaruh besar di kerajaan peri, tapi dia sempat membuat masalah di dunia kami, dia bersikeras ingin tinggal di dunia manusia entah apa alasannya, dan... Karena Ia melanggar peraturan bahkan mengecewakan Ratu akhirnya dia di hukum" jelas PERI lancar tidak seperti dulu yang hanya melongo saat di tanya tentang dunianya oleh Alaska.

"Di hukum?"  apa hukumannya tak bisa kembali ke Dunia Peri? Kalo memang hukumannya seperti itu Evans akan sangat bahagia pikir Alaska.

Wajah yang dulu polos kini mengetahui semuanya, apa karena pengaruh sayap?
"Ya! Hukumannya adalah penghilangan sayap! Dan di keluarkan dari Dunia Peri" jelas PERI tanpa ada keraguan dalam nada ucapannya.

Tak tau kenapa Alaska mendengus dan tersenyum seolah hukuman itu tidak lah berat
"Hanya kehilangan sayap? Dan di keluarkan dari dunia peri? Itu bukan hukuman tapi kebebasan!" gertak Alaska.

PERI mengedikan kepalanya
"Penghilangan sayap sama dengan penghilangan kemampuan, dan Evans sepenuhnya jadi manusia yaaa... Meski dia masih bisa merasakan kontak tubuh saat ada Peri di sekitarnya" tangannya melempar kan buah ke atas dan menanggap kembali.

Ada rasa ngeri saat tau jika dirinya yang asli berubah menjadi hal yang berbeda dari kawanan
"Apa sayap bisa di tempelkan kembali?" Alaska berharap bila sudah menyesal melanggar peraturan masih ada kesempatan untuk kembali seperti dulu .

Mata PERI melebar
"Bisa! Tapi oleh si penglepas sayap itu sendiri, dan si penglepas sayap Evans adalah Ratu-"

"Evans bilang Ratu kalian sudah meninggal" terang Alaska.

Wajah PERI kembali melemas
"Yeah, jadi tak ada harapan bagi Evans untuk bisa menjadi peri, sebab tak ada yang bisa menempelkan sayapnya kecuali Ratu karena Ratu adalah si penglepas sayapnya" pengertian PERI dapat di cerna Alaska dengan baik.

"Apa Evans memberitahu semua ini pada kau?" tanya Alaska yang heran akan semua penjelasan PERI yang terkesan lancar, tak bisa di kategorikan dalam kebohongan besar.

"Tidak! Semua Peri tau semuanya tentang dia, karena ada yang bilang Ratu meninggal karena terus memikirkan masalah Evans" jelas PERI berhenti memakan buah lalu berpeluk tangan.

"Kau tau? Tapi kenapa kau tak pernah memberi tau padaku?" tuntut Alaska.

PERI menghela napas
"Karena aku tak ingin memberikan semua informasi pada orang yang salah, meski sebenarnya ini memang salah, memberi tau kehidupan peri pada manusia?! Itu aib bagi kami" ucapan ya lemas.

"Jadi selama ini kau membohongi ku? Tak tau tentang masalah di dunia kau! Tak tau kenapa kau bisa nyasar ke sini! Itu hanya kebohongan karena nyatanya kau tau akan semuanya!" raung Alaska.

Di bohongi adalah hal yang sangat menyakitkan, apalangi kebohongan itu berlangsung lama seakan kita itu bodoh!

🍁PERI NYASAR🍁
Vote Komen
Kritik Saran

Bingung dah Chapter yg ini....
Gue nulis apaan sih.

Next?
Votmen.

Salam kuyy
🌟

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang