XXXI 🍁Evans?

963 79 0
                                    

"Menurut kalian apa yang akan di adakan di sekolah kita?" Roy mengeluarkan suara di tengah-tengah keheningan, tak biasanya dia yang terus mengoceh seperti ini.

Tapi yang di ajak bicara tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing, Ron hanya memalingkan wajahnya ke luar jendela dengan tatapan yang kosong, sedangkan Alaska mengulang kembali ucapan guru yang sempat memperkenalkan pembimbing itu dalam benaknya.

Roy meneliti setiap senti wajah kawannya sekaligus saudaranya  (khusus Ron), tak ada sedikitpun tanda jika mereka merespon ucapannya
"Oh... Ayolaaah, kalian ini kenapa sih?! Seharusnya kita seperti mereka semua..." menghentikan ucapannya dan menunjuk ke arah lapangan, serta taman sekolah yang tepat berada di sisi lapangan
"... Bersenang-senang dan merayakan keberhasilan kita dalam menghadapi Ujian!" Roy mengakhiri ucapannya dengan penuh semangat.

Masing tetap seperti tadi...

Tak ada respon.

Roy menyerah untuk membuat mereka berpaling kepadanya
"Yeah! Terserah kalian, aku baik-baik saja!" geram Roy, merogoh saku celananya dan memainkan ponsel.

DUKK...

Sontak Roy dan Ron menatap Alaska yang tiba-tiba saja berdiri dengan cepat dan menarik tasnya ke bahu
"Aku duluan" hanya itu lalu berjalan.

"Hei! Ini belum saatnya pulang!" teriak Roy berusaha menghentikan langkah Alaska.

Tapi Alaska tetap berjalan
"Aku ada sedikit masalah di luar sana" kata Alaska tanpa menoleh dan berjalan meninggalkan mereka di dalam kelas yang kosong.

"Menurut mu dia kenapa?" Roy bertanya pada kakaknya, tapi saudara kembarnya hanya mengangkat bahu dan kembali menatap jendela.

Geraman keluar dari mulut Roy, dan kembali hening.

Alaska berjalan dengan gesa ingin sekali dia sudah berada di tempat tujuan, ketergesaanya menjadi bahan lirikan para murid yang berada di koridor, selebihnya Alaska menyandang tas menambah rasa curiga.

Alaska mengabaikan semua itu dan terus berjalan menuju belakang sekolah, tempat di mana benda sekolah yang sudah rusak berkumpul, tak begitu memakan waktu saat menuju apa yang di tuju tapi... Menaiki kursi bekas yang di susun si kembar demi sampai ke puncak tembok, itu butuh waktu dan kesabaran. Kendatipun begitu akhirnya Alaska sampai di puncaknya, lalu menjatuhkan tambang yang di ujungny terdapat kayu bekas kaki meja, dan ujung lainnya terikat kuat di tiang tembok, selanjutnya Alaska mengeluarkan kain tebal dari tas lalu memegang tambang yang menjuntai ke bawah dengan tangan tetap memegang kainnya، sedikit keberanian dan... Meluncur ke bawah dengan fantastik (?).

"Akhirnya kau datang" suara itu tak mengagetkan Alaska seperti dulu, karena Alaska seperti sudah biasa akan suara tanpa tubuh.

Tanpa tau di mana letak PERI Alaska langsung saja berkata
"Gawat, Dirga Peri penyamar datang ke sekolah ku!"

.🍁🍁🍁

Alaska menjatuhkan tasnya begitu saja dan mengheyakan badannya di sofa ruang TV dan kamar, serbuk perak menyebar di sisinya dan terlihat lah PERI yang memakai jaket Alaska.

Melepaskan jaket yang menpel di tubuhnya lalu duduk di sisi Alaska
"Itu bagus! Berarti aku akan mudah menemui Peri lainnya" ucap PERI bergairah.

Tidak! Itu tidak bagus bagi Alaska, karena dengan begitu kepergian PERI tak akan lama lagi, dan Alaska tak menginginkan itu. Alaska hanya berdeham dalam menanggapi ucapan PERI, ia merasa menyesal telah memberi berita tentang kedatangan Dirga atau pembimbing itu.

PERI bergerak dengan cepat hingga Alaska tak sadar bahwa mata besar itu hanya beberapa senti dari wajahnya
"Kenapa kau yakin dia adalah Dirga Peri Pemburu?" tanya PERI.

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang