XIX 🍁Rasa Bersalah

1.1K 100 16
                                    

Please pesan yng di bwah jangan di lewat ya baca dulu biar tau besok Author bakal UP atau enggak!

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Alaska meraih buku yang tergeletak di hadapannya meneliti terlebih dahulu, kemungkinan ada sedikit petunjuk di jilidnya yang kusut, tapi usahanya sia-sia tak ada hal apapun yang menjelaskan kenapa buku ini di cari-cari oleh kaum PERI, Apa mungkin mimpinya benar? Pikir Alaska.

Alaska memutuskan untuk membukanya daripada terkurung oleh rasa penasaran yang selama ini hinggap di dalam dirinya, ke-tidak- adaanya PERI kini menguntungkan bagi Alaska untuk mencari tau apa yang ada dalam buku, pasalnya setelah PERI memegang buku-ini dia tak mau mengembalikan kepada Alaska PERI selalu menolak saat Alaska ingin melihatnya 'semua penghuni istana mencari kedua benda ini dan kebetulan aku menemukannya jadi aku tak ingin kehilangannya' seperti itulah ucapan PERI bila Alaska memaksa.

Alaska pikir PERI itu selalu membawanya kemana-mana tapi ternyata tidak, Alaska mengakui jika PERI itu ternyata pintar dalam menyembunyikan buku, di bawah bantal nya? Jelas tempat persembunyian yang sederhana tapi mungkin PERI tau kalau dirinya tak akan pernah menyentuh benda yang menjadi tempat PERI tidur.

Tangan Alaska membuka jilid buku dengan hati-hati seolah takut jika buku itu akan robek , tak ada hal apapun yang tertera di dalam buku, mungkin jilid selanjutnya batinnya, Alaska berharap akan ada tulisan yang tak bisa ia baca atau tulisan dengan tinta emas atau apapun itu yang membuat buku yang di pegangnya jadi istimewa, lagi-lagi lemar itu kosong tak ada setetes pun tinta atau 1 hurup saja sehingga lembar selanjutnya, selanjutnya, hingga seterusnya buku itu kosong melompong.

Entah sejak kapan hujan mereda dan kini langit menghitam, matahari sudah tiada dan di gantikan dengan bulan separo, Alaska tak begitu menghiraukan karena pikirannya terlalu pokus pada benda yang menjadi perhatiannya, tapi lama kelamaan Ia kecewa sebab buku itu tak begitu menarik
"Eh? Buku apaan nih! Gak ada yang tanda-tanda istimewanya,... apa ketidak-adaanya menjadi hal yang istimewa? Argh..." Alaska membuka buku itu dengan kesal tanpa peduli jika buku itu akan meledak.

Tapi gerakan Alaska mampu membuat buku itu membuka tepat di tengahnya dan secara perlahan sesuatu yang di mimpinya kini terjadi, tepat di tengah buku itu lima senti dari permukaannya ada setetes air melayang yang lama-kelamaan menjadi bola air, Alaska menatap kejadian itu dengan mulut terbuka dan mata terbelalak.

"Mimpi itu" gumam Alaska dan meneliti banyakan dirinya dari dalam air yang membentuk bola dengan gerakan-gerakan halus di terpa helaan napasnya, airnya jernih dan bersih.

"Wow! Hebaaat" kata Alaska, takjub dengan penglihatannya.

Alaska menjulurkan tangannya di bawah air dan hati-hati agar tak menyentuh air itu, rasa dingin menjulur di tangannya seperi memasukannya ke dalam lemari es.

Ia berniat untuk menyentuh air itu meski agak ragu dan itu akan berlangsung jika saja tak ada gangguan yang menghampirinya, karena saat tangan Alaska akan menyentuh Air teriakan Elisa menggaung seiring dengan pintu kamarnya yang membuka seperti di terpaa angin kencang, otomatis tangan Alaska menyingkirkan buku dan suling dalam sekali hentankan hingga terjatuh ke belakang meja.

DUUUUKG...

"APA KAU TULI? ADA DUA BERANDALAN YANG DARI TADI MEMANGGIL MU DI BAWAH SANA" suara Elisa menggelegar begitu memasuki kamar Alaska.

Menutupi kedua telinganya agar tak cidera
"O-Oke Oke!" tegas Alaska lalu keluar dari kamarnya.

Elisa menghentakan kaki lalu berjalan ke rumahnya kembali.

Alaska tak sempat mengira siapa yang mendatangi rumahnya, batinnya masih menggumamkan sumpah serapah pada Elisa, tanpa di sadari tangannya membuka kenop pintu dan hampir saja Alaska terjengkang ke belakang saat mengetahui siapa yang ada di hadapannya, dua sosok yang memampangkan wajah seram.

Alaska memasang tampang masam
"Mau apa kalian ke sini?" tanya Alaska terkesan dingin.

Mata Roy menajam seketika
"Tanyakan itu pada dia!" gertak nya dengan menunjuk kakaknya, jelas jika Roy di paksa oleh Ron untuk mengikutinya meski Roy menolak mentah-mentah.

Sikap mereka yang tak memberi Alaska kertas kisi-kisi masih membuat Alaska kesal, bukannya mempersilahkan mereka ke dalam layaknya menjamu tamu tetapi Alaska malah memposisikan dirinya di tengah pintu seakan tak mau menerima tamu, dan mungkin itu memang benar yang di ungkapkan oleh Nalurinya
"Oh yeah! Ada apa kau kesini Ron?" Alaska berpaling ke Ron, nada suaranya menjelaskan jika Alaska tak begitu berminat untuk berbicara dengan mereka, selebihnya mereka telah menghancurkan momen pentingnya.

"KENAPA KAU BERBOHONG PADA KU?" teriak Ron sekuat tenaga hingga urat-urat yang ada di lehernya tertarik.

"Ap-"

Sebelum Alaska mengucapkan satu kata, Elisa sudah menyeruak ke luar dari rumahnya
"BISAKAH KALIAN TIDAK BERDEBAT DI DEPAN PINTU RUMAH KU?!" teriaknya dan menatap satu-persatu wajah dengan tatapan tajam.

Alaska menggerakan dagunya dan berjalan ke atas tanpa memperdulikan Elisa seakan-akan Elisa hanya sesosok hal yang tak berharga untuk du lihat, berbeda dengan si kembar yang merengut ketakutan saat melewati Elisa.

"Apa kami membangunkan macan tidur?" kata Roy pandangannya menyapu kamar Alaska.

Alaska hanya menggerakan sedikit bibirnya berusaha merespon ucapan Roy
"Apa yang ingin kau katakan?...jangan teriak atau macan itu akan bangun kembali!" Alaska buru-buru saat Ron mengambil napas panjang.

Badan yang tadinya menegang kini melemas
"Kau memang berkencan dengan Lala kan?" nada suaranya lebih tenang.

Alaska duduk di sofa depan TV dan beberapa detik melihat ke arah meja belajarnya berharap kedua benda itu tak terlihat oleh si kembar
"Sudah ku bilang aku cuma bertemu dan langsung berpisah!" tegas Alaska jengkel sebab memperpanjang masalah.

"Dia datang ke Cafe dan mencari mu... Dan di bilang... seharusnya kau datang ke tempat yang sudah di rencanakan! Jelas kau berniat menemuinya" jelas Ron tersenggal.

"Seharusnya kau sadar akan ucapan Lala pada saat aku di hukum" jawab Alaska enteng.

Roy masih meneliti setiap senti ruangan tapi terlalu cepat jika sudah di depan kulkas lalu membukanya
"Kau di beri sesuatu oleh Lala. Laah tak ada makanan?" kata Roy sambil mengeluh.

"ROY!... oke oke! Alaska, dia memberikan kertas ini" Ron mengeluarkan selembar kertas yang Alaska kenali sebagai kisi-kisi
"Tapi aku tak akan memberikannya pada kau!" Ron kembali menarik kertasnya sebelum di sentuh oleh tangan Alaska.

Sentak Alaska berdiri dan melucuti rasa dingin juga ke-tidak-perduliannya
"Itu milik ku! Kau kan sudah punya" ucap Alaska di ambang kemarahan.

Ron sedikit menjauhkan dirinya ke belakang
"Aku memang sudah punya, tapi kau harus tau Lala datang ke Cafe dengan basah kuyup karena dia menunggu kau yang tak datang, dia kehujanan selama menunggumu tapi dia tidak menyerah untuk memberikan kertas ini pada kau, akhirnya dia memilih untuk menitipkan kepadaku sambil mengembalikan Jas milik ayah ku" ucap Ron dengan bersungut-sungut
"Roy kita pulang sekarang, biarkan bajingan ini insaf atas kelakuannya"

Alaska hanya terdiam berusaha mengulang kembali apa yang di ucapkan Ron, tak sadar bahwa si kembar telah pergi dengan rasa puas, Alaska merasa bersalah membanyangkan Lala yang diam di belakang sekolah menunggunya, Alaska pikir Lala hanya akan mencercokinya kembali tapi kenapa cewe itu malah berniat baik? Hingga Alaska menjadi merasa bersalah yang tak seharusnya Ia rasakan.

🍁PERI NYASAR🍁
Vote komen
Kritik saran

Aku cuma mau menjelaskan bawa setelah Chapter XVI 🍁Buku Itu berlanjut ke Chapter XVII 🍁Mimpi selanjutnya ke Chapter XVIII 🍁Menjelang Ujian.

Tpi sepertinya Chapter XVII 🍁Mimpi bermasalah jadi gak bisa muncul di WP kalian, tetapi Author udah memublisnya kembali jadi kemungkinan bakal ada di WP kalian, bila masih belum muncul bilang aja.

Kemungkinan dalam minggu ini Author bakal jarang UP soalnya lagi kena masalah, jadi maaf banget untuk readers setia ku yang imut-imut maaf bangtnya,
Biarkan Alaska memikirkan Ujiannya yang tanpa di beri kisi-kisi.
Dan biarkan Authornya menjalankan Ujian praktek yang di beri tau secara mendadak.

Do'a ajj bye

Salam maaf
🌟


Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang