t E n

3.4K 333 39
                                    

Cara memekik. Tubuhnya terduduk di atas ranjang dengan napas tersengal-sengal. Rambutnya sedikit basah karena keringat dingin bermunculan akibat mimpi buruk yang baru saja dialaminya.

"Mimpi buruk?"

Suara seseorang membuat Cara segera menolehkan kepalanya. Ia melihat Reyes berada di sisi ranjang. Laki-laki itu mendekat, mencoba untuk memeluk tubuh Cara yang gemetar. Namun, Cara segera menjauh. Ia menghindari sentuhan fisik dengan laki-laki mana pun.

Reyes yang melihat Cara beringsut menjauh, segera menghentikan aksinya. Ia melihat raut ketakutan dari wajah gadis di hadapannya yang entah kenapa membuat hatinya terasa nyeri. Matanya beralih menatap segelas air putih yang telah ia sediakan di kamar Cara.

"Minum dulu." Reyes menyodorkan segelas air putih ke hadapan Cara.

Tangan Cara terangkat, menerima segelas air putih yang diberikan oleh Reyes dan segera meminumnya sampai habis.

"Kapan kau sampai?" tanya Cara usai menghabiskan air putihnya dan merasa tenang. Wajahnya berangsur-angsur pulih.

"Kira-kira dua jam yang lalu. Aku melihatmu tidur dan tidak tega untuk membangunkanmu."

Cara hanya menjawab Reyes dengan gumaman pelan. Ia beranjak turun dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Pintu kamar mandi terbuka setelah ia selesai mencuci muka. Tidak ada Reyes di sana. Kamarnya tampak sepi. Ia menyambar ponselnya yang ada di atas meja nakas kemudian keluar dari kamar.

Aroma makanan sampe ke hidung Cara, membuatnya mengikuti aroma itu hingga ia tiba di dapur. Di sana ia melihat Reyes sibuk menata piring di atas meja. Merasa ada yang memperhatikannya, Reyes mendongak dan tersenyum saat ia mengetahui Cara berada di seberangnya.

"Ayo makan. Kau pasti lapar."

Reyes menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Cara untuk duduk. Cara merespon etikat baik Reyes dengan duduk di kursi yang telah disediakan laki-laki itu.

"Letakkan ponselmu dulu. Kita akan makan, bukan bermain ponsel." Ucapan Reyes mendapatkan cengiran kikuk dari Cara.

Cara meletakkan ponselnya di atas meja makan. Tangannya hendak mengambil piring, tetapi dihentikan oleh Reyes yang sudah meletakkan piring berisi sayur dan lauk di hadapan gadis itu.

"Terima kasih."

Mereka berdua menikmati makan malam dalam diam. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar mengisi dapur malam itu.

"Kau tadi dari mana?" Reyes membuka suara ketika mereka telah menyelesaikan makan malam.

"Bukankah sudah kubilang? Aku dari pasar."

"Apa yang terjadi padamu?" Reyes menatap Cara, menelisik ekspresi gadis itu. Ia masih belum puas dengan jawaban Cara.

"Tidak ada."

"Kau yakin?"

Cara mengangguk. "Tentu saja."

Cara bangkit dari duduknya. Ia merapikan meja makan, mengambil peralatan makan yang kotor, lalu mencucinya.

"Kau tadi mimpi apa?"

Pertanyaan kali ini membuat Cara menghentikan aktivitasnya. Namun, beberapa detik kemudian ia melanjutkan kegiatan membilas piring-piring dan meletakkannya di rak piring.

"Kenapa kau menanyakan itu?" Cara malah bertanya balik.

"Kau berteriak seperti orang ketakutan. Apa yang terjadi dalam mimpimu?" Reyes menatap Cara penuh tuntutan.

Caramella MykelWhere stories live. Discover now