t h I r t y - t h r E E

984 103 9
                                    

At 08:00 p.m.

Suara musik yang dimainkan DJ terasa memenuhi penjuru club. Tanpa mempedulikan sekitar, Cara langsung menuju meja bar di mana ia bisa bertemu dengan Reyes. Ia menemukan sosok Reyes yang masih terlihat mencampur minuman yang akan disuguhkan pada pelanggan.

Merasa ada yang menatapnya, Reyes membalikkan badan dan menemukan sosok Cara di sana. Ia tersenyum melihat sahabatnya yang selalu tampak cantik. Tapi senyumnya perlahan menghilang saat melihat wajah sendu Cara.

"Are you OK, baby?" Cara menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Cocktail? Wine?"

"Absinthe."

Reyes membelalakkan mata, terkejut mendengar jawaban Cara. "Absinthe? Kau ingin mati?"

Cara tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Di sini tidak ada minuman itu. Mintalah sana pada Zeusmu!"

Mendengar jawaban Reyes, Cara terbahak. Ia tahu, mana ada minuman dengan kadar alkohol setinggi itu dijual di club ini. Minuman itu memang ada tapi untuk campuran cocktail, bukan disajikan seperti beer dan whisky.

"Akhirnya kau bisa tertawa."

Cara menghentikan tawanya. Ia menatap Reyes dengan pandangan bermacam-macam. Sedih, takut, kecewa, dan amarah.

"Kenapa?" tanya Reyes sambil menyuguhkan segelas Truffle pada Cara.

Kening Cara mengernyit, melihat minuman yang disuguhkan padanya. Hei, dia ingin alkohol, bukan minuman berwarna cokelat yang tampak seperti teh di hadapannya ini.

"Ini Truffle campuran dari espresso, frangelico, dan vodka. Masih tergolong cocktail."

Cara mengangguk paham sambil tersenyum. Sial, sebentar lagi Reyes akan meledeknya habis-habisan.

"Ah, ternyata masih anak bawang." Senyum mengejek terbit dari bibir Reyes karena berhasil meledek Cara yang memang masih anak bawang dalam dunia malam. Jangan salah, meskipun Cara sering melakukan misi rahasianya di club malam, tetapi selama ia hanya memesan jus jeruk dan mocktail.

"Sudahlah. Kau membuat mood-ku naik turun." Cara mengurucutkan bibir. Ia mengambil segelas Truffle dan meminumnya setengah gelas.

Reyes masih menatap Cara, menanti Cara menceritakan keluh kesahnya. Ia tahu kalau Cara menghampirinya saat jam kerja, berarti sahabatnya itu sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Akhirnya, tanpa menunggu lebih lama lagi Cara buka suara. "Aeron Blaise. Sejauh yang kuingat, sepertinya dia pernah ada di masa laluku. Aku bertemu dengannya di rumah Zeus. Apa kau mengenalnya?"

Reyes sudah menduga hal ini akan terjadi. Pria itu akan kembali dan menghantui Cara. Pria dengan kelainan jiwa yang pernah menyekap sahabatnya. Selama tiga tahun ini ia bersyukur Cara tidak pernah bertemu dengan pria itu. Mungkin saat ini Tuhan berkehendak lain.

"Aku tahu, tapi aku tak mengenalnya. Kenapa?"

Cara termenung sejenak sebelum ia berkata, "Aku mengingatnya sebagai sosok yang kubenci di masa laluku, tapi kenapa aku merasa ada sedikit katakutan saat melihatnya?"

Ya, rasa pening yang bergelayut manja di kepala Cara dan mimpi-mimpi buruk yang selalu menjenguknya setiap malam membuat Cara berspekulasi mengenai sosok Aeron Blaise. Karena setelah bertemu dengan pria itu, Cara selalu mendapatkan mimpi buruk. Ia menduga Blaise ada sangkut pautnya dengan masa lalunya yang ia kubur dalam-dalam di memorinya

Caramella MykelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang