s E v E n t E E n

3K 315 44
                                    

Part 17 kayak umur Amel yang 17 (ada plus-plusnya) tahun. :D

^^

Flashback

Blaise mengambil handuk yang tersampir pada gantungan baju di dekat pintu. Ia melingkarkan handuk pada pinggangnya sebelum membuka knop pintu dan melangkah keluar dari kamar mandi.

Ia terkesiap ketika tidak menemukan Cara di atas ranjang. Kepalanya segera menoleh ke arah pintu dan hal yang dilihatnya membuat darahnya mendidih. Ia menendang keranjang pakaian kotor, membuat isinya tumpah di atas lantai. Blaise tak sengaja menatap celana jeans kotor yang keluar dari keranjang pakaian dan membuatnya mengutuki kelalaiannya karena ia menaruh celana itu di sana. Ia lupa kalau kunci kamar sekaligus kunci rumah berada di saku celana itu.

Bodoh kau, Blaise!

Blaise melangkah tergesa keluar dari kamar. Ia berjalan menuju pintu utama dan memutar knop pintu ketika sudah sampai di sana. Namun, pintu tak bisa dibuka dan itu tandanya ia terkunci di dalam rumahnya sendiri.

Holy shit!

Ia segera berbalik dan kembali menuju kamarnya. Tangannya meraih jaket kulit miliknya, mengambil ponsel yang tersimpan di dalam saku.

Ponsel itu ditempelkan di telinga kanannya setelah memilih kontak seseorang yang akan ia hubungi. Tak lama kemudian, panggilannya terhubung dengan seseorang di seberang sana.

"Gadis itu kabur. Kerahkan beberapa orang untuk mencarinya. Laporkan hasilnya padaku. Cepat!"

Blaise mengakhiri panggilannya. Ponselnya ia lempar ke atas ranjang sebelum ia melangkah menuju lemari dan bergegas mengenakan pakaian.

"Selama kau masih berada di daerah kekuasaanku, sembunyi di lubang semut pun aku pastik akan menemukanmu, my little girl."

***

Seorang pria menatap interaksi dua orang berlawanan jenis yang terlihat di seberang sana, seorang gadis dan seorang pria. Pria itu membawa si gadis ke depan sebuah bangunan yang memang tak terlihat seperti kantor polisi sebelum pria itu meninggalkan gadis itu.

Si gadis terlihat menggerutu sebal setelah melihat kepergian pria yang meninggalkannya begitu saja. Gadis itu menatap cukup lama bangunan di depannya sebelum ia beranjak meninggalkan bangunan itu.

Kepergian gadis itu membuat senyum di bibirnya terukir. Ia tahu gadis itu pasti mengira bahwa bangunan di depannya bukanlah kantor polisi hingga akhirnya memutuskan untuk pergi karena ragu. Ia dapat membaca semua keraguan dari gerak-gerik gadis itu.

"Kau memilih jalan yang salah, little girl."

Iblis dalam jiwanya bersorak riang ketika gadis itu lebih memilih pergi daripada mencari tahu kebenarannya. Bangunan itu memang kantor polisi yang sudah lama tidak direnovasi. Jadi, tampak sangat kuno dan membuat orang-orang yang bukan warga sini menjadi ragu untuk masuk ke sana.

Kakinya bergerak dengan cepat, tetapi tidak meninggalkan suara, mengikuti langkah gadis kecilnya. Jarak mereka lumayan dekat. Namun, anehnya sang gadis tidak merasakan kehadiran dirinya.

Gadis itu tiba-tiba berhenti, menengok ke kanan dan kiri, memeriksa keadaan sekitar. Dengan gesit, pria itu bersembunyi di balik tembok sebuah bangunan yang sedikit menyembul. Tubuhnya merapat pada dinding yang menjorok ke dalam untuk sementara waktu sambil sesekali mengintip, mengawasi gadis kecilnya.

Bukan ia takut gadis itu akan memergokinya, tetapi ia ingin memberikan kejutan untuk gadis yang kini tengah membuka pintu kotak telepon. Setelah gadis itu masuk, barulah ia keluar dari tempat persembunyiannya.

Caramella MykelWhere stories live. Discover now