n I n E t E E n

3K 361 49
                                    

Reyes membaringkan Cara di atas tempat tidur, menyelimuti gadis itu. Ia menatap Cara yang masih saja terdiam dengan pandangan kosong. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Gael, panggilkan dr. Karl. Suruh ke sini untuk memeriksa Cara," titah Reyes pada Gael, rekan yang telah membantunya untuk mencari keberadaan Cara.

"Menurutku, Cara tidak sakit seperti pada umumnya penyakit. Dia seperti ... depresi," terang Gael sambil memperhatikan Cara.

"Aku tahu. Sebelum aku membawanya ke psikiater, aku harus memastikan kesehatan raganya dulu."

"Baiklah."

Gael keluar dari kamar Reyes unthk menelepon dr. Karl, sedangkan Reyes duduk di tepi ranjang sambil mengusap lembut puncak kepala Cara. Ia terpukul melihat kondisi sahabatnya yang seperti ini. Tidak ada sorot keceriaan yang terpancar dari mata cokelat gadis Asia itu.

Lima belas menit kemudian, pintu kamar terdengar diketuk. Reyes segera menoleh. Saat ia melihat dr. Karl di ambang pintu, ia mempersilahkan dokter itu untuk masuk dan memeriksa kondisi kesehatan Cara.

"Ia sehat secara fisik, tapi tidak untuk mentalnya. Saya juga menemukan luka di bagian pinggangnya. Luka yang cukup dalam dan belum kering. Saya tuliskan resep obat untuk mengobati lukanya," jelas dr. Karl.

"Ya."

"Sebaiknya pasien dibawa ke psikiater untuk penanganan lebih lanjut. Saya bisa merekomendasikan psikiater kenalan saya. Sebentar...." Dokter Karl membuka tasnya, mencari sesuatu di dalam sana. Tak lama, tangannya memengang secarik kartu nama yang kemudian kartu itu berpindah tangan.

"Itu kartu nama psikiater yang bisa anda datangi," ucap dr. Karl.

"Ya, nanti saya akan membawa teman saya ke sana."

"Kalau begitu, saya permisi. Ini resepnya yang bisa ditebus di apotek." Dokter Karl memberikan selembar kertas resep pada Reyes.

"Terima kasih," ucap Reyes sambil menerima resep obat dari tangan dr. Karl.

Dokter itu pergi dengan diantar Gael sampai ke pintu keluar. Setelah itu, Gael masuk kembali dan menghampiri Reyes.

"Bagaimana dengan gadis itu? Siapa yang akan merawatnya kalau kau tidak di rumah?" Gael bertanya setelah mendudukkan dirinya di atas sofa yang terletak di kamar itu.

"Aku akan menyuruh salah satu pelayan di rumahku untuk bekerja di sini."

"Kenapa kau tidak memulangkan gadis itu saja?" Reyes menoleh, menatap tajam pada Gael yang tampak biasa saja menerima tatapannya.

"Ya ... ya ... aku tahu, tapi setidaknya kau harus menghubungi orang tua gadis itu."

Reyes menggeleng keras, menanggapi pernyataan Gael. "Tidak. Kau tahu sendiri penyihir jahat itu tidak mau menghubungi orang tuanya, kan? Apa jadinya kalau aku yang menghubungi mereka? Bisa-bisa aku yang mereka anggap sebagai penculik Cara."

Gael mengangguk-angguk mengerti. Ia sudah tahu cerita tentang gadis yang selalu menjadi prioritas utama bagi Reyes. Ia sudah mengenal Reyes cukup lama dan baru kali ini sahabatnya bersikap perhatian kepada perempuan.

"Kapan kau akan membawa gadis itu ke psikiater?"

Reyes terlihat berpikir sejenak sebelum berkata, "Nanti sore. Kau dan rekanmu awasi keadaan sekitar demi keamanan Cara. Aku tak mau keberadaan Cara bisa dilacak oleh pria itu."

"Baiklah." Gael terdiam. Tiba-tiba ia teringat resep obat yang tadi diberikan dr. Karl pada Reyes.

"Mana resep obat itu? Biar aku yang menebusnya di apotek sekalian aku mau keluar untuk membeli makan siang."

Caramella MykelWhere stories live. Discover now