t h I r t y - n I n E

1.3K 136 29
                                    

Malam guys.. lama ga update ya. Makasih buat kalian yang nungguin cerita ini. Oh iya buat readers semua, jaga kesehatan kalian ya. Jangan lupa makan 3 kali sehari. Minum vitamin C biar imun terjaga. Jaga kebersihan dan rajinlah cuci tangan.

Aku kaget banget waktu pulkam, eh malamnya virus corona udah sampe Malang dong. Ada mahasiswa yang awalnya cuma diduga ternyata positif covid19. Kampus-kampus diliburkan ya walaupun masih ada yg ke kampus sih. Semoga kita semua diberi kesehatan dan ga sampe terinfeksi covid19. Dan untuk penderita covid19 semoga segera disembuhkan. Aamiin.

Yuk baca part ini. Aku ngetiknya udah panjang sepanjang jalan kenangan...

***

Key berlari keluar dari kamar. Ia ingin memeriksa keadaan di bawah yang menurut firasatnya sedang kacau. Sementara itu, Cleon dengan santai berjalan keluar kamar diikuti oleh Cara di belakangnya. Mereka berdua berhenti pada pagar pembatas dan melihat keadaan lantai satu dari atas sana.

Di ruang tengah tampak dua orang yang kini berhadapan dengan aura yang membuat nyali orang-orang di sekitar mereka menciut. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani untuk mendekat, apalagi melerai keduanya.

Cara yang berada di belakang punggung Cleon mengintip dari bahu kanan sahabatnya. Dari kejauhan ia dapat melihat siapa sosok yang kini tengah berhadapan dengan Raja Zeus. Tubuh Cara terasa lemas sehingga membuat tubuhnya bisa ambruk kapan saat itu juga jika Cleon tak segera berbalik dan menangkapnya.

"Sebaiknya kita kembali ke kamar," ucap Cleon yang dibalas anggukan Cara. Cleon memapah Cara kembali ke kamarnya dan menahan diri untuk mencari tahu apa yang terjadi di bawah sana. Yang terpenting saat ini adalah keamanan dan kesehatan Cara.

Sementara itu, dua orang yang kini sedang bersitegang hanya bergeming sambil melemparkan tatapan membunuh. Raja Zeus yang akhirnya berhasil menguasai amarahnya menyelipkan pistol itu ke holster yang melekat di pinggangnya. Matanya sekilas menatap guci yang menjadi objek tembaknya sebelum kembali menatap nyalang pada Blaise.

"Sebenarnya aku ingin meledakkan kepalamu seperti guci malang itu, tapi terlalu enak untukmu yang langsung mati tanpa tersiksa lebih dulu."

Mendengar ucapan Raja Zeus, ingatan Blaise akan penyiksaan yang dialaminya selama dua tahun dari sosok dihadapannya ini kembali terlintas. Sampai saat ini ia menganggap penyiksaan yang dilakukan oleh Raja Zeus adalah bentuk perekrutan anak buahnya. Siapa yang bertahan dalam siksaan itu artinya dia berhasil. Jika saat ini Raja Zeus memutuskan untuk menyiksanya itu bukan sebuah perekrutan, tetapi bentuk kecemburuan pada pasangannya.

Shit!

"Kau akan melakukan hal yang dulu kau lakukan padaku?" tanya Blaise santai, padahal ia menyembunyikan ekspresi kesalnya.

"Tidak. Aku ingin mengajakmu bertarung dengan tangan kosong. Jika kau kalah, menjauhlah dari Cara."

Blaise mengangkat sebelah alisnya. Sudut bibirnya tertarik ke atas, menampilkan senyuman setannya. "Jika aku menang, aku bebas membawa Cara tanpa syarat apa pun."

Raja Zeus mendengus saat mendengar penawaran Blaise. Namun, ia mengangguk—menyanggupi apa yang diminta oleh Blaise karena ia tahu siapa yang akan menang dalam pertarungan ini.

RAJA ZEUS. Nama itu diberikan oleh orang tuanya dengan harapan ia menjadi pemimpin dari para pemimpin dan ia akan buktikan untuk kesekian kalinya bahwa ia memang pemimpin yang tidak bisa dikalahkan.

***

Tubuh Blaise terlempar ke tanah. Ia mengerang saat rasa sakit di tubuhnya perlahan terasa menjalar dan membungkusnya. Saat berusaha untuk bangkit, ia terjatuh kembali karena energinya sudah terkuras ditambah dengan tubuhnya yang terasa sakit.

Caramella MykelOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz