E I g h t E E n

3.4K 366 54
                                    

Banyak yang salah paham waktu Amel bilang umur Amel 17 tahun.. itu Amel tulis ada plus plusnya. Berarti 17+..... tahun = umur Amel sekarang. >0<

^^

Moza selalu saja mengikutinya ke mana pun ia pergi. Meski diabaikan, gadis itu tetap saja mengajaknya berbicara, membuatnya jenuh dan ingin melemparkan gadis itu ke laut.

"Berhentilah mengikutiku!" hardik Reyes.

Moza terlonjak mendengar suara keras yang keluar dari mulut Reyes, membuat langkahnya terhenti. Tangannya mengelus dada. Hampir saja jantungnya copot.

"Kau mengagetkanku saja!" Moza mendengus.

"Pergilah! Jangan membuat suasana semakin rumit!" Reyes menggerakkan tangannya, memberi isyarat pengusiran terhadap penyihir yang selalu saja membuatnya naik darah.

"Aku tidak mau sebelum aku tahu kabar Cara."

Reyes berdecak sebal. Matanya menatap sengit pada Moza. "Urus hidupmu sendiri! Percuma kau mencari tahu tentang saudaramu jika kau hanya ingin merusak hidupnya lagi."

"Kenapa kau berpikiran negatif padaku? Aku tidak akan merusak dan membuat kekacauan seperti dulu. Kau jangan memperumit semuanya!"

Reyes menggeram marah. "Kau yang memperumit semuanya! Ketika kalian berdua berhasil kabur, kau malah menyuruh Cara masuk ke markas para penjahat itu untuk menyelamatkan kekasih sialanmu itu. Dari situ siapa yang membuat rumit semuanya, huh?"

"Mantan. Dia mantanku, bukan kekasihku."

"Persetan dengan hubunganmu! Sudah pergi sana!"

Reyes berbalik, melangkah pergi meninggalkan Moza yang menatapnya dengan tatapan memelas. Namun, langkahnya berhenti ketika lengannya ditarik paksa oleh Moza.

"Apa lagi?"

"Aku hanya ingin tahu keadaan Cara."

"Kau tahu? Cara di...."

Suara dering ponsel menghentikan ucapan Reyes. Ia merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan mengecek panggilan masuk. Dari layar ponselnya terpampang seseorang yang pastinya memiliki informasi penting jika menelepon di jam sekolah seperti ini. Reyes segera mengangkat panggilan itu.

"Ya. Ada apa?"

"...."

"Di mana?"

"...."

"Oke. Aku akan ke sana."

Reyes memutuskan panggilan itu. Ia segera beranjak ke kelas untuk mengambil ranselnya, tetapi seseorang menahan lengannya.

Astaga! Ia lupa. Ada penyihir yang bergelantungan di lengannya.

"Lepas!" Reyes menghempaskan lengannya keras, membuat tubuh Moza terhuyung ke belakang dan pegangan tangannya di lengan Reyes terlepas.

"Kau mau ke mana?"

Pertanyaan Moza tidak digubris olehnya. Ia berlari menuju ruang kelasnya, mengambil ranselnya, dan segera pergi ke pintu gerbang sekolah. Namun, sebelum itu, ia sempat menitip izin pada temannya agar disampaikan kepada guru mereka bahwa ia harus menemani adiknya yang sakit.

Reyes sudah tidak peduli apakah namanya akan terdaftar pada siswa yang membolos sekolah karena yang ada di pikirannya saat ini adalah keberadaan Cara yang terlihat di sekitar wilayah penyekapan gadis itu dulu.

Reyes melihat taksi yang lewat di depan sekolahnya. Ia segera menyetop taksi tersebut dan masuk ke dalamnya meskipun ia samar-samar mendengar teriakan Moza dari kejauhan.

Caramella MykelWhere stories live. Discover now