t h i r t E E n

3.1K 305 46
                                    

"Senang melihatmu kembali, gadis kecil." Pria itu tersenyum pada Cara yang malah membuat Cara ketakutan.

"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" cicit Cara dengan suara sedikit bergetar. Ia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan pria yang membuat harga dirinya hancur.

"Mudah saja bagi seorang Aeron Blaise untuk menyusup, apalagi ke tempat yang tidak ada penjagaan sama sekali seperti rumahmu," jawab Blaise santai.

Cara meremas dengan erat ujung baju handuk yang dipakainya hingga terlihat kusut untuk menyalurkan rasa takut yang datang karena kemunculan seorang penjahat di pintu kamarnya.

"Keluarlah atau aku akan berteriak agar semua orang datang dan menghajar bajingan sepertimu!" desisnya tajam.

Blaise yang mendengar kalimat pengusiran serta ancaman dari Cara hanya terkekeh geli. Sekeras-kerasnya gadis itu berteriak, tidak akan ada orang yang datang ke rumah ini karena kondisi lingkungan tempat tinggal Cara saat ini bisa dikatakan cukup sepi.

"Berteriaklah sekeras yang kau bisa karena tidak ada seorang pun yang akan datang kemari."

Cara terdiam. Ia tidak bisa membalas perkataan Blaise karena pikirannya sedang berkecamuk. Matanya sesekali melirik ke arah ponsel yang sialnya berada di meja nakas dengan jarak cukup jauh darinya. Ia tidak akan bisa mengambil ponselnya karena gerakan pria itu lebih gesit darinya. Ditambah jarak meja nakas dengan pria itu lumayan dekat.

Sial! Sial!

Cara mengutuk nasib buruknya yang selalu datang setelah kehadiran saudara kembarnya di negeri Hittler ini. Ia ingin menyalahkan Tuhan, tetapi itu hal yang tidak baik untuk dilakukan. Tuhan justru akan semakin murka kepadanya.

Suara langkah kaki mendekat terdengar di telinga Cara. Ia segera menolehkan kepalanya dan mendapati pria itu melangkah mendekatinya. Cara segera bangkit menjauh dari ranjangnya.

"Mau apa kau? Jangan mendekat!"

Larangan Cara tidak digubris oleh Blaise. Ia malah semakin mempercepat langkahnya hingga membuat Cara berlari ke sisi lain.

Blaise menyeringai. Sepertinya gadis kecil ini ingin mengajaknya bermain kejar-kejaran. Oke, kalau begitu, ia akan mengikutinya.

Ia terus saja mendekati Cara dengan langkah cepat, tetapi terlihat santai, sedangkan Cara berusaha mengindari pria itu dengan berlari menjauh sampai pada akhirnya ia tiba di ambang pintu.

Kesempatan itu digunakan dengan baik oleh Cara. Ia berlari keluar dari kamarnya menuju pintu depan. Sayangnya, ketika tangannya hendak memegang knop pintu, sepasang tangan melingkar di perutnya.

Cara memberontak dengan memukul dan mendorong tangan Blaise untuk melepaskan diri. Namun, pelukan pria itu sangat erat hingga membuatnya kesulitan untuk melawan.

"Lepaskan aku!" teriak Cara sambil terus memberontak.

Blaise hanya terkekeh dengan perlawanan Cara yang tidak sebanding dengan tenaganya. Dengan masih memeluk tubuh Cara, ia menyeret gadis itu agar kembali ke dalam kamar, membuat Cara semakin berteriak histeris sambil meminta tolong.

"Toloooong!"

"Lepaskan aku, bajingan!"

"To ... aw...."

Tubuh Cara terlempar ke atas ranjang. Dengan reflek ia segera berguling untuk turun dari ranjang dan kembali melarikan diri dari pria bajingan yang pernah menyekapnya. Sayangnya, ketika ia menapakkan kakinya ke lantai, Blaise menarik baju handuk yang dipakainya hingga membuatnya kembali terbaring di atas ranjang.

Tarikan Blaise pada baju handuk Cara membuat bahunya terbuka dengan ujung baju yang tersingkap, menampilkan sepasang kaki jenjang dan mulus miliknya. Tangan Blaise juga menarik ikatan di baju handuk itu hingga akhirnya terurai dan membuat tubuh indah Cara terekspos.

Caramella MykelWhere stories live. Discover now