s I x t E E n

3.8K 376 107
                                    

Kalau ada typo atau kesalahan tata bahasa, Amel terima revisian dari pembaca :D.

Amel juga terima komentar yang dilengkapi dengan saran, bukan kritikan nyinyir macam netijen yang TAK terdidik.

Belajarlah untuk menjadi pembaca sekaligus netizen yang bijak.

^^

Sudah hampir seminggu Cara berada di kamar ini dan tidak bisa pergi ke mana pun sesuka hati. Ia hanya bisa bisa melihat keindahan dunia luar hanya dari jendela yang tidak bisa dibuka. Cara sudah mencoba kabur dengan memecahkan kaca jendela. Namun sayang, usahanya tidak membuahkan hasil karena kaca tersebut merupakan kaca anti-peluru.

Satu-satunya jalan untuk bisa kabur dari sini hanya dengan melalui pintu yang selalu dikunci rapat oleh Blaise. Sebenarnya ada kesempatan kecil dengan keberhasilan 1% untuk keluar dari sini yakni saat pria bermata biru itu berada di dalam kamar.

Cara bisa saja mencuri kunci yang selalu dibawa oleh Blaise ketika pria itu sedang tidur bersamanya. Namun, Cara belum bisa melakukannya karena saat ia bangun, matahari sudah bersinar terang dan pria itu sudah pergi dari sisinya. Semua itu disebabkan karena tenaganya yang terkuras habis setelah Blaise menyentuhnya terus-menerus.

Cara mendengus di depan jendela yang menyuguhkan hijaunya pepohohon tanpa bisa ia membukanya. Ia mengalihkan tatapan matanya pada sarapan paginya yang masih belum tersentuh di atas meja nakas.

Gadis itu mendekati sarapannya dan menatap sebuah pil berwarna putih yang selalu menjadi pelengkap menu sarapannya. Ia menatap pil itu tanpa minat.

Tangannya mengambil piring yang berisi sandwich sebelum ia duduk di tepi ranjang. Sebenarnya ia tidak bernafsu sama sekali untuk menikmati sarapannya yang pasti sudah dingin, tetapi lambungnya mulai terasa perih dan ia memaksakan diri untuk mengisi lambungnya.

Seandainya saja aku menuruti Reyes untuk mengabaikan kotak itu dan membuang rasa penasaranku jauh-jauh, mungkin aku tidak akan seperti ini.

Ah, tidak-tidak. Meskipun aku tidak membawa kotaknya, pasti pria itu akan tetap menculikku. Dia pasti sudah tahu kalau aku mempunyai kembaran.

Sial! Seharusnya aku bertanya pada Reyes di mana kartu ATM-ku. Seharusnya aku memberitahunya kalau ingin ke mana pun.

Bodoh kau, Cara!

"Sudah selesai, hmm?"

Suara dari balik tubuhnya mengembalikan Cara ke alam nyata. Ia melirik piring yang isinya telah tandas. Cara mengernyit heran.

Apa aku terlalu banyak melamun sampai tak sadar telah menghabiskan sarapanku?

"Satu setengah jam kau menghabiskan makananmu sambil melamun."

Apakah aku melamun selama itu? Perasaan aku baru saja mengambil piring ini.

Blaise mengambil piring Cara dari tangan gadis itu kemudian meletakkannya di meja nakas.

"Kau tidak belum meminum pilmu?"

Cara mendongak, menatap Blaise dengan tatapan tajam. "Aku tidak sakit untuk apa aku meminumnya?!"

Blaise menyeringai. "Buka mulutmu dan telan obat itu!"

Cara mengepalkan tangannya erat. Ia tidak suka dipaksa-paksa oleh pria brengsek yang sok memerintah dirinya. Bibirnya sedikit bergetar sebelum dia melemparkan kemarahan pada Blaise.

"Kau pikir kau siapa, huh, memerintahku seenaknya? Apa kau tuli?! Aku tidak sakit dan aku tak butuh obat sialan itu!!"

Teriakan Cara membuat amarah Blaise memuncak. Dasar gadis pembangkang!

Caramella MykelWhere stories live. Discover now