Chapter 8

14.4K 1.3K 27
                                    

Chapter 8
Suku Bumi

Perjalanan Yui ke suku bumi kembali menggunakan armada laut untuk ke pulau suku bumi. Jarak tempuhnya sama dengan ke suku air tidak memakan waktu yang cukup lama sekitar 2 jam perjalanan mereka akan tiba di dermaga suku bumi.

Sama seperti suku air, suku bumi menyambut dengan meriah kedatangan Yui dan rombongannya. Sorak-sorak penduduk menyambut kedatangan mereka.

Seperti biasa kapten kapal melabuhkan kapal di dermaga dan menurunkan jangkar.

Tetua suku bumi menyambut dengan ramah. Mereka membawa Yui ke istana suku bumi. Yui pun di arak-arak menuju istana. Layaknya seorang pahlawan yang telah kembali dari medan perang.

Selama perjalanan Yui mencari sosok putra kepala suku bumi. Namun yang di cari tidak juga menampakkan batang hidungnya. Bahkan setelah perjamuan makan siang Yui tidak bertemu dengannya.

“Huh, sungguh tidak sopan,” keluh Yui setelah ia berada dalam kamar yang telah di sediakan untuknya.

“Ada apa Putri?" tanya Dayang Mio

“Dari tadi si putra kepala suku tidak menyambut kedatanganku, aku kan ingin bertemu dengannya,” tukas Yui dengan cemberut.

“Mungkin dia sedang sibuk Putri."

“Memangnya ada yang lebih penting dari kedatanganku? Huh lebih baik Joon ikut bersamaku."

Dayang Mio hanya tersenyum kecil melihat kelakuan tuannya. Bahkan saat makan malam bersama kehadiran putra ketua suku bumi tak hadir di perjamuan tersebut. Bahkan tak ada yang menyinggung kehadirannya.

Yui pun segera kembali ke kamarnya selepas makan malam.

Namun ia masih penasaran dengan sosok putra kepala suku bumi itu. Akhirnya Yui pun memutuskan untuk kekuar mencarinya. Ia pun keluar kamarnya dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Dayangnya.

“Aku akan mencarinya di sekeliling istana dan menanyakannya ketidakhadirannya,” ujar Yui dengan tegas.

Ia pun menyusuri lorong istana yang telah sepi itu. Yui juga tidak tahu kemana arah langkah kakinya pergi. Ia hanya terus berjalan tanpa arah dan tujuan.

Langkahnya terhenti di sebuah pintu ruangan yang agak bersar. Pintunya sedikit terbuka.

Yui pun menengok kedalamnya. Rupanya ruangan itu adalah sebuah arena tempat latihan pengendali suku bumi. Di tengah-tengah arena itu banyak sekali tanah dan bebatuan.

Terlihat seorang pria dengan telanjang dada sedang berlatih mengendalikan kekuatan bumi. Yui mengintip dari sebuah pilar yang ada di atas arena itu.

Pria itu terus berlatih tanpa tahu keberadaan Yui. Setelah cukup lama berlatih pria itu berjalan meninggalkan arena. Yui pun mengikutinya dari atas ke mana pria itu pergi.

Pria itu memasuki sebuah pintu di bawah arena. Yui pun berusaha mencari cara untuk turun ke bawah. Ia pun melihat sebuah pintu ukuran biasa di pojok di depannya. Yui pun melangkah masuk. Ruangan itu terlihat cukup gelap namun di ujungnya terlihat cahya lampu minyak.

Yui yang penuh dengan rasa ingin tahu pun berjalan ke arahnya.
Ujung lorong itu membawanya ke sebuah ruangan yang terlihat seperti tempat beristirahat para pengendali suku bumi.

Belum sempat ia memperhatikan sekeliling seseorang mendorong tubuhnya dengan keras ke dinding.

“Apa yang kau lakukan di sini?" tanya seorang pria yang tadi dilihat Yui.

“Aku mencari putra kepala suku Bumi,” jawab Yui dengan serak.

“Mengapa kau mencariku? Hah? ” tanyanya lagi dengan ketus.

“Oh, kau kah itu? Ini aku Putri Yui. Putri Kerajaan Akai,” ujar Yui dengan sedikit sombong.

“Apa yang kau lakukan disini Putri?” ujarnya lagi seakan tidak terlalu kaget dengan identitas Yui.

“Aku mencarimu, karena kau tidak menyambut kedatanganku, begitukah sikap seorang pria?” tanya Yui dengan kesal.

“Memangnya kenapa kalau aku tidak menyambutmu? Apa kau akan memilihku menjadi suamimu?” tanyanya kembali. Yui menjadi merona mendengarnya.

“Maksudku kau harus menjemput tamumu, kau sangat tidak sopan jika tidak melakukannya.”

“Nukan itu yang aku ingin dengar, semua orang tahu kau pasti bakalan pilih teman kecilmu itu si Suku Air, untuk apa kau repot-repot melakukan kunjungan seperti ini? Rasanya tak adil jika pada akhirnya kau tetap memilih si Joon itu.”

Yui terdiam dengan pertanyaan tersebut. Memang benar jika yang melakukan itu adalah Putri Yui yang asli mungkin ia akan langsung memilih Joon yang sudah di kenal sebelumnya. Namun Yui  bukan dia.

“Hati dan perasaanku tidak seperti itu Tuan, aku akan bersikap adil untuk keempat suku di kerajaanku, jika memang aku memilih Joon aku tak kan melakukan ini ... memang benar seperti katamu jika itu yang terjadi namun aku ingin mencari seorang pria yang sesuai dengan perasaanku. Bisa jadi pilihanku pada Joon masih dalam tahap pertimbangan. Mungkin saja di antara kalian bertiga ada yang lebih baik darinya atau memang Joon lah yang terbaik bagiku, aku ingin kalian membuktikan kalau kalian memang pantas untukku memimpin Kerajaan ini ” ujar Yui panjang lebar.

Putra kepala suku air itu merasa tersentuh dengan ucapannya Yui. Ia tak pernah berpikir seperti itu. Ia melihat Yui yang sekarang sangat berbeda dengan dulu.

“Jadi, berhenti bersikap sombong padaku ... jika kau memang tak setuju dengan ini. Aku akan mengubah sedikit tujuanku disini,” sambung Yui dengan mantap.

“Jaeha,” seru pria itu. “Jaeha, namaku Jaeha, Putri Yui,” ujar Jaeha.

“Baiklah Jaeha, apa kau mau menerimaku dulu sebagai temanmu?" tanya Yui

“Benarkah kita bisa berteman? Ah, ya maaf saya telah lancang pada Tuan Putri,” ujar Jaeha dengan lirih.

“Aku memanfaatkanmu ... tentu saja kita sekarang menjadi teman. Sering-sering lah mampir ke istana,” sahut Yui dengan tersenyum.

Jaeha yang melihat sikap dan senyum Yui padanya menjadi luluh dibuatnya. Wajahnya sedikit memerah melihat Yui.

“Kau sakit?" tanya Yui seraya menempelkan punggung tangannya di dahi Jaeha.

“Tidak Putri, semuanya baik-baik saja,” ujar Jaeha terburu-buru

“Sebaiknya Putri kembali ke kamar Putri, besok pagi aku akan membawa putri berkeliling istana. Mari saya antarkan putri,” ujar Jaeha kembali

Keduanya pun berbincang-bincang dengan akrab hingga Yui telah tiba di depan kamarnya. Jaeha pun berjalan pergi meninggalkan kamar sang Putri.

“Putri Yui benar-benar berbeda sekarang ... padahal dulu ia sangat tertutup pada kami bertiga selain Joon, bahkan saat kami melakukan kunjungan kerajaan ia hanya mengobrol terus dengan Joon. Dirinya yang sekarang sangat berbeda,” guman Jaeha dalam hati.

The Legend Of Princess (End) /RevisiWhere stories live. Discover now